Kisah di Balik Secangkir Teh

Kisah di balik secangkir teh, tentang teh dari Jawa untuk permaisuri Inggris.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 26/11/2018) - Teh tak cuma identik sebagai minuman dari China, tapi juga minuman Inggris yang dinikmati bersama kudapan manis dalam ritual afternoon tea.

Jawa, yang masih dijajah Belanda, punya peran dalam industri teh dunia. 

Praktisi teh Prawoto Indarto mengemukakan, permaisuri Inggris masa lampau pernah mengimpor teh China yang dikapalkan dari Jawa.

Pada 1664, Catherine of Braganza yang merupakan istri dari Raja Charles II adalah pemesan teh pertama dari Jawa. Dia membeli 100 pound (sekitar 45 kilogram) teh China ke Inggris yang dikirim VOC dari Jawa.

"Sebelum 1606, Eropa Barat belum kenal teh, kecuali negara seperti Portugis," kata Prawoto Indarto dalam diskusi Cerita Teh Nusantara, Dulu dan Sekarang di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, Minggu (25/11) dilansir kantor berita Antara.

Keinginan Catherine menikmati minuman yang belum lazim dicicipi di negeri suaminya tak lepas dari latar belakangnya sebagai orang Portugis, negara yang sudah lebih dulu mengenal teh.

Catherine adalah putri dari Raja Portugis yang sudah terbiasa menyesap teh.

"Dia memperkenalkan teh di kalangan kerajaan Inggris," ujar Prawoto.

Sementara itu, teh yang ditanam VOC di Jawa baru muncul pada 1835. Teh asal Jawa menjadi teh pertama yang bukan berasal dari China di pasar Eropa.

Keputusan untuk menanam teh di Jawa dimulai pada 10 Juni 1824 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Benih teh dari Jepang diselundupkan Mayor Dr Vor Siebolt yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.

Pada 1872, teh Assam dari Ceylon masuk ke Indonesia, dibawa oleh RE Kerkhoven. Teh varieats Assamica klon Ceylon itu ditanam di Gambung, Jawa Barat, kelak jadi tempat Pusat Penelitian Teh dan Kina.

Sumatera dan Jawa adalah produsen teh Assamica di pasar dunia selain India dan Ceylon pada 1800-an. Namun, saat itu Inggris mengampanyekan Buy British agar negara persemakmuran tidak membeli teh dari Jawa dan Sumatera.

Asal-usul Nama Teh

Teh yang menjadi salah satu minuman pelepas dahaga sehari-hari ternyata memiliki asal-usul yang panjang.

Pada dinasti Zhou (1115 Sebelum Masehi), teh sudah dikenal sebagai ramuan obat. Namun ketika itu minuman tersebut belum memiliki nama resmi.

Prawoto Indarto menjelaskan teh baru dieja secara lisan sebagai jia pada Dinasti Han (206 SM - 220 SM). Jia memiliki arti minuman dengan rasa pahit.

"Pada masa itu, teh jadi minuman nasional di China," kata Prawoto.

Ketika tiba masa Dinasti Tang, teh disebut sebagai cha. Saat itu, teh berkembang di biara Zen Budha, tempat pendeta Jepang belajar seputar teh. Mereka kemudian membawa tradisi teh ke Jepang.

Itulah mengapa sebutan cha untuk teh masih terus digunakan di Negeri Sakura. Contohnya, tradisi minum teh bangsa Jepang dikenal sebagai Cha No Yu.

Bangsa Eropa memiliki peran mempopulerkan istilah teh yang kini dikenal di Indonesia. 

Prawoto mengemukakan, cha dalam dialek Fujian dilafalkan sebagai Tey.

Istilah ini berubah menjadi Tee ketika bangsa Portugis datang ke sana, kemudian bangsa Inggris menyebutnya sebagai tea, bangsa Belanda melafalkannya menjadi Thee dan akhirnya disebut di Indonesia sebagai Teh.

Dari China, teh menyebar ke banyak tempat termasuk ke Indonesia yang kini memiliki 50 ragam teh. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.