Makassar – Presiden Joko Widodo telah mengumumkan ibu kota negara akan pindah dari Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim). Kepindahan itu diputuskan pemerintah setelah dilakukan kajian mendalam secara intensif.
Pengamat Pemerintahan, Andi Luhut Prianto mengatakan pemindahan ibu kota negara ke wilayah Kaltim tentu punya dampak bagi daerah, terutama wilayah yang relatif dekat secara geoekonomi, politik dan sosial budaya seperti Sulawesi Selatan.
Penetrasi kebudayaan Bugis Makassar sangat memungkinkan untuk lebih terinternalisasi pada aktivitas kebudayaan metropolis di ibu kota baru
"Secara geoekonomi, perpindahan itu bisa membuat Sulsel sebagai hub (wilayah penghubung) yang paling strategis dengan ibu kota baru. Ketersediaan infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan yang dimiliki Sulsel akan menjadikannya penghubung utama ke ibu kota baru," kata Luhur, Kamis 29 Agustus 2019.
Ia menambahkan, posisi itu tentu akan menggairahkan ekonomi di sektor jasa transportasi serta menjadikan wilayah laut dan udara menjadi lebih prospektif.
Secara geopolitik, lanjut Luhur, reposisi kawasan akan melahirkan sentra-sentra kekuatan politik nasional baru di sekitar pusat kekuasaan dan wilayah penyangganya. Ke depan, politik lokal di Sulsel akan banyak mempengaruhi politik nasional.
"Secara sosial budaya, kontak dan asimililasi kebudayaan Sulsel terjadi dengan baik. Penetrasi kebudayaan Bugis Makassar sangat memungkinkan untuk lebih terinternalisasi pada aktivitas kebudayaan metropolis di ibu kota baru," jelas Luhur.
Perlu diketahui, pemindahan ibu kota akan dimulai prosesnya pada tahun 2024 mendatang. Kemudian akan dilanjut pada tahun 2025-2029, sedangkan tahap ke tiga akan berlangsung pada tahun 2030-2045.[]
