Pembangunan Infrastruktur Digital Dongkrak Industri Nasional

Kemenperin berkomitmen membangun infrastruktur digital untuk mendongkrak daya saing industri nasional di kancah global.
Ilustrasi industri manufaktur. (Foto: Pixabay/Alex Freeman)

Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) percaya dengan membangun infrastruktur digital dalam mewujudkan program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0 bisa mendongkrak daya saing industri nasional di kancah global.

"Salah satu visi Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia masuk jajaran 10 ekonomi terbesar di tahun 2030," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa, 22 September 2020.

Bisa dibayangkan perkembangan pesat ini merupakan kesempatan bagi kita semua.

Dengan menerapkan program prioritas tersebut, kata Agus, secara langsung akan berdampak terhadap revitalisasi sektor manufaktur dan diharapkan mampu meningkatkan kontribusi ekspor netto hingga 10 persen dari PDB

"Dengan adanya roadmap Making Indonesia 4.0 akan memberikan arah dan strategi yang jelas bagi pergerakan industri di Indonesia pada masa yang akan datang," ucapnya.

Terlebih, menurutnya, pemanfaatan teknologi industri 4.0 dipercaya mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan, seperti menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15 persen. "Oleh karena itu, guna mencapai target yang ditetapkan, infrastruktur digital perlu dikembangkan," ujar Agus.

Terdapat sejumlah teknologi digital yang menjadi kunci pembangunan sistem industri 4.0, seperti Artificial Intelligence, Internet of Things (IoT), Cloud, Augmented Reality, Virtual Reality, Advanced Robotic dan 3D printing.

"Berdasarkan penelitian dari McKinsey & Company, pembangunan infrastruktur digital di Indonesia akan membawa peluang positif hingga USD150 miliar terhadap perkonomian global dunia pada tahun 2025," tutur Agus.

Terkait peluang tersebut, kata Agus, didukung lantaran Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet tertinggi di dunia. Menurut dara dari HootSuite, masyarakat Indonesia yang memakai koneksi internet di perangkat mobile seperti smartphone atau tablet mencapai 338,2 juta pengguna atau lebih dari jumlah penduduk.

"Sebab, rata-rata orang Indonesia punya dua ponsel. Sedangkan, penetrasi internet mencapai 175,4 juta orang atau sekitar 64 persen total penduduk di Indonesia, dengan pengguna sosial media sebanyak 160 juta," kata Agus.

Di satu sisi, pangsa pasar IoT di Indonesia diprediksi berkembang pesat dan akan mencapai nilai Rp444 triliun pada tahun 2022. Angka tersebut disumbang dari konten dan aplikasi sebesar Rp192,1 triliun, diikuti platform Rp156,8 triliun, perangkat IoT Rp56 triliun, serta network dan gateway Rp38,1 triliun.

"Bisa dibayangkan perkembangan pesat ini merupakan kesempatan bagi kita semua," ucap Agus.

Bahkan, selesainya proyek infrastruktur telekomunikasi Palapa Ring pada tahun 2019 dapat menopang akses internet berkecepatan tinggi. Ini tentu diharapkan menjadi solusi bagi konektivitas di Indonesia.

"Dengan begitu, diyakini tidak akan ada permasalahan dalam konektivitas IoT, baik dengan konektivitas langsung (dari end device ke server atau cloud) atau dari gateway ke server atau cloud," ujarnya.

Sementara itu, Kemenperin sejak tahun 2017 berupaya mengajak sektor industri kecil menengah (IKM) agar bisa melek digital dengan merilis program e-Smart IKM. Ini untuk memperkenalkan dan membiasakan pelaku IKM nasional dalam memanfaatkan e-commerce atau digital platform, supaya mereka bisa lebih fleksibel sekaligus memperluas penetrasi pasar dalam menjual produknya.

"Kemenperin juga mempunyai program Startup4Industry yang berjalan dengan baik. Secara ekonomis, pemanfaatan teknologi dari program bisa dirasakan oleh seluruh industri, baik IKM maupun industri besar," tutur Agus.

Di awal peluncuran Makin Indonesia 4.0 pada tahun 2018, kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, telah ditetapkan lima sektor prioritas, yakni industri makanan dan minuman (mamin), tekstil dan busana, otomotif, kimia, serta elektronik. Namun, belakangan ini Kemenperin menambah dua sektor lagi, seperti infustri farmasi dan alat kesehatan karena mengalami permintaan tinggi selama pandemi Covid-19.

"Indonesia memperoleh lesson learned yang sangat berharga, yang kemudian diadopsi oleh Kemenperin menjadi kebijakan strategis. Kami menyadari bahwa Indonesia harus menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan, berarti mempunyai industri yang kuat di sektor alat kesehatan dan juga farmasi," kata Agus.[]

Berita terkait
Kemenperin Berdayakan Potensi Desainer Muda Fesyen Muslim
Kemenperin gelar kompetisi Modest Fashion Project (MOFP) guna mengembangkan potensi desainer muda fesyen muslim di Indonesia.
Kemenperin Fokus Genjot Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
Kemenperin menggenjot kinerja industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) agar mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
Cegah C-19, Kemenperin Awasi Perusahaan Pegang IOMKI
Kementerian Perindustrian terus memantau perusahaan IOMKI dalam menerapkan peraturan yang sudah ditetapkan di tengah pandemi Covid-19.