Jungkir Balik Corona

Pandemi corona Covid-19 mengjungkirbalikkan dunia. Nyaris tidak ada yang bisa menghindari hal ini. 189 negara terpapar virus ini. Apa selanjutnya?
Ilustrasi - Pandemi corona Covid-19 mengubah dunia. (Foto: Pixabay/geralt)

Pesawat Hercules dari TNI Angkatan Udara yang mengambil alat pelindung bagi petugas kesehatan sudah mendarat di Indonesia. Alat pelindung itu didistribusikan ke rumah sakit yang menangani wabah corona.

Covid-19 menyerang seluruh dunia. Ratusan negara memburu alat pelindung itu. Kita beruntung mendapatkannya dari China. Sementara negara-negara maju, petugas medisnya juga merasakan problem yang sama. Mereka kekurangan alat pelindung diri atau APD.

Tidak ada negara yang siap 100 persen menghadapi wabah yang mendadak seperti ini. Semuanya sekarang bekerja dalam suasana krisis. Jadi, kalau ada yang nyinyir Pemerintah enggak siap sekarang, memang ada pemerintahan yang siap menghadapi semua ini? Enggak. Semua kelabakan. Semua bekerja dalam tekanan dan stres.

Pemerintah juga sudah mendatangkan rapid test, alat tes cepat untuk pasien apakah dia positif atau negatif. Setelah rapid test ini diterapkan ke masyarakat, pasti jumlah pasien meningkat drastis. Maka kemudian juga disiapkan rumah sakit khusus di Pulau Galang, Kepulauan Riau. Juga dibangun rumah sakit isolasi khusus untuk pasien Covid-19.

Ada dua obat yang diyakini efektif untuk melawan virus corona, pemerintah sudah mendatangkan klorokuin dan avigan. Klorokuin adalah obat malaria. Sementara avigan obat buatan Jepang. Memang saat ini belum ada obat corona secara khusus. Tapi dua obat ini pernah dicobakan kepada pasien-pasien di negara lain, bisa menyembuhkan, sehingga kita mau menggunakannya.

Semua upaya sudah dilakukan untuk menghadapi wabah ini. Yang namanya wabah adalah kondisi krisis. Butuh semua pihak terlibat. Kita sebagai masyarakat harus men-support pemerintah. Caranya dengan berdiam diri di rumah, menjaga kesehatan. Biarkan pemerintah bekerja. Kita jangan rewel.

Dampak wabah ini enggak akan berhenti sampai di sini. Katakanlah kita berhasil perang melawan Covid-19, setelah itu ada yang harus kita hadapi. Tantangan yang juga sama beratnya. Tantangan ekonomi. Iya, seluruh dunia babak belur ekonominya. 

Sambil menangani wabah ini, di satu sisi Pemerintah harus juga mulai pasang ancang-ancang untuk persoalan ekonomi yang kena imbas.

Kesejahteraan terjadi apabila ada interaksi orang dengan orang lain. Ada transaksi, ada pasar. Eh, gara-gara wabah ini, interaksi itu dibatasi. Orang tidak bisa ketemu orang lain. Negara-negara menutup pintu. Ya, ambrol perekonomian.

Kita lihat misalnya, ketika social distancing diterapkan, para pekerja informal yang kena imbas duluan. Driver ojek online penumpangnya berkurang. Tukang cilok siapa mau beli? Tukang parkir harian yang biasa parkir, mobil yang diparkirkan berkurang. Perusahaan jasa, siapa yang mau datang? Restoran dan lain-lain. Pendapatan mereka turun drastis. 

Apalagi sektor pariwisata. Bali sepi sekarang. Jasa angkutan orang, pesawat, pasti babak belur semuanya. Perusahaan manufaktur juga kena imbas. Kenapa? Pasokannya seret, bahan bakunya seret, sementara bahan baku didatangkan dari China biasanya. Nah, China ini juga bermasalah. Kita pasti kena masalah. Industri jadi macet. Pertumbuhan ekonomi kita terganggu.

Terus apa yang mungkin terjadi? Mudah-mudahan sih enggak terjadi. Tapi PHK mungkin saja. Akibatnya kemiskinan meningkat. Tapi ingat, ini bukan cuma di Indonesia. Ini juga terjadi di seluruh dunia. Alhamdulillah sih, Pemerintah sudah menyiapkan program BLT. Bantuan Langsung Tunai untuk masyarakat miskin. Ada 89 juta warga yang disasar program ini. Mereka dapat bantuan. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan kita atau OJK juga sudah mengimbau leasing dan perbankan untuk meringankan beban nasabah yang meminjam. Cicilannya bisa ditunda, di-reschedule.

Sambil menangani wabah ini, di satu sisi Pemerintah harus juga mulai pasang ancang-ancang untuk persoalan ekonomi yang kena imbas. Iya, sudah ada program-program stimulan, tapi perlu jauh lebih serius. Kita harus menjalankan ekonomi ke depan dengan pola yang tidak bisa lagi dengan cara lama. Kenapa? Karena kita butuh percepatan untuk bangkit dari keterpurukan. Mana mungkin misalnya kita menjalankan dengan pola lama untuk hasil yang jauh lebih maksimal.

Problemnya, selama ini kita sudah dipenjara rezim perizinan yang lama dan ribet. Itu problem ekonomi kita. Bayangkan, untuk memulai satu usaha baru, kita harus membuat PT dengan biaya dan ketentuan yang tidak mudah. Itu usahanya belum jalan. Belum dapat duit. Baru bikin lembaganya saja sudah ribet. Sementara tumpang tindih izin aturan terus menghantui para pengusaha dan ekonomi kita. Kita kadang-kadang butuh sekian tanda tangan yang enggak masuk akal untuk satu surat izin. Kadang di pemerintahan pusat lancar, eh pemerintah daerahnya ngehek. Izin dijadikan alat untuk memeras pengusaha.

Kondisi sekarang menguras energi. Saat prahara nanti sudah berlalu, kita harus hidup normal lagi. Bekerja lagi seperti biasa. Menabung lagi. Punya duit lagi. Tetapi persoalannya, kemarin kita habis-habisan ekonomi kita karena tergencet corona. Nah, ke depan kualitas kerja harus lebih maksimal. Begitupun Indonesia sebagai negara. 

Tentu saja setelah corona ini, restoran harus beroperasi lagi. Orang makan lagi di sana. Usaha-usaha harus bisa jalan lagi. Pekerja yang sempat dirumahkan karena sepi order, harus bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Artinya, orang bisa bikin usaha lagi. Terus kalau izin usaha masih kayak kemarin, ya bakalan ampun. Boro-boro bisa mempercepat recovery

Mengantisipasi dampak corona yang meluluhlantakkan ekonomi, kita butuh percepatan dan terobosan. Dunia usaha harus diberi kemudahan izin agar mereka bisa bergerak lagi. Agar tenaga kerja bisa terserap lagi lebih banyak. Semakin mudah izin, semakin banyak tenaga kerja yang bisa diserap. Dan semakin sedikit pengangguran. Itu yang mesti kita pikirkan ke depan.

Sekarang kita masih menghadapi suasana krisis akibat virus, tetapi kita harus mempersiapkan diri, setelah ini apa? Itu yang penting. 

*Aktivis Media Sosial

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Saatnya Kembali ke Kopi Tiga Ribuan
Mulai kencangkan ikat pinggang, kawan. Berhemat apa yang bisa dihemat. Guncangan di depan akan semakin kuat. Tulisan Denny Siregar.
Denny Siregar: Tsunami Corona Hingga 2021
Sehabis gempa datanglah tsunami. Ini mungkin kondisi yang tepat menggambarkan dampak ekonomi akibat corona sekarang ini. Denny Siregar.
Denny Siregar: Corona Effect
Amerika diyakini negara kuat, malah ditemukan lebih dari 45 ribu kasus positif corona Covid-19 di sana, dengan 600 orang meninggal. Denny Siregar.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.