Keterbatasan Layanan Periksa Corona di RS Surabaya

Meski sejumlah rumah sakit di Jatim menyiapkan ruang isolasi, tetapi pelayanan pemeriksaan virus corona masih sangat terbatas.
Direktur Utama Rumah Sakit Unair Surabaya, Prof Nasronudin. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Surabaya - Pandemi Covid-19 atau virus corona membuat khawatir masyarakat, khususnya Surabaya. Sayangnya sejumlah rumah sakit membatasi jumlah masyarakat yang ingin melakukan tes virus corona.

Seperti di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya yang hanya mampu menangani 100 masyarakat per hari untuk pemeriksaan virus corona. Meski terus memberikan batasan, namun RSUA ini akan terus membuka layanan pemeriksaan virus corona untuk masyarakat hendak memeriksakan diri dengan memenuhi syarat dan ketentuan, yakni ada gejala dan riwayat berpergian hingga bertemu dengan siapa saja.

Kita membuat batasan 100 sehari itu karena melihat kalau lebih dari itu tidak optimal lagi pelayanannya.

Ketua Tim Satgas Virus Corona RSUA, dr Prastuti Asta Wulaningrum mengatakan dalam setiap hari ada lebih dari 100 orang datang ke Poli Khusus untuk memeriksakan diri. Namun, pihak rumah sakit membatasi supaya bisa lebih optimal.

"Kita membuat batasan 100 sehari itu karena melihat kalau lebih dari itu tidak optimal lagi pelayanannya. Nanti terlalu lama menunggu dan orangnya marah-marah," kata Prastuti.

Bukan hanya itu, pembatasan itu dilakukan supaya dapat menghindari penularan. Karena kerumunan pasien dapat menimbulkan antrian dan virus dapat lebih bisa berpindah. Sedangkan, dalam pembatasan ini, kata Prastuti, kalau nomor antrean di atas 100 akan diarahkan untuk datang di hari berikutnya.

"Kita meminimalisir juga persinggungan antar pasien. Jadi makin banyak pasien di situ, kemungkinan infeksinya juga makin tinggi," imbuh dia.

Namun, pihaknya mengaku memahami kepanikan yang terjadi di masyarakat, hingga berbondong-bondong ikut berinisiatif ikut pemeriksaan. Melihat kondisi ini, RSUA pun berencana menyediakan hotline untuk memudahkan masyarakat menyampaikan keluhannya, sebelum datang ke rumah sakit.

"Kita akan usahakan membuat hotline. Sehingga masyarakat bisa menghubungi langsung hotline itu. Jadi enggak usah datang ke rumah sakit. Nanti (sampaikan keluhan), terus saya perlu diperiksa apa tidak," ujar dia.

Sampai saat ini, kata Prastuti, total pasien yang menjalani pemeriksaan di RSUA sebanyak 500 orang. Dari jumlah itu, 9 pasien di antaranya menjalani rawat inap di ruang isolasi. Dengan rincian, 3 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan 6 Orang Dalam Pemantauan (ODP).

RSUD SoepraoenPetugas saat merapikan ruang isolasi untuk pasien suspek virus corona atau Covid-19 yang disediakan oleh RSSA Malang. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Terpisah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Arbani Mukti Wibowo memaparkan ada 90 warga Kabupaten Malang masuk dalam kategori ODP dan 2 warga PDP untuk virus corona.

Untuk 2 PDP, dia menjelaskan bahwa saat ini sudah dilakukan perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Tentara (RST) Soepraoen dan masih dalam proses pemeriksaan spesimen di Litbangkes Jakarta.

"Ada dua untuk warga Singosari sebagai pasien Covid-19. Dua orang ini sekarang dirawat di RST Soepraoen Kota Malang dan masih dalam proses pemeriksaan spesimen di Litbangkes Jakarta itu," kata Arbani saat diwawancarai usai di Malang pada Senin 16 Maret 2020.

"Mereka sudah dua hari yang lalu dirawat di sana (RST Soepraoen). Untuk kondisinya sampai sekarang masih sehat," terangnya.

Sedangkan untu ODP, dia menyampaikan salah satu merupakan seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Taiwan. Yang mana, majikannya dikabarkan positif Covid-19 tersebut.

"Dia tidak sakit. Tapi, memang bersangkutan TKI dan majikannya adalah orang Taiwan yang positif virus Covid-19," ujar mantan Direktur Utama (Dirut) RSUD Kanjuruhan Malang ini.

"Meski begitu, yang bersangkutan ini ternyata sudah dikarantina sebelum masuk ke Malang. Dan hasilnya dinyatakan negatif (Covid-19), jadi masuk ODP," jelasnya.

Seperti diketahui, kategori PDP adalah seseorang yang memiliki suhu tubuh lebih dari 38 derajat selsius, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), pneumonia kategori ringan hingga berat dan memiliki riwayat berpergian ke negara yang terjangkit atau sempat kontak langsung dengan pasien yang positif mengidap virus corona.

Sedangkan yang masuk kategori ODP adalah seseorang yang memiliki gejala atau riwayat demam lebih dari 38 derajat celsius, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) tanpa pneumonia, serta memiliki riwayat berpergian ke negara yang terjangkit virus corona.

Sebelumnya, kata Arbani, ada juga dua warga Kecamatan Dau, Kabupaten Malang yang merupakan satu keluarga yaitu mantu dan mertuanya suspek virus corona dan sempat dirawat di Rumah Sakit Syaifuk Anwar (RSSA) Malang.

"Kalau yang warga Dau itu di rawat di RSSA Malang semuanya dan dua-duanya sudah meninggal dunia. Tapi, mereka ini meninggalnya bukan karena penyakit Covid-19 itu," tegasnya.

Dijelaskannya, waktu itu si mertua awalnya dari Jogjakarta untuk mengikuti seminar. Sepulangnya dari kegiatan tersebut, yang bersangkutan sakit sesak nafas yang sebelumnya memang memiliki riwayat gangguan pernafasan akut.

"Karena itulah, dia langsung dirujuk ke RSSA Malang (karena diduga memiliki gejala yang sama dengan Covid-19) yang kemudian dilakukan pemeriksaan spesimennya di Litbangkes Jakarta," ungkapnya.

"Saat pemeriksaan, ternyata meninggal dunia dulu. Tapi, dari hasil pemeriksaan spesimennya negatif dan meninggalnya bukan karena Covid-19," tuturnya.

Akan tetapi, Arbani menambahkan bahwa ditengah pemeriksaan itu ternyata penyakitnya menular ke anak mantunya. Sehingga, sama dan langsung dirawat di RSSA Malang untuk dilakukan pengecekan spesimennya.

"Namun, dia sudah meninggal dunia juga. Jadi, total ada dua orang. Tapi, meninggalnya sama yaitu bukan penyakit Covid-19. Melainkan penyakit yang lain," ungkapnya.

Hingga saat ini, dikatakannya ada dua rumah rujukan di Kabupaten Malang yang disiapkan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Salah satunya RSUD Kanjuruhan Malang yang saat ini pula menangani satu ODP dan satu PDP.

"Untuk di RSUD Kanjuruhan dua ada dua. Satu sudah dinyatakan negatif. Sehingga jadi ODP lagi, bukan PDP," ucapnya.

Meski begitu, saat ini yang perlu diperhatikan menurutnya yaitu alat pelindung diri (APD) para tenaga medis. Pihaknya masih mengalami kendala perihal perlengkapan keamanan untuk tenaga medisnya tersebut.

"Memang ini kendala kami. Perlengkapan APD yang sebenarnya kita punyai di awal-awal. Jadi penyakit virus ini kan bukan saat ini saja virus corona. Tapi, juga sudah lama," ungkapnya.

Oleh karena itulah, Arbani akan segera membenah segera mungkin dengan harapan untuk keamanan tenaga medis. Khususnya di fasilitas kesehatan (faskes) awal yaitu Puskesmas.

"Kami coba melengkapi (APD) bagi semua faskes yang ada di Kabupaten Malang itu. Utamanya Puskesmas. Tentunya untuk menghindarkan mereka ikut tertular dari semua penyakit menular yang khususnya saat ini Covid-19 ini," tuturnya. []

Berita terkait
Transportasi Sehat dan Pencegahan Virus Corona
Simpul transportasi, seperti bandar udara, pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan harus menjadi perhatian. Menangkal virus corona.
Tri Rismaharini Gratiskan Tes Corona di Surabaya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau kepada warga Surabaya untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan saat kondisi kesehatan tidak baik.
Ogah Lockdown, Risma Buat Protokol Pencegahan Corona
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku jika Surabaya Lockdown maka perekonomian warga terganggu. Untuk itu, ia lebih siapkan protokol corona.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.