KAI Klaim Antrean di Stasiun KRL Akibat Cegah Covid-19

KAI klaim antrean mengular di stasiun KRL karena dijalankannya protokol kesehatan mencegah penyebaran Covid-19.
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line antre menunggu kedatangan kereta di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Senin, 13 April 2020. (Foto: Antara/Arif Firmansyah)

Jakarta - Direktur Utama Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo mengklaim antrean mengular di stasiun KRL selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena dijalankannya protokol kesehatan mencegah penyebaran Covid-19.

"Antrean kami buat semata-mata untuk mematuhi kebijakan physical distancing baik di stasiun maupun di kereta dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19," kata Didiek melalui keterangannya, Senin, 6 Juli 2020.

Didiek menjelaskan, dengan terus meningkatnya jumlah pelanggan KRL dari hari ke hari dan masih tetap dibatasinya kapasitas KRL, maka kepadatan pada jam sibuk tidak dapat dihindari.

KAI berharap seluruh pihak yang pegawainya berangkat kerja menggunakan KRL dapat mengatur kembali jam masuk kerja pegawainya sesuai SE Gugus Tugas Covid-19 No 8 tahun 2020.

Ia memberikan contoh, jumlah pengguna KRL yang dilayani pada Senin 6 Juli 2020 hingga pukul 10.00 WIB tercatat ada 166.044 orang. Jumlah itu meningkat 7 % dibanding periode yang sama pada hari Senin 29 Juni 2020 sebanyak 155.555 pelanggan KRL.

Didiek menuturkan, masyarakat masih berbarengan ke stasiun untuk berangkat ke DKI Jakarta dikarenakan jam kerja yang masih bersamaan. Kepadatan di stasiun terjadi pada jam sibuk yaitu jam 06.00-08.00 WIB.

"KAI mengimbau agar masyarakat menghindari jam sibuk untuk berangkat ke DKI Jakarta menggunakan KRL. Pantau terus sosial media @commuterline dan aplikasi KRL Access untuk mengetahui kondisi antrean di sejumlah stasiun pemberangkatan," ujar Didiek.

KRL, Commuter LinePenumpang menunggu kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek di Stasiun Manggarai, Jakarta, Kamis (13/2/2020). (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga

Didiek juga meminta agar seluruh Instansi, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan swasta untuk mengatur jam kerja pegawainya agar kepadatan di KRL dapat dikurangi.

"KAI berharap seluruh pihak yang pegawainya berangkat kerja menggunakan KRL dapat mengatur kembali jam masuk kerja pegawainya sesuai SE Gugus Tugas Covid-19 No 8 tahun 2020 atau melakukan pengaturan jam kerja shift pagi dan siang," ujar Didiek.

Dengan adanya pengaturan jam kerja, kata dia, maka pelayanan kepada pelanggan KRL di stasiun dan kereta akan lebih maksimal. Pelanggan juga nantinya tidak akan berlama-lama untuk antre di stasiun untuk masuk ke KRL karena kepadatan mulai terurai.

Didiek menegaskan, KAI sudah maksimal mengoperasikan KRL, dimana jumlah yang dioperasikan sudah sebanyak 947 perjalanan atau mencapai 95% dari 991 perjalanan yang reguler dijalankan pada masa normal sebelum pandemi.

"Misalnya di stasiun Bogor, headway antarkereta sudah 5 menit sekali. Namun hal tersebut tetap belum mampu mengurangi antrean karena kapasitas yang disediakan masih dibatasi dalam setiap perjalanan," ujar Didiek.

Berita terkait
Polemik KRL Stop Operasi, Luhut dan Pemda Nihil Solusi
Pemerintah pusat diwakilkan Menko Luhut dan pemda nihil solusi dan enggan tegas sebab itu polemik KRL stop operasi saat PSBB muncul.
KAI Proyeksi Pengguna KRL Membludak Pekan Depan
Pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) diyakini bakal meningkat seiring dengan pelonggaran PSBB
Covid-19 di KRL, Pemda Diminta Tak Bergantung Pusat
Pemerintah daerah (pemda) diminta tak bergantung pusat menyusul sebaran virus corona atau Covid-19 di kereta rel listrik (KRL).
0
Anak Elon Musk Mau Mengganti Nama
Anak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah mengajukan permintaan untuk mengubah namanya sesuai dengan identitas gender barunya