Kebal Corona, Ekspor Melejit Jadi US$ 12,03 Miliar

Indonesia mencatatkan peningkatan ekspor yang cukup signifikan pada semester I/2020 meskipun tengah mengahadapi pendemi Covid-19
Gudang peti kemas ilegal di kota Parepare. (Foto: Tagar/Irsal Masudi)

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa pada Juni 2020 terjadi kenaikan ekspor sebesar 15,09 persen menjadi US$ 12,03 miliar dibandingkan dengan Mei 2020 yang sebesar US$ 10,45 miliar

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bukuan tersebut ditopang oleh ekspor nonmigas yang mencapai US$ 11,45 miliar, atau naik 15,73 persen dibanding Mei 2020.

“Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Juni 2019, angkanya masih lebih besar 3,63 persen,” ujarnya Rabu, 15 Juli 2020.

Meski demikian, Suhariyanto mengungkapkan bahwa secara kamulatif nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2020 menurun 5,49 persen dibandingan dengan periode yang sama.

“Demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 72,43 miliar atau menurun 3,60 persen,” kata dia.

Adapun, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Juni 2020 terhadap Mei 2020 terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik sebesar US$ 197,2 juta (39,39 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$ 142,6 juta (16,74 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari– Juni 2020 turun 0,41 persen dibanding periode yang sama 2019, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya turun 20,71 persen, sementara ekspor hasil pertanian naik 9,60 persen.

Kemudian, ekspor nonmigas Juni 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 2,43 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,37 miliar dan Jepang US$ 0,99 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,88 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,00 miliar.

Lalu, menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Juni 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 12,44 miliar (16,29 persen), diikuti Jawa Timur US$ 9,47 miliar (12,39 persen) dan Kalimantan Timur US$ 6,84 miliar (8,95 persen).

IMPOR

Nilai impor Indonesia Juni 2020 mencapai US$ 10,76 miliar atau naik 27,56 persen dibandingkan Mei 2020, namun dibandingkan Juni 2019 turun 6,36 persen

Impor nonmigas Juni 2020 mencapai US$ 10,09 miliar atau naik 29,64 persen dibandingkan Mei 2020. Dibandingkan Juni 2019 juga naik 3,12 persen.

Impor migas Juni 2020 senilai US$ 680 juta atau naik 2,98 persen dibandingkan Mei 2020, namun dibandingkan Juni 2019 turun 60,47 persen.

Peningkatan impor nonmigas terbesar Juni 2020 dibandingkan Mei 2020 adalah golongan mesin dan peralatan mekanis senilai US$ 432,4 juta (33,98 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan pupuk senilai US$ 38,7 juta (31,34 persen).

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Juni 2020 adalah Tiongkok senilai US$ 18,14 miliar (28,63 persen), Jepang US$ 6,09 miliar (9,61 persen), dan Singapura US$ 4,21 miliar (6,64 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$ 12,27 miliar (19,37 persen) dan Uni Eropa US$ 5,00 miliar (7,89 persen).

“Nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Januari–Juni 2020 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi pada golongan barang konsumsi bahan baku/penolong, dan barang modal,” tutur Suhariyanto.

Berita terkait
Inflasi 0,18%, BPS: Didominasi Kelompok Pengeluaran
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi Juni 2020 sebesar 0,18 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,06.
Imbas Pandemi, Penduduk Miskin Naik 1,63 Juta Orang
Badan Pusat Statistik menyebut bahwa pandemi Covid-19 menjadi katalisator peningkatan kemiskinan di Indonesia
BPS Kirim Sinyal Kelangkaan Pangan Mulai Juli 2020
Badan Pusat Statistik menyebut Indonesia sangat berpotensial menghadapi krisis pangan di tenagah masa pandemi Covid-19.