Kondisi Sabo Dam Sejumlah Sungai Berhulu di Merapi

BPBD Sleman memastikan kondisi Sabo Dam di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Merapi masih aman.
Salah satu Sabo Dam di sungai yang berhulu di Gunung Merapi kondisinya maasih aman. (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah)

Sleman - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, membeberkan sejumlah Sabo Dam atau bangunan untuk mengantisipasi banjir lahar dari Gunung Merapi masih aman.

Sabo Dam sendiri dibangun untuk menahan dan mengurangi kecepatan aliran lahar yang membawa material vulkanik. Sehingga dapat meminimalisir risiko bencana banjir lahar jiwa sewaktu-waktu terjadi erupsi merapi.

Kapala bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman, Makwan mengatakan, jika terjadi erupsi Gunung Merapi lalu menimbulkan banjir lahar dingin, kondisi sabo dam masih berfungsi menahan material yang turun.

"Kami sudah melakukan evaluasi pengecekan bangunan Sabo Dam dan hasilnya sejauh ini aman dan kuat untuk menahan jika terjadi banjir lahar. Akhir-akhir ini merapi sering batuk ya, jadi sejumlah antisipasi sudah kami lakukan," kata Makwan kepada wartawan di Sleman. Minggu, 19 Juni 2020.

Makwan mengatakan, pihaknya sudah membangun Sabo Dam di seluruh sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Ada Sungai atau Kali Gendol, Opak, Boyong, Kali Kuning, Kali Krasak, Dongkeng, Kali Putih.

Akhir-akhir ini merapi sering batuk ya, jadi sejumlah antisipasi sudah kami lakukan.

Jika diperhatikan, seberapa kuat Sabo Dam menahan material dari banjil lahar jika terjadi erupsi gunung merapi? "Cukup baik untuk menahan material yang terbawa arus. Sabo Dam dibangun dengan pondasi melayang dimana titik tumpu menancap di tebing sungai. Kondisi sabo sangat kokoh," ucapnya.

Makwan mengatakan, banjir lahar dingin sendiri kemungkinan akan terjadi di aliran Kali Gendol. Alasannya jalur lahar pada erupsi sebelumnya terjadi di kawasan tersebut. "Memang tidak memastikan secara pasti karena belum terlihat ada magma ke permukaan. Yang jelas masyarakat sekitar tetap waspada," katanya.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida menjelaskan aktivitas Gunung Merapi yang akhir-akhir ini terjadi merupakan hal wajar. Terakhir, gunung merapi erupsi pada Rabu 15 Juli 2020 sekitar pukul 18.29 WIB. Aktivitas Gunung Merapi kembali terjadi dengan adanya guguran material.

"Mengigat aktivitas gunung api yang cukup aktif ini bahwa guguran yang terjadi masih wajar. Namun begitu masyarakat tidak perlu panik dan tetap bersiaga dan waspada," terang Hanik dihubungi melalui pesan singkat.

Guguran sendiri menyebabkan suara gemuruh yang terpantau dari pos pengamatan Babadan. Sebelum terjadi guguran, BPPTKG mencatat terjadi kegempaan sebanyak satu kali dan gempa guguran terjadi dua kali pada pukul 18.00 WIB. []

Berita terkait
Kondisi Jalur Evakuasi Merapi di Sleman Yogyakarta
Jalur evakuasi lereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, rusak. Warga minta jalur diperbaiki demi kenyamanan bersama.
Jalur Evakuasi Lereng Gunung Merapi Masih Aman
BPBD Kabupaten Sleman menyebut, jalur evakuasi di sekitar lereng Gunung Merapi masih aman bila aktivitas Merapi meningkat.
Sebelum Merapi Erupsi, Kawanan Monyet Serang Kampung
Akhir-akhir ini monyet turun gunung memasuki perkampungan di lereng Merapi. Apakah ini tanda sebelum Merapi meletus pada Minggu 21 Juni 2020 lalu?