Jakarta - Obligasi merupakan salah satu investasi yang tepat bagi pemilik modal yang mengingkan dananya tetap tumbuh serta memberikan hasil investasi yang konsisten. Meski memiliki risiko relative lebih kecil, obligasi juga memiliki beberapa kelemahan.
Berikut 5 kelemahan investasi obligasi yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Beberapa obligasi perusahan memang aman, namun Anda bisa rugi juga
Tidak semua obligasi diciptakan setara. Obligasi perusahaan dapat mempunyai risiko yang tinggi dan investor harus melakukan riset yang mendalam sebelum menginvestasikan dana mereka.
Inflasi bisa menghabiskan return Anda
Perlu diingat, dengan membeli obligasi, Anda akan mendapatkan bunga dengan nilai yang telah ditentukan. Seiring bergantinya tahun, nilai return Anda akan turun karena inflasi.
Perusahaan dapat bangkrut
Sulit sekali untuk menilai apakah sebuah perusahaan akan memiliki kemampuan untuk memenuhi komitmen untuk membayar kembali para investor mereka. Sebagai contohnya, mari kita lihat sebuah perusahaan yang terlibat di industri minyak.
Beberapa tahun yang lalu, harga minyak lebih dari US$100 per barel. Namun setelahnya, harganya turun sekitar US$30 hingga US$40. Perusahaan yang meraup laba sangat banyak ketika harga minyak tinggi akan cepat kehilangan uang.
Sulit untuk memprediksi apakah sebuah perusahaan akan selalu memiliki performa baik ke depannya. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan jika ingin membeli obligasi yang jatuh tempo lebih dari lima atau sepuluh tahun karena hal ini memiliki potensi risiko yang relatif lebih besar dan perlu dipertimbangkan secara masak.
Melewatkan kesempatan lain
Ketika Anda membeli obligasi, terutama obligasi yang menjamin modal awal yang dikeluarkan oleh pemerintah, Anda berarti harus mau menerima return yang rendah.
Misal, Anda membeli obligasi perusahaan senilai Rp10.000.000,- dengan tempo 10 tahun dan dengan bunga 5%, maka modal Anda akan tumbuh mencapai Rp16.288.948,-.
Dengan jangka waktu 2 tahun, apabila Anda berinvestasi di obligasi pemerintah, dengan asumsi return 8% per tahun, Anda akan mendapatkan Rp11.664.000,- (return di kedua contoh ini telah dihitung secara bunga majemuk setiap tahun.)
Anda dapat mempertimbangkan untuk mencari alternatif produk investasi yang dapat memberikan potensi return tetap dengan tingkat risiko yang dapat Anda toleransi.
Mungkin, obligasi tidak cocok untuk rencana jangka panjang investasi Anda
Banyak investor muda menaruh semua tabungan mereka di obligasi karena keyakinan mereka bahwa keamanan adalah perhatian terbesar. Namun, dalam jangka panjang, investasi lain sebenarnya bisa menghasilkan potensi return yang lebih tinggi.
Apabila Anda berada di usia 20an atau 30an dan sedang berinvestasi untuk dana pensiun, obligasi mungkin bisa menjadi porsi yang lebih rendah dalam investasi Anda. Obligasi tidak seharusnya menjadi jumlah mayoritas investasi Anda karena obligasi umumnya memberikan return yang rendah, yang nilainya bisa saja dikalahkan oleh inflasi.
Maka dari itu pentingnya pemilik modal untuk memilih obligasi sebagai instrumen investasi adalah untuk diversifikasi portofolio investasi. Dia menyarankan agar pemilik modal, baik investor pemula atau investor ulung untuk bisa memecah asetnya dalam beberapa varian produk investasi.
Hal itu penting dilakukan agar risiko juga bisa terpecah ketika salah satu instrumen investasi mengalami permasalahan. Dengan begitu kerugian yang dialami oleh pemilik modal bisa ditekan.[]
(Fiona Renatami)
Baca Juga:
- Kelebihan dan Kekurangan Obligasi Sebagai Investasi
- Tips Cuan Maksimal Saat Berinvestasi Obligasi
- Ternyata Begini Cara Kerja dan Menghitung Cuan Obligasi
- Jenis-jenis Obligasi yang Harus Diketahui Investor