Jumlah Pengungsi Internal Akibat Konflik dan Bencana Alam Cetak Rekor Tertinggi di Tahun 2022

"Angkanya tiga kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata jumlah pengungsi internal pada dekade sebelumnya", tulis laporan tersebut
Pengungsi di Sudan, Afrika (Foto: dw.com/id - JOK SOLOMUN/REUTERS)

TAGAR.id - Pusat Monitoring Pengungsi Internal melaporkan, sebanyak 71,1 juta manusia sepanjang 2022 mengungsi di dalam negeri akibat konflik bersenjata dan bencana alam atau gabungan kedua faktor.

Konflik dan kekerasan bersenjata memicu sedikitnya 28,3 juta orang melakukan pengungsian internal di seluruh dunia. "Angkanya tiga kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata jumlah pengungsi internal pada dekade sebelumnya", tulis laporan tersebut.

Pada akhir 2022, setidaknya 5,9 juta warga Ukraina terpaksa mengungsi di dalam negeri akibat invasi Rusia. Fenomena tersebut menambah angka pengungsi internal di seluruh dunia menjadi lebih dari 62 juta orang, atau naik sebesar 17 persen sejak 2021.

Laju kenaikan angka pengungsi internal sebelumnya digerakkan oleh perang saudara di Suriah, yang mencatat 6,8 juta orang pengungsi internal pada tahun lalu.

Sementara di sisi lainnya bencana alam dan kelaparan memaksa 8,7 juta penduduk Bumi berpindah tempat di negara mereka sendiri. Jumlah tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 45 persen dari tahun 2021.

Jumlah keseluruhan pengungsi internal di dunia yang sebanyak 71,1 juta orang mewakili kenaikan sebesar 20 persen sejak 2021.

Pengungsi SuriahPengungsi Suriah dalam perjalanan pulang untuk merayakan Idulfitri (Foto: dw.com/id)

Konflik dan bencana alam

Menurut Pusat Pemantauan Pengungsi Internal (IDMC - Internal Displacement Monitoring Centre), penyebab terbesar kenaikan angka pengungsi adalah bencana alam atau cuaca ekstrem. Sebanyak 32,6 juta orang mengungsi internal akibat kekeringan, banjir dan tanah longsor.

Kawasan yang saat ini paling banyak mencatatkan angka pengungsi akibat bencana adalah negara-negara di belahan Bumi selatan, yakni Peru, Ekuador dan Brasil di Amerika Selatan, Angola, Burundi, Kenya dan Ethiopia di Afrika, serta Sri Lanka, Indonesia dan India Timur di Asia.

IMDC melaporkan, fenomena cuaca La Nina, yang memasuki tahun ketiga pada 2022, merupakan faktor besar di balik maraknya bencana yang memicu gelombang pengungsi internal.

La Nina biasanya ditandai dengan penurunan suhu air di Samudera Pasifik. Pada tahun 2022, fenomena tersebut memicu curah hujan ekstrem di Pakistan, Nigeria dan Brasil. Bencana alam banjir hebat yang melanda negara itu menciptakan 2,1 juta pengungsi internal.

Sebaliknya di Somalia, Kenya dan Etiopia, kemunculan La Nina memicu musim kering terpanjang di timur Afrika.

Adapun konflik sejauh ini bertanggungjawab atas gejolak di Haiti, Sudan, Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Yaman dan Myanmar.

jokowi kunjungi tenda pengungsi cianjurPresiden Jokowi mengunjungi posko pengungsi gempa Cianjur, Jabar, 5 Desember 2022. (Foto: setkab.go.id/BPMI Setpres/Laily Rachev)

Rekor jumlah pengungsi

Pengungsi internal adalah penduduk yang terpaksa melarikan diri di dalam negeri. Laporan IMDC misalnya tidak menghitung mereka yang mengungsi ke luar negeri.

Badan migrasi PBB melaporkan, pekan ini saja sudah sebanyak 700.000 warga Sudan yang mengungsi secara internal. Konflik digerakkan oleh pertikaian berdarah antara militer Sudan dan pasukan paramiliter.

Menurut Jan Egeland, Sekretaris Jendral Dewan Pengungsi Norwegia, pecahnya rekor jumlah pengungsi internal tahun ini disebabkan oleh "sebuah badai sempurna” yang memadukan konflik dan bencana alam, dan sebabnya menciptakan "gelombang pengungsi dalam skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”

Dalam laporannya, IMDC juga memperingatkan ancaman bencana kelaparan yang didorong oleh krisis ketahanan pangan di sejumlah negara di dunia.

"Badai sempurna ini menghanguskan pencapaian dalam menanggulangi kelaparan dan malnutrisi di dunia,” tulis lembaga di Jenewa, Swiss, itu, dalam riset teranyar. IMDC menambahkan, sepertiga negara yang mengalami krisis pangan melaporkan adanya gelombang pengungsi internal. [rzn/as (ap,rtr)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Isu Agamakah yang Jadi Latar Belakang Pengungsi Etnis Rohingya
Di Myanmar Rohingya bermukim bersama komunitas terbesar yaitu Rakhine yang mayoritas pemeluk agama Buddha