Kisah Ibu Rumah Tangga Tertular HIV di Jepara

Seorang ibu rumah tangga di Jepara blak-blakan dirinya seorang pengidap HIV positif, penyakit mematikan itu telah merenggut nyawa suami dan anaknya
Seorang ibu rumah tangga di Jepara tertular HIV AIDS dari suaminya. (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

Jepara - Nurul Safaatun namanya. Sekilas, tak nampak perempuan berhijab ini mengidap penyakit. Matanya berbinar, gaya bicaranya pun ceplas-ceplos. Sampai kemudian ia menyatakan, "Saya HIV Positif".

Pernyataan itu, dilontarkan pada Tagar saat mewawancarainya di sela kesibukannya sebagai pendamping sebaya HIV-AIDS, di RSUD Kartini Jepara. Dengan gamblang, dan tanpa berniat menutupi identitasnya, ia bercerita tentang statusnya.

"Toh dengan berterus terang, tidak mengurangi atau menghilangkan status saya, bukan," ujarnya mantap, Selasa 12 November 2019, siang.

Nurul 35 tahun, mengawali kisahnya dengan cerita bahtera rumah tangganya, sekitar 10 tahun lalu. Ia adalah ibu rumah tangga yang terjangkit HIV dari suaminya yang pengguna narkoba suntik. Sebelum mengetahui dirinya terjangkit virus tersebut, ia hanyalah berstatus istri yang kesehariannya mengurus rumah tangga.

Saat suami saya meninggal, kita tak tahu dia terjangkit HIV. Namun, setelah anak saya dirawat di rumah sakit, dia didiagnosa ada virus itu ditubuhnya.

"Sebagai ibu rumah tangga, waktu itu sangat terbatas pergaulan saya. Ya diatur jam pulangnya, jangan sampai malam-malam. Ya seperti kebanyakan ibu rumah tangga. Sampai kemudian, saya tahu suami saya pengguna (narkoba) saat saya mengandung anak saya di usia kandungan tujuh bulan," paparnya.

Sampai kemudian, bencana datang bertubi-tubi menyambangi hidup Nurul. Suaminya meninggal. Kemudian anaknya mengalami sakit dan didiagnosa mengidap HIV.

"Saat suami saya meninggal, kita tak tahu dia terjangkit HIV. Namun, setelah anak saya dirawat di rumah sakit, dia didiagnosa ada virus itu ditubuhnya. Saya shock, kemudian saya memeriksakan diri, saya juga positif, sekitar tahun 2009. Lalu dari siapa saya terjangkit, kalau bukan almarhum suami saya. Sedangkan saya tak pernah keluar rumah. Dari situ hidup saya sempat terpuruk," kata dia kepada Tagar.

Nurul mengaku, sempat tak berterima atas kondisi yang ia alami. Apalagi, setelah didiagnosa positif HIV, anaknya berpulang pada Tuhan.

Beruntung baginya, ia bertemu pendamping ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) yang memberinya motivasi hidup. Kini, tugasnya tak jauh-jauh dari penyuluhan mengenai bahaya virus itu.

Nurul menjadi seorang pendamping sebaya. Tugasnya, memberi pemahaman akan penyakit ini, mendampingi pasien, sampai berurusan dengan birokrasi terkait regulasi bagi ODHA.

"Dulu stigma pada pengidap HIV-AIDS sangat diskriminatif. Bahkan ketika anak saya masih hidup dan dirawat, wadah makannya pun dibedakan, berikut menunya. Namun kini sudah membaik. Bahkan, di Jepara, kelahiran normal dari seorang perempuan pengidap HIV bisa dilakukan dan dianjurkan oleh dokter, bilamana telah memenuhi persyaratan," urainya.

Nurul berkata, akan terus konsisten dengan jalan pendampingan.

Dulu stigma pada pengidap HIV-AIDS sangat diskriminatif.

"Ini hidup kedua bagi saya. Maka saya akan terus berjuang bagi mereka (ODHA). Dan saya ingatkan, HIV-AIDS tidak hanya lekat dengan perempuan yang berprofesi sebagai pekerja malam, nakal atau simpanan. namun perempuan yang istilahnya berdiam di rumah juga bisa terkena," ungkap Nurul.

Oleh karenanya, ia mengingatkan bahwa virus ini dapat menyerang siapa saja.

Banyak Perempuan Terjangkit karena Suami

Pengakuan Nurul, sejurus dengan data dari Komisi Penanggulangan HIV AIDS (KPA) Jepara. Dari jumlah total penderita HIV AIDS 1.135 (Akumulasi tahun 1997-2019), Ibu rumah tangga di Jepara paling banyak mengidap penyakit itu. Dari kurun waktu tersebut. Tercatat 387 istri terjangkit virus pelemah daya imun tubuh ini.

Data pun berbicara, jumlah perempuan pengidap HIV AIDS justru lebih banyak dibanding laki-laki. Tercatat, ada 626 perempuan yang terjangkit. Sementara laki-laki sebanyak 509 orang.

Lokalisasi mungkin sudah menghilang, namun ada kecenderungan lain yakni menawarkan jasa seks melalui online (daring).

Sekretaris KPA Jepara Fakhrudin menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka ibu rumah tangga dan perempuan yang mengidap penyakit itu. Menurutnya, selain tertular dari suami, adapula fenomena sosial yang memprihatinkan.

"Lokalisasi mungkin sudah menghilang, namun ada kecenderungan lain yakni menawarkan jasa seks melalui online (daring). Adapula, ibu rumah tangga yang nyambi. Terakhir adalah istilah Bang Toyib atau Toyibah, pekerja di luar kota atau boro yang kembali ke asal," tuturnya yang juga Kabid Pencegahan dan penanggulangan penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.

Hal ini menurutnya sesuatu yang mengkhawatirkan, lantaran Kabupaten Jepara yang identik dengan wilayah agamis, akan tetapi jumlah pengidap HIV AIDS mengalami peningkatan.

Selain, faktor-faktor penyebaran kasus HIV AIDS di atas, adapula ibu rumah tangga yang memang tertular karena polah suami. Seperti kebiasan jajan ataupun penggunaan narkoba suntik, yang tidak steril.

Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Jepara, Mayadina RM mengungkapkan, fenomena tersebut cukup memprihatinkan. Ia melihat lunturnya makna perkawinan.

"Berdasarkan bincang yang saya lakukan beberapa waktu lalu, istri yang tertular dari suami angkanya cukup banyak. Banyak faktor memang, apakah itu karena pola relasi sosial tak sehat, ataupun karena jarum suntik. Namun jika tertular dari suami, dari concern saya, itu sudah mulai ada memudarnya makna perkawinan. Kalau seandainya kuat hubungan itu, pasti tidak akan jajan diluar," ujarnya, Kamis 14 November 2019.

Faktor perbaikan ekonomi pun bak buah simalakama menurutnya. Di satu sisi membawa keberkahan, di sisi lain bisa membawa musibah, terkait relasi di luar nikah.

Menurutnya, pasangan yang sudah menikah perlu kembali memantapkan janji saat ijab qabul.

"Kalau ikatan itu kuat, maka tak mungkin jajan di luar," pungkas Mayadina. []

Baca juga:

Berita terkait
Makna Salam Lintas Agama Bagi Plt Bupati Jepara
Plt Bupati Jepara Dian Kristiandi punya pandangan sendiri kala mengucapkan salam agama lain. Yakni memupuk rasa nasionalisme.
Veteran Jepara Tidak Takut Mati Lawan Penjajah
Veteran tentara asal Jepara, Widji dan Shodiq meminta genarasi berjuang dengan pembangunan bukan senjata.
Jatah Formasi CPNS Jepara Didominasi Tenaga Pendidik
Kabupaten Jepara mendapat jatah formasi CPNS tahun 2019 sebanyak 381 posisi.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.