Kemelut Demokrat: Benarkah Anas Urbaningrum Dulu Dikudeta?

Pada saat itu memang susah menduga ada upaya kudeta untuk menyingkirkan Anas Urbaningrum. Waktu telah menjawab kudeta itu masuk akal.
Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat. (Foto: Tagar/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Saya kenal baik dengan Anas Urbaningrum. Beberapa kali ketemu dia di Jogja dan Jakarta. Dia memanggil saya Mas Bagas. Walau pertemanan saya dengan Anas Urbaningrum sangat terbatas, setelah ada kasus korupsi menimpanya, saya mengikuti terus perkembangannya lewat media.

Antara percaya dan tidak, lebih-lebih Anas Urbaningrum pernah bersumpah siap digantung di Tugu Monas, jika terbukti korupsi. Saya harus percaya, bahwa Anas Urbaningrum hanyalah seorang koruptor.

Sangat gaduh di level politik akibat kasus Anas Urbaningrum. Bahkan, sampai ke telinga saya, kalau Anas Urbaningrum sebenarnya sedang dikudeta. Logikanya bagaimana? Anas Urbaningrum jelas terbukti korupsi dan memang harus dipenjara, apa kaitannya dengan kudeta?

Pada saat itu memang susah menduga bahwa ada upaya kudeta untuk menyingkirkan Anas Urbaningrum. Namun, dengan berjalannya waktu, dugaan kudeta itu menjadi masuk akal. Siapa yang mengkudeta Anas Urbaningrum dan apa kepentingannya? Waktu telah menjawab dengan jujur apa adanya. Silakan dinilai sendiri.

Apalagi, baru-baru ini muncul berita, bahwa Megawati Soekarnoputri telah kecolongan dua kali di tahun 2004. Kudeta itu banyak ragamnya: bisa dalam bentuk pengkhianatan, pemecatan kader-kader parpol secara semena-mena.

Tindak kejahatan korupsi di internal Partai Demokrat (PD) pada saat itu, Anas Urbaningrum hanyalah salah satu pelakunya. Sekalipun PD sudah membuat iklan di media yang bunyinya KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI, ternyata korupsi tetap jalan terus.

Iklan itu hanya bohong-bohongan yang tujuannya mengelabuhi rakyat Indonesia. Suatu bentuk pencitraan politik pepesan kosong.

Hebohnya kasus korupsi yang melibatkan kader-kader PD pada masa lalu, hingga sekarang masih bisa dilihat dengan jelas, yaitu Candi Hambalang alias proyek mangkrak.

Masih kurang, perabotan rumah tangga inventaris negara juga ludes diangkut pulang ke rumah. Sungguh memalukan.

Korupsi adalah kudeta, yaitu mengkudeta amanah dan kepercayaan rakyat Indonesia.

Tidak perlu ada upaya politik pencitraan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, karena akan mencitra dengan sendirinya.

Kudeta pada Anas Urbaningrum patut diduga dengan memanfaatkan kondisi Anas Urbaningrum yang lagi apes pada kala itu, yang dilakukan oleh oknum PD yang getol membangun politik dinasti. Tokoh reformis?

Karier politik Anas Urbaningrum di PD tamat. Namun, Candi Hambalang masih lantang bersuara hingga hari ini. Apparently, keadilan belum tuntas. The show must go on!

Pada saat itu memang susah menduga bahwa ada upaya kudeta untuk menyingkirkan Anas Urbaningrum. Namun, dengan berjalannya waktu, dugaan kudeta itu menjadi masuk akal.

Saya tidak sedang membela Anas Urbaningrum. Bagi saya Anas Urbaningrum hanyalah seorang koruptor yang pantas dipenjara.

Yang menarik bagi saya adalah istilah kudeta. Sekarang muncul lagi. Pertanyaan saya adalah mungkinkah tradisi kudeta adalah tradisi internal PD? Bukannya jargon-jargonnya adalah demokrasi? Kok kudeta?

Jika iklim demokrasi betul-betul ditegakkan di internal parpol, maka setiap permasalahan internal parpol bisa diselesaikan dengan pendekatan yang humanis penuh kekeluargaan yang mengedepankan dialog. Bukan malah curhat ke publik lewat media merasa dizalimi. Yang zalim siapa?

Tampak tegas dan garang, walau tidak menakutkan, ketika kepentingan keluarganya terganggu, terusik, sehingga main pecat seenaknya. Namun, saat ada TKI dan TKW disiksa oleh majikannya di luar negeri, seketika menjadi plonga-plongo tak berdaya. Demi rakyat?

Ingat: partai politik di era demokrasi saat ini harus terbuka dengan tata kelola parpol yang modern. Permasalahan internal partai politik di Indonesia itu klasik, yaitu: krisis kepemimpinan, tata kelola parpol yang amburadul dan politik dinasti.

Politik dinasti adalah gaya politik ANGON BEBEK, di mana sang penguasa partai berserta keluarganya di depan dikuti bebek-bebek malang di belakangnya.

Politik dinasti adalah bentuk pembodohan yang sistemik dan sistematis dalam percaturan perpolitikan di Indonesia.

Patron kebohongan selalu melekat, karena itu jati diri. Sialnya, patron kebohongan itu dipatronkan ke orang lain, agar terkesan dirinya humble dan kharismatik.

Ada hal penting yang saya tandai atas gonjang-ganjing Partai Demokrat saat ini, yaitu sebagai berikut.

1. Membunuh karakter seseorang di ruang-ruang publik seenaknya sendiri. Tidak ada penghormatan atas etika dan moral dalam perilaku politiknya.

2. Mendiskreditkan pemerintah secara birokratis dan politis. Mungkin teringat masa lalu saat ada parpol yang lagi gonjang-ganjing dan ada dugaan keterlibatan sang penguasa.

Kilas balik PD saat pileg 2009: 20 %, 2014: 10 %, dan 2019: 7 % di parlemen. Jika saya asumsikan Pak SBY adalah figur rujukan PD dan popularitasnya bertahan hingga 2019, maka merosotnya suara PD karena badai korupsi yang dilakukan kader-kader PD, termasuk Anas Urbaningrum. Jika ternyata popularitas Pak SBY terdegradasi hingga 2019, maka merosotnya perolehan suara PD di parlemen, karena merosotnya popularitas Pak SBY dan badai korupsi. Namun jika ternyata popularitas Pak SBY biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, maka jelas selain badai korupsi, ada anomali pada Pemilu 2009.

Jika suatu parpol mengalami krisis kepemimpinan, pudarnya popularitas figur rujukan dan carut-marutnya tata kelola partai, Kongrer Luar Biasa adalah suatu keharusan dalam menyelamatkan partai dan membuang sukerta (sebel) yang ada di dalam partai politik.

Partai politik merujuk pada figur tertentu, bagi saya tidak masalah, asal keterkaitannya karena ideologi. Namun, jika hanya menjual figur, ya parpolnya runtuh bersama runtuhnya figur rujukan.

Orang yang hobinya bikin museum adalah orang yang gila hormat dan mengabdi pada keabadian. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Kebaikan akan selalu dikenang rakyat. Bung Karno tidak pernah bikin museum, namun Beliau selalu di hati rakyat Indonesia karena perjuangannya yang luar biasa membebaskan rakyatnya dari belenggu penjajahan dan karya monumentalnya yaitu Pancasila.

Sepi ing pamrih rame ing gawe. Itulah Bung Karno!

Badai pasti berlalu. 

*Akademisi Universitas Gadjah Mada

Berita terkait
Demokrat Bukan Partai Keluarga Agus Harimurti Yudhoyono
Demokrat bukan partai keluarga Susilo Bambang Yudhoyono atau Agus Harimurti Yudhoyono, para kader yang dipecat melakukan perlawanan, mendesak KLB.
Faksi Anas Urbaningrum Disebut Dukung Moeldoko Rebut Demokrat
Yus Sudarso menyebut 4 faksi sudah merestui Moeldoko ambil alih Demokrat, salah satunya faksi Anas Urbaningrum.
Anas Urbaningrum Sempat Ingatkan SBY Karma Itu Nyata
AHY membeberkan terjadinya rencana pengambilalihan paksa Partai Demokrat. Anas telah mengingatkan SBY jika karma pasti akan tiba.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.