Kudus - Kondisi mental SW, 9 tahun, korban kekerasan yang diduga dilakukan ayah tirinya, Nv, 40 tahun, sudah mulai membaik. Siswa kelas tiga sekolah dasar swasta di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus ini sudah lebih tenang saat berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
Saat bertemu dengan sejumlah awak media di kediaman pemilik indekosnya, Jumat, 28 Februari 2020, raut wajah SW terlihat sumringah. Penampakan tersebut jauh lebih baik saat Tagar bertemu dengannya di sekolah pada Kamis, 27 Februari 2020.
Wajah murung tak lagi nampak meski suaranya terdengar lirih ketika diajak ngobrol. Seperti saat diajak berbincang oleh Kepala Polsek Jati Ajun Komisaris Bambang Sutaryo, SW menjawab pelan namun tidak menyiratkan ketakutan.
Lebih baik saya mati saja.
Nur Aini, pemilik indekos bersyukur kondisi SW mulai membaik. Bahkan bocah itu sudah bisa tersenyum kembali usai diajak menonton televisi. "Katanya selama ini dia tidak penah lihat televisi. Tadi diajak nonton televisi dia senang sekali," ujar wanita yang juga istri ketua RT di indekos korban itu.
Keceriaan SW bertambah manakala dikunjungi Kapolres Kudus Ajun Komisaris Besar Catur Gatot Efendi. Ia mendapat hadiah mainan dan bingkisan lain. "Ini wujud empati saya kepada SW. Semoga dia bisa lebih semangat dan tidak lagi menerima tekanan mental dari orang tuanya lagi," ujar dia.
Kepada masyarakat Kudus, Catur mengimbau agar orang tua bisa mendidik anaknya tanpa menggunakan kekerasan. Memukul, menendang, menggigit bahkan menjepit kuku anak bukan bentuk pendidikan anak yang dibenarkan. "Justru itu adalah tindakan kriminal," ucap dia.
Terpisah, MR, warga sekitar indekos SW menceritakan awal bertemu korban pada akhir Desember 2019 lalu. Ia melihat luka lebam pada kening dan pipi SW. Berjalannya waktu, luka lebam dan bekas sundutan rokok makin banyak ditemukan di tubuh bocah itu. "Bulan ini dia memang kelihatan tertekan dan frustasi sekali," katanya.
Sebagai orang terdekat dari SW dan ibunya, MR pernah mendapat keluhan dari korban soal kekerasan fisik yang dialami. Bahkan bocah itu menunjukkan tanda frustasi hingga sempat mengutarakan keinginan untuk mengakhiri hidupnya. "Lebih baik saya mati saja," kata dia menirukan ucapan SW.
Mendengar bocah lugu itu berkata demikian, MR hanya bisa minta maaf. Sebab ia tidak bisa membantu korban keluar dari permasalahan yang terjadi di keluarganya. Terlebih, Nv kerap melayangkan ancaman kepada tetangga di sekitar indekosnya jika ketahuan memberikan uang atau makanan ke SW.
"Saya bukan keluarganya. Saya hanya orang yang sering dimintai bantuan ibu SW. Jadi saya tidak bisa banyak membantu," ujar dia.
Dan demi mendengar Nv telah ditangkap oleh polisi, MR merasa cukup lega dan berharap pria dengan satu lengan itu bisa diganjar dengan hukuman seberat-beratnya. Bahkan jika memungkinkan tangan kanannya dipotong sekaligus agar tidak bisa lagi menyakiti orang lain. []
(NNC)
Baca juga:
- Viral Penganiayaan Siswi di Purworejo Dianggap Wajar
- Pelaku Penganiayaan 2 Anak di Labuhanbatu Ditangkap
- Miris, Kekerasan Anak dan Perempuan di Serang Naik