Bantaeng - Musim kemarau membawa berkah bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Apalagi mereka yang berprofesi sebagai petani rumput laut. Sebab, harga rumput laut meningkat hingga kisaran Rp 18.500 perkilo untuk jenis RL Katonik.
Biasanya, pada musim hujan, mereka rugi besar lantaran rumput laut yang ditanam tidak bisa dipanen sebab intensitas air tawar lebih tinggi ketimbang air asin.
"Parahnya itu di bulan Mei dan Juni, puncak kerugian itu. Biasa per bentang diturunkan ke laut, rumput laut mati atau bahkan runtuh lepas dari ikatan bentang," kata Sultan Daeng Solo saat dijumpai di Kelurahan Lamalaka, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Minggu, 8 September 2019.
Selain faktor curah hujan yang meningkat, para petani rumput laut yang merugi juga di akibatkan oleh banjir bandang. Sebab mereka tak bisa mengeringkan hasil panen secara maksimal.
"Kalau bicara kerugian yah, tergantung per bentang yang diturunkan, kalau misalnya 50 bentang diturunkan ke laut, berarti kerugian mencapai Rp.750 ribu," kata dia.
Namun masyarakat baru bisa menikmati hasil yang maksimal setelah bulan Agustus sampai November. "Selebihnya untung-untungan," ucapnya.
Diketahui, terdapat dua jenis bibit rumput laut yang diproduksi masyarakat setempat, yakni jenis Katonik dan jenis Pemburu.
Bibit jenis Katonik dibeli seharga Rp. 4.000 perkilo, dengan keuntungan bisa mencapai Rp 21.000 per bentang.
Sementara bibit jenis Pemburu bisa didapat 500 rupiah perkilo dan keuntungan bisa mencapai Rp. 6.500 per bentang. []
Baca juga:
- Komisoner KPU Bantaeng Terseret Kasus Kode Etik Pemilu
- Rayakan Tahun Baru Islam Masyarakat Bantaeng Pawai
- Seorang Remaja di Bantaeng Mencuri untuk Makan