Pesisir Selatan - Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, masih cukup tinggi. Setidaknya terjadi 119 kasus kekerasan hingga pertengahan November 2019.
Jika pemahaman agama kuat, kasus seperti itu tidak akan terjadi.
Kepala Dinas Sosial, Zulfian, mengatakan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan dipicu tiga faktor utama. Pertama masalah kemiskinan dan rata-rata korban berasal dari keluarga kurang mampu.
"Mereka gampang diiming-iming pelaku. Korban rata-rata di bawah usia 18 tahun," katanya kepada Tagar, Rabu 27 November 2019.
Kemudian karena faktor pendidikan. Sebab mayoritas tingkat pendidikan korban dan pelaku di bawah jenjang SMP. Dengan begitu, mereka rentan terpengaruh kemajuan teknologi informasi.
"Kemudian karena faktor lemahnya pemahaman agama dan ini yang paling penting. Jika pemahaman agama kuat, kasus seperti itu tidak akan terjadi," katanya.
Zulfian merincikan 119 kasus tersebut masing-masing, 24 kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak, 40 lainnya penganiayaan berat dan ringan. Lalu 55 lainnya adalah kasus kekerasan terhadap perempuan.
Menekan angka kekerasan terhadap anak dan perempuan, Pemkab Pessel terus melakukan sosialisasi di semua tingkatan, sasaran utama adalah para siswa.
Zulfian mengatakan, jika ditemukan indikasi tersebut para korban diharapkan segera mlapor dan pihaknya akan melakukan pendampingan terhadap korban bersama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
"Tapi trendnya cukup menurun sejak 2017, dari 170 kasus, menjadi 162 kasus pada 2018," tuturnya. []