Jakarta - Seiring pembangunan infrastruktur, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya memperkuat industri baja nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan mewujudkan negara mandiri dari impor komoditas.
Olehnya diperlukan kebijakan strategis untuk membangkitkan industri baja nasional sehingga permintaan tetap tumbuh. Juga semua ekosistem berkaitan ikut bergerak bersama.
Kita tumbuhkan sektor industri baja ini karena demand yang selalu ada, sehingga ekonomi tetap bergerak
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier mengungkapkan, hampir seluruh negara di dunia saat ini mengalami pelemahan permintaan terhadap produk baja karena dampak pandemi Covid-19. Untuk itu, pemerintah berupaya mencari peluang agar permintaan di sektor industri baja bisa meningkat.
"Kita lihat di Amerika, ada upaya dari industri bajanya menyurati parlemennya untuk mengeluarkan semacam infrastructure bill yang tujuannya untuk mendorong industri baja agar bergerak. Karena pada saat pandemi, hampir seluruh industri baja ini mengalami slow down," katanya, Minggu 4 Oktober 2020.
Dirjen ILMATE Kemenperin menuturkan, pihaknya telah memacu industri baja di tanah air untuk melakukan inovasi agar roda bisnisnya tetap berputar.
“Inovasi jadi bagian kunci keberlangsungan baja kita. Kedua, pemerintah, baik pusat, daerah, BUMN harus mengalokasikan minimal proyek-proyek infrastruktur yang menjadi bagian penting penyerapan baja nasional. Itu harus diprioritaskan,” jelasnya.
Lanjut, ia memaparkan jurus yang perlu dikeluarkan adalah penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk baja dan pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Taufiek menilai, secara teknis, SNI merupakan instrumen yang cukup baik untuk membendung impor khususnya produk hilir.
"Kalau bahan baku saya kira itu kan hanya di pabrik. Kalau konsepnya SNI itu kan beredar di pasar. Itulah yang menjadi fokus. Industri yang paling hilir yang menjadi perhatian kita harus SNI. Untuk TKDN juga sudah kita upayakan sehingga produksi itu punva TKDN di atas 40%. Otomotis pemerintah, BUMN, harus membeli produk-produk yang dihasilkan dari dalam negeri. Itu yang menjadi konsentrasi kita,” ujarnya.
Industri baja diprioritaskan karena dinilai sebagai mother of industry, yang produksinya digunakan sebagai bahan baku untuk sektor lainnya. Sehingga, Taufiek menyampaikan, konsep pengembangan industri yang perlu dibangun haruslah fokus pada peningkatan utilisasi industri, minimal tidak jatuh.
“Jadi kita tumbuhkan sektor industri baja ini karena demand yang selalu ada, sehingga ekonomi tetap bergerak,” ujarnya. []
Baca juga:
- Kementerian Perindustrian Dukung Sertifikasi Produk Farmasi
- Strategi Gunungkidul Menjadi Basis Industri Batik Nasional
- Menteri Perindustrian: Unik, Pasar Ekspor Batik Meningkat