Semarang - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Mas Semarang menanggapi video viral yang memperlihatkan air laut surut di pantai sekitar Benteng Portugis, Desa Ujungwatu, Kecamatan Donorojo, Jepara, Jawa Tengah.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Mas Semarang, Sediyanto mengatakan fenomena alam di pantai di Jepara tersebut dimungkinkan sebagai fenomena surutnya air laut yang terendah. Air laut di tempat tersebut sudah surut sejak pagi hingga siang hari, lalu pasang sedikit, dan kemudian surut kembali.
"Surutnya air laut kemarin di Jepara di titik 0,3, artinya turun 30 sentimeter dari ketinggian muka air laut. Sudah surut, naik sedikit lalu surut lagi. Jadi surutnya dua kali, umumnya dalam satu hari hanya satu kali surut," jelasnya kepada Tagar, Rabu, 30 September 2020.
Sediyanto mengaku belum mengetahui persis fenomena yang terjadi di Pantai Benteng Portugis Jepara tersebut apakah berkaitan dengan pasang surut air laut yang terjadi di Semarang atau hal lainnya.
"Dari data Pusat Hidrologi Oseanografi (Pushidros TNI AL) pasang surut air laut Semarang pada 29 September 2020, terjadi surut air laut pada pukul 13.00 WIB. Surut terendah di rata-rata di bulan September 2020 ini, yakni 30 sentimeter, terjadi di sore sampai malam hari," katanya.
Sudah surut, naik sedikit lalu surut lagi. Jadi surutnya dua kali, umumnya dalam satu hari hanya satu kali surut.
Akhir bulan September 2020 ini, lanjut dia, air laut akan surut mulai pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB, yakni surut terendah, dan akan naik atau pasang.
"Tapi akan surut lagi. Sehingga air laut akan pasang sekali, surut 2 kali ini," ujarnya.
Dari kejadian pasang surut di Semarang tersebut, kemungkinan sama juga terjadi di Pantai Jepara. "Tapi kami belum mengetahui persis, dan juga belum melakukan penelitian terkait fenomena tersebut dipengaruhi apa," kata dia.
Sementara anggapan sebagai masyarakat yang menghubungkan dengan potensi gempa megathrust dan tsunami, Sediyanto menegaskan kejadian gempa dan tsunami tidak diketahui secara pasti waktunya. Belum ada teknologi yang bisa memprediksi terjadinya gempa besar
"Sehingga masyarakat harus tetap waspada dan hati-hati untuk tidak termakan oleh isu atau informasi yang tidak benar," tuturnya.
Baca juga:
- Isu Tsunami di Selatan Jawa, Geolog UGM: Jangan Panik
- Deteksi Dini Tsunami, BPBD Banyuwangi Tambah 3 EWS
- Potensi dan Kerawanan Tsunami Wilayah Pantai Selatan Jatim
Artinya, fenomena pasang surut air laut tersebut lebih dipengaruhi oleh pergerakan antara bumi dan bulan. Saat bulan lebih dekat dengan bumi maka air laut akan pasang.
"Sementara saat bulan jauh dari bumi maka air laut akan surut yang terendah. Selain itu pasang surut air laut juga dipengaruhi oleh musim, jika musim hujan tinggi di Gunungpati dan Ungaran (dataran tinggi), maka air laut akan pasang dan bisa mempengaruhi terjadi rob," imbuh dia. PEN []