Yogyakarta - Hotel di bawah bintang 3 atau hotel kelas melati di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum merasakan efek dibukanya sejumlah objek wisata (obwis) di tengah pandemi Covid-19. Pemda DIY sudah membuka obwis meski masih terbatas.
"Karena masih terbatas maka dampak kunjungan wisatawan belum merata," jelas Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi wartawan pada Jumat, 7 Agustus 2020.
Menurut Deddy, sejauh ini yang baru merasakan geliat pariwisata adalah hotel berbintang 3 hingga 5. Berdasarkan data PHRI jumlah hotel bintang 4 dan 5 di Yogyakarta ada 20 hotel.
Tingkat okupansi hotel bintang 3 dan 5 sekitar 70 persen. Bahkan saat Hari Raya Idul Adha kemarin tingkat okupansi mencapai 100 persen. "Itu menunjukkan pariwisata di DIY mulai bergeliat," katanya.
Dia mengakui, walau pariwisata sudah mulai bergeliat namun belum semua pelaku wisata merasakan dampaknya. Yang menjadi tantangan bagi hotel di bawah bintang 3 ialah belum ada tamu yang menginap tapi hotel tetap beroperasi seperti biasa. "Walau belum banyak tamu yang menginap tetap disyukuri," kata Deddy.
Itu menunjukkan pariwisata di DIY mulai bergeliat.
Ia menyatakan, bergeliatnya wisata di Yogyakarta tidak membuat lengah untuk menerapkan protokol kesehatan. Pihaknya tidak ingin ada klaster baru Covid-19 baik di hotel maupun restoran di Yogyakarta. "Kami punya tim untuk mengecek protokol kesehatan di hotel-hotel," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menegaskan jika terjadi penularan Covid-19 di hotel atau restoran maka akan langsung ditutup. "Kalau ada penularan Covid-19 tentu akan saya close (tutup)," katanya.
Sri Sultan HB X mengatakan pemerintah hanya mengurus protokol kesehatan. Selebihnya untuk penerapan protokol kesehatan diserahkan kepada PHRI. "PHRI harus mengatur sendiri ketentuannya seperti apa. Semisal di kolam renang 8x5 meter, mau diisi berapa orang," katanya. []