Kembalinya Sarang Penyu di Pesisir Pantai Koh Samui

Ratusan bayi penyu muncul di kawasan pesisir Pulau Koh Samui, Thailand, sejak pandemi Covid-a9 melanda. Warga setempat juga menemukan sarang.
Bayi penyu di pantai dekat resor Banyan Tree di Koh Samui, Thailand. (Foto: Tagar/The Guardian/ Courtessy Banyan Tree Samui)

Jakarta - Beberapa ekor bayi penyu terlihat berjejer di atas pasir putih. Sebagian cangkang dan tubuhnya terkena butiran-butiran pasir di pesisir Pantai Koh Samui, salah satu pulau yang ada di Thailand.

Kemunculan bayi-bayi penyu semacam itu merupakan sesuatu yang jarang terjadi, setidaknya itu yang dikatakan oleh Kosum Kao-Uthai. Kosum mengaku terakhir kali melihat jejak bayi penyu di lokasi itu pada lima dekade lalu.

Beberapa orang tampak mengarahkan kamera ponsel mereka pada seekor bayi penyu yang terlihat di sana.

Muncul Sejak Pandemi

Dikutip dari The Guardian, Jumat, 21 Agustus 2020, ketika keluarga Kosum Kao-Uthai melihat jejak misterius di pasir di luar resor hotel yang mereka miliki di Koh Samui, dia tahu persis hewan mana yang telah berkunjung.

Dia ingat pernah melihat bekas yang sama, yang ditinggalkan oleh penyu yang bersarang. Saat itu, sekitar lima dekade yang lalu, ketika dia masih remaja. Kosum melihat jejak serupa sewaktu dia membantu ayahnya bertani kelapa di pulau itu. Namun, setelah saat itu, Kosum tidak melihat yang lain.

Kata Kosum, jumlah penyu di perairan Thailand telah menurun drastis selama seabad terakhir. Samui adalah tempat yang sangat berbeda 50 tahun yang lalu, ketika Koh Samui masih berupa hutan kayu dan perkebunan kelapa.

“Itu hanya hutan kayu, perkebunan kelapa dan tidak ada jalan.”

Sekarang pulau ini memiliki lebih dari 2 juta pengunjung dalam satu tahun yang baik. Bukan hanya perkembangan pantai yang menjadi ancaman bagi penyu. Bahaya lainnya termasuk perburuan, polusi dan risiko yang ditimbulkan oleh jaring ikan.

Cerita Bayi Penyu Thailand 2Penyu hijau di pantai Koh Samui, Thailand, dekat resor Banyan Tree. (Foto: Tagar/The Guardian/ Courtessy Banyan Tree Samui)

Menurut catatan, jumlah sarang penyu yang dilaporkan terdapat di Samui pada tahun 2020 jauh lebih tinggi daripada tahun lainnya, meskipun laporan dokter hewan tersebut tercatat hanya sejak dari tahun 2012.

Tetapi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ketika pulau itu melihat kembalinya wisatawan, yang menjadi andalan banyak bisnis. “Sebelum [pandemi] penuh, tempat parkir sudah penuh,” kata Kosum seraya menambahkan bahwa bisnis keluarga semakin sulit dijalankan.

Tahun ini, ketika pandemi virus Corona mengosongkan turis Thailand, sarang penyu sisik yang terancam punah dan penyu hijau muncul di seluruh pulau.

Bahkan, sejak Februari 2020, sebanyak 838 bayi penyu mengendap-endap melintasi pantai berpasir di pulau itu dan masuk ke laut, dengan dua sarang yang belum menetas.

Lonjakan sarang yang mencapai 19 titik, sejauh ini telah membuat senang para konservasionis, yang telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh manusia.

“Sungguh menarik dan kami berharap orang-orang di Samui akan membantu kami melindungi penyu di masa depan. Kami memiliki kesempatan,” kata Dr Thon Thamrongnawasawat, Wakil Dekan Fakultas Perikanan di Universitas Kasetsart di Bangkok.

Thon juga menjelaskan kemungkinan bahwa penyu-penyu yang dulunya bersarang di pesisir pantai, bisa saja melahirkan di laut, dan telur-telur mereka pun gagal menetas.

Dia menganalogikan kemungkinan itu seperti orang yang sudah saatnya melahirkan tetapi masih berada di dalam kendaraan yang mengangkutnya ke rumah sakit.

Telur di dalam penyu tidak bisa menunggu. Ini seperti manusia - jika Anda perlu melahirkan, Anda akan melahirkan di taksi.

Thon berharap keseimbangan bisa dicapai. Dia juga berpendapat bahwa pandemi telah menggambarkan bahwa Samui adalah tempat bersarang yang penting bagi spesies tersebut, dan jeda dalam pariwisata yang disebabkan oleh pandemi adalah kesempatan untuk bertindak lebih banyak. "Kita harus."

Harapan Thon agar warga Samui membantu mereka dalam melindungi penyu tampaknya bersambut. Penduduk dan bisnis lokal bersatu untuk melindungi hewan itu.

Warga setempat membangun pagar bambu di sekitar sarang untuk melindungi mereka dari kadal air dan anjing yang berkeliaran.

Bukan hanya membangun pagar, beberapa dari mereka bahkan telah berkemah di samping sarang dengan harapan dapat melihat bayi-bayi menetas, atau melihat induk penyu, yang biasanya kembali setelah istirahat 10 atau 12 hari untuk bertelur lebih banyak.

Cerita Bayi Penyu Thailand 3Sejumlah orang membuat pagar bambu untuk melindungi sarang penyu di Koh Samui, Thailand. (Foto: Tagar/The Guardian/Courtesy Banyan Tree Samui).

Sebuah hotel di sana juga menginstruksikan tim keamanannya untuk berjaga-jaga, mengunjungi setiap jam, dan mengarahkan CCTV dan sensor gerak untuk memastikan telur-telur tersebut tidak terganggu.

Cari Daerah yang Tenang

Penyu betina biasanya bersarang setiap dua hingga tiga tahun. Mereka menggunakan siripnya untuk menggali lubang berbentuk tetesan air mata di pasir, dan bertelur antara 80 hingga 120 telur kasar.

“Mereka mencari daerah yang tenang dan damai,” kata Thepsuda Loyjiw, ahli biologi kelautan yang bekerja di resor Banyan Tree, tempat penyu hijau bertelur di lima sarang tahun ini.

“Kami mencoba menanam tanaman [beringin], karena biasanya mereka menyukai pohon karena keteduhannya,” katanya sambil menambahkan bahwa penyu biasanya bersarang pada malam hari.

Tidak jelas apakah penyu yang mungkin tidak bersarang di pantai Samui sejak beberapa dekade lalu karena situasi yang ramai di tempat itu, kemudian melakukan perjalanan ke tempat lain untuk bersarang.

Di Thailand, para ahli konservasi telah menemukan cara baru untuk memantau spesies binatang tersebut.

Selama beberapa bulan terakhir, Pusat Biologi Laut Phuket telah melacak induk penyu sisik yang bertelur di Samui. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menemukan lebih banyak pengetahuan, termasuk tentang apa upaya yang harus dilakukan agar mereka dapat lebih terlindungi.

Cerita Bayi Penyu Thailand 4Bayi penyu menarik perhatian banyak orang. Mereka mengarahkan bagian belakang ponsel mereka ke arah bayi penyu. (Foto: Tagar/The Guardian/Courtesy Banyan Tree Samui)

“Jika Anda ingin melestarikan hewan, Anda harus mengetahui siklus hidup dan habitatnya,” kata Dr Kongkiat Kittiwatanawong, direktur pusat biologi laut tersebut.

Beragam upaya juga diupayakan untuk menghitung jumlah penyu tersebut agar hitungan jumlahnya menjadi lebih akurat. Salah satu upaya adalah dengan teknologi pengenalan wajah, yang mengidentifikasi penyu juga sedang dikembangkan.

Hal ini diharapkan dapat membantu menghasilkan perkiraan jumlah yang lebih akurat, karena penyu sulit dihitung akibat pola migrasi mereka.

Di seluruh dunia, masa depan mereka semakin terancam oleh pemanasan global, karena suhu yang lebih panas berkontribusi pada naiknya permukaan laut dan badai, serta mengubah arus laut, dan merusak terumbu karang, tempat banyak orang bergantung untuk bertahan hidup.

Ada juga kekhawatiran yang berkembang tentang dampak krisis iklim terhadap rasio jenis kelamin penyu: semakin hangat pasir tempat telur dikubur, semakin besar kemungkinan keturunannya akan berkembang menjadi betina. []

Berita terkait
Cerita Bocah Peracik Pupuk Organik Cair di Bulukumba
Seorang anak remaja berusia 14 tahun di Kabupaten Bulukumba mampu meracik pupuk organik cair hanya berbekal menonton video di YouTube.
Harapan Ayah Korban Perkosaan di Aceh Nyaris Pupus
Sudah hampir dua tahun Amin berjuang mencari keadilan untuk anak gadisnya yang diperkosa oleh kenalan di media sosial.
Ular Penghuni Pulau Karang di Pantai Pai Bima
Di kawasan Pantai Pai, Kabupaten Bima, NTB, terdapat pulau karang berukuran luas sekitar 800 meter, yang dihuni oleh ratusan ekor ular.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.