Jakarta - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta, mengatakan para pihak atau kelompok yang kerap menyatakan bahwa terorisme adalah rekayasa dan merupakan konspirasi belaka, dapat disinyalir ada dua hal.
Hal ini diungkapkan Stanislaus Riyanta dalam Kegiatan Webinar 'Menilik Radikalisme dan Menakar Kebebasan Berekspresi di Ruang Publik' yang diselenggarakan oleh Pemuda Moeslim Jayakarta didukung InisiatifNews pada Rabu, 16 Januari 2022.
"Orang yang mengatakan terorisme ini rekayasa, ada dua hal. Karena propaganda atau karen post truth. Karena dia kagum maka dia menganggap tokoh teroris itu nggak salah, kalau yang nggak disuka ya dianggap salah. Sekarang, Garda Terdepan adalah wartawan. Untuk menunjukkan kebenaran dan melawan hoaks," kata Stanislaus Riyanta.
"Ketika ada kasus terorisme selalu dianggap konspirasi saja. Karena pejabat pemda saja menganggap bahwa ya seperti itu. Dan hanya Indonesia saja yang menyelenggarakan peradilan terbuka soal kasus terorisme. Dan juga tidak ada satupun yang dikatakan tidak bersalah,," katanya.
Ini ya bagian dari pendukung teroris saja yang mengatakan seperti itu. Kalau memang ada bukti meringankan dan rekayasa ya maju saja. Kalau berani dan memang punya bukti ya bilang saja.
Dia mengatakan, jika kejahatan terorisme adalah konspirasi atau rekayasa, apakah ada yang bisa membuktikan untuk membebaskan para pelaku. Sampai saat ini, tegas dia, belum ada.
"Ini ya bagian dari pendukung teroris saja yang mengatakan seperti itu. Kalau memang ada bukti meringankan dan rekayasa ya maju saja. Kalau berani dan memang punya bukti ya bilang saja," katanya.[]