Pematangsiantar - Pengamat Pendidikan, Ari S. Widodo Poespodihardjo, menilai program Kartu Prakerja yang menjadi andalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan cara memperbaiki permasalahan yang dihadapi para pencari kerja saat ini.
Meski enggan ikut mengomentari polemik dan kontroversi politiknya, Ari mengatakan program Kartu Prakerja telah lama menjadi wacana pemerintah guna mengatasi persoalan pengangguran di dalam negeri.
"Mari kita perhatikan asal usul dari program ini. Program ini sudah dicanangkan sejak lama sekali dalam berbagai bentuk," kata dia kepada Tagar, Senin, 4 Mei 2020.
Menurtnya, dijalankannya program ini senantiasa untuk membantu para calon tenaga kerja yang ada di Indonesia agar memiliki indeks kemampuan dan keterampilan lebih baik dari saat ini.
"Karena sudah berulang kali diteliti, indeks kemampuan para tenaga kerja kita itu tergolong rendah di ASEAN. Akibatnya jelas, investor makin malas masuk dan produktivitas negara juga sulit bersaing," ujarnya.
Dia menjelaskan, di beberapa negara lain sudah banyak muncul organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organizations (NGO), seperti Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang bertujuan untuk mengasah kemampuan dan keterampilan para pekerja.
Ari mengatakan, program Kartu Prakerja yang dicanangkan pemerintahan Presien Jokowi ini merupakan salah satu dari kegiatan yang memiliki tujuan yang sama dengan organisasi-organisasi keterampilan tenaga kerja lain.
"Nah memperbaiki itu sudah menjadi program negara banyak NGO seperti ILO, tetapi kita bicara bangsa dengan dua ratus juta lebih penduduk. Kartu Prakerja ini sebagai salah satu cara memperbaiki situasi tadi dengan mensponsori para pencari kerja agar mereka dapat memperbaiki kemampuan mereka," kata dia.
"Sialnya, tiba-tiba terjadi krisis global akibat corona. Kasus krisis corona terpaksa merubah rencana tadi, dimana tidak mungkin melakukan pelatihan secara konvensional pada saat ini," ucapnya.
Ari mengatakan, munculnya opsi untuk menggelar pelatihan kepada para pencari kerja secara daring, alih-alih menunda sementara jalannya program tersebut lantaran isu virus corona, diambil atas dasar banyak pertimbangan.
Menurutnya, penghentian program ini justru akan membuat kondisi di Tanah Air semakin jauh terpuruk. Pasalnya, jika ekonomi dunia sudah bergerak normal, Indonesia akan jauh tertinggal dari negara lainnya jika tenaga kerjanya masih belum siap.
"Kalau ditunggu, saat ekonomi dunia mulai bergerak, kita akan makin jauh terpuruk dan saat itu makin berat beban yang harus ditanggung karena besarnya penduduk usia produktif yang sayangnya kalah bersaing dalam kemampuan mereka," katanya.
Baca juga: PKS: Kartu Prakerja Tak Efektif Saat Pandemi Corona
"Jadi wajar bahwa meski kita dalam krisis, program ini masih dijalankan apalagi mayoritas penduduk sekarang tertahan dalam rumah jadi mereka lebih bisa fokus belajar," kata dia. []