Kendala Lima Kawasan Heritage Yogyakarta

Yogyakarta menetapkan lima kawasan heritage. Kendala adalah bangunan baru yang berdiri dan tidak sesuai dengan arsitektur di kawasan tersebut.
Kawasan Malioboro, Yogyakarta (Foto: Nativeindonesia)

Yogyakarta - Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah menetapkan lima kawasan heritage di Kota Yogyakarta dan satu kawasan di Bantul. Kendala yang dihadapi adalah bangunan baru yang berdiri dan tidak sesuai dengan arsitektur di kawasan tersebut.

Lima kawasan heritage di Kota Yogyakarta tersebut adalah Kotagede, Kotabaru, Malioboro, Keraton dan Pakualaman. Kelima kawasan tersebut memiliki kekhasan arsitektur yang menjadi identitas tersendiri. Satu kawasan di Bantul yakni kawasan kompleks makam Raja-raja Mataram.

Kotagede, misalnya, berciri khas Mataram Kuno. Kotagede berarsitektur kolonial atau indische. Malioboro identik dengan Tionghoa (Pecinan), Keraton dan Pakualaman berciri khas Mataram Jawa.

Baca juga: Mengenal Jumputan, Kain Khas Yogyakarta

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY Ahmad Saifuddin Mutaqi mengatakan, peraturan kawasan heritage harus diapresiasi. "Itu bagian upaya mempertahankan pelestarian cagar budaya berbasis kawasan," katanya seusai Musyawarah Provinsi IX IAI DIY di Yogyakarta, Minggu 28 April 2019.

Dia mengatakan, kesulitan dalam mempertahankan heritage berbasis kawasan adalah munculnya bangunan baru. "Pemilik lahan ingin membangun rumah di kawasan heritage yang tidak sesuai dengan mayoritas bangunan di kawasan tersebut, ingin bergaya minimalis misalnya," ungkapnya.

Dalam Perda Pelestarian Cagar Budaya disebutkan, bangunan baru di kawasan heritage harus menyesuaikan arsitektur di kawasan tersebut. "Di kawasan Kotabaru misalnya yang berarsitektur kolonial, dari ratusan rumah yang benar-benar masih bergaya kolonial hanya sekitar 30-an rumah saja," paparnya.

Ahmad Saifuddin MutaqiKetua IAI DIY Ahmad Saifuddin Mutaqi saat memberikan keterangan pers usai terpilih sebagai ketua dalam Musyawarah Provinsi ke-IX IAI DIY. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Di kawasan Kotagede, relatif lebih bagus. Demikian juga di kawasan Malioboro, yang mulai mengembalikan ke bentuk semula. "Kita sudah ketemu dengan paguyuban pengusaha (Malioboro) sedikit demi sedikit, papan reklame toko diganti ke bentuk semula, sesuai kawasan yang ada," jelasnya.

Menurut dia, IAI DIY punya komitmen ikut menjaga kelima kawasan heritage di Kota Yogyakarta tetap lestari. "Kita bersedia mengedukasi masyarakat, tentang membangun atau merehab bangunan yang sesuai dengan heritage di kawasan tersebut," tegasnya.

Baca juga: Rudiantara: Yogyakarta Ujung Tombak Ekonomi Digital

Untuk Perda yang sudah ada, sebaiknya dijalankan dengan sebaik-baiknya. "Aturannya sudah ada, tinggal melaksanakan. Persoalan yang dihadapi bisa dicari solusinya," ungkapnya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY Hananto Hadi Purnomo mengatakan, Pemda DIY menetapkan lima kawasan heritage di Kota Yogyakarta merupakan upaya dalam pelestarian cagar budaya berbasis kawasan. "Jadi lingkupnya lebih luas, tidak hanya satu dua bangunan saja," kata dia.

Dia mengakui, ini merupakan tantangan bagi Pemda DIY dalam mempertahankan cagar budaya di tengah maraknya bangunan baru yang muncul. Tren masyarakat saat ini lebih menyukai bangunan bergaya modern seperti minimalis.

Sementara itu, dalam acara Musyawarah Provinsi ke-IX IAI DIY, Ahmad Saifuddin Mutaqi kembali terpilih sebagai ketua untuk masa bakti 2019-2022. Dia mengalahkan Barito Buldan. Dalam pemilihan yang menggunakan teknologi informasi aplikasi e-connect milik IAI ini, Ahmad Saifuddin Mutaqi meraih 149 suara dan Barito Buldan meraih 54 suara. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.