Jumlah Covid-19 di Korea Selatan Disalip 66 Negara

Dari 211 negara dan teritori yang laporkan kasus Covid-19 ternyata jumlah kasus di 66 negara melampaui jumlah kasus Covid-19 di Korea Selatan
Warga di Seoul, Korea Selatan, memakai masker sebagai upaya mencegah tertular Covid-19. (Foto: abc.net.au/ABC News: Brant Cumming).

Ketika Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menerima laporan bahwa di Wuhan, China, 31 Desember 2019, merebak virus, yang belum bisa diidentifikasi yang menyebabkan pneumonia, banyak negara yang bergeming karena mereka menganggap virus itu hanya akan menyebar di China.

Apalagi informasi yang simpang-siur tentang asal virus tersebut berseliweran di media massa, media online dan lebih buruk lagi di media sosial yaitu bermula dari pasar hewan hidup. Maka, negara yang merasa warganya tidak memakan jenis hewan yang disebut-sebut sumber virus pun anggap remeh. Padahal, jenis hewan atau binatang yang disebut-sebut sebagai sumber virus, kelelawan, justru tidak termasuk dalam menu makanan China. Bahkan, di banyak negara, termasuk Indonesia, jenis hewan itu justru jadi santapan.

Kondisinya kian runyam karena tidak sedikit pula pendapat yang mengatakan bahwa virus tersebut, yang belakangan diidentifikasi sebagai virus corona baru yang oleh WHO disebut Coronavirus Disesase 2019 (Covid-19), hanya akan merebak sebagai wabah atau pandemi di China dan Korea Selatan (Korsel).

1. Tes Covid-19 di Korsel Sebelum Temukan Kasus

China disebut akan jadi ‘neraka’ pandemi Covid-19 karena sumbernya di China (Wuhan), sedangkan Korsel selain bertetangga dengan China juga sebagai negara tujuan utama pelacong dar Wuhan dan kota lain di China daratan.

Otoritas China menjalankan program yang konkret untuk menanggulangi penyebaran virus, seperti melakukan lockdown di beberapa kota dan menghentikan penerbangan. Bagi China langkah ini berhasil tapi bagi banyak negara justru jadi bumerang karen sebelum lockdown di China, 23 Januari 2020, di awal Januari 2020 jutaan pelancong dari Wuhan, kota yang merupakan hub transportasi dengan penduduk 11 juta jiwa lebih, terbang ke puluhan kota di banyak negara di dunia.

Celakanya, kalangan ahli memperikirakan sebagian besar pelancong Wuhan itu tertular virus corona tapi tanpa gejal. Perkiraan ahli benar karena 13 Januar 2020 seorang perempuan, 61 tahun, pelacong Wuhan sakit, demam dan sakit tenggorokan di Bangkok, Thailand. Diagnosis medis menunjukkan perempuan itu tertular virus corona. Ini kasus pertama virus corona di luar China. Hari-hari berikutnya laporan kasus Covid-19 datang dari berbagai kota di Asia, Eropa dan Amerika yang jadi tujuan pelacong Wuhan di awal Januari 2020 untuk merayakan tahun baru.

Begitu juga dengan Korsel. Dua hari setelah WHO menerima laporan virus corona Negeri Ginseng itu langsung pasang kuda-kuda untuk mengatasi penyebaran virus corona di negaranya. Maklum, di awal Januari 2020 puluhan ribu pelancong Wuhan terbang ke Korsel merayakan tahun baru.

Warga diimbau ‘di rumah saja’, pakai masker kalau terpaksa keluar rumah, jaga jarak fisik dan selalu mencuci tangan. Ini dituruti warga. Maka, ketika puluhan ribu warga Wuhan, yang diperkirakan sebagian besar dengan virus corona tanpa gejala, melancong ke beberapa kota besar di Korsel yang kontak dengan mereka hanya orang-orang yang terkait, seperti karyawan hotel, transportasi, bandara, restoran, dll. Sedangkan warga yang tidak berkepentingan langsung memilih tetap ‘di rumah saja’.

Pemerintah jalankan tes swab secara masif melalui 633 outlet di seluruh negeri mulai tanggal 2 Januari 2020. Kasus pertama di Korsel terdeteksi tanggal 20 Januari 2020 pada seorang warga jemaat rumah ibadat. Belakangan tes menghasilkan 200 anggota jemaat itu positif Covid-19.

2. Peringkat Indonesia di Belakang China

Banyak negara, selain Jepang, Vietnam dan Thailand yang tidak bereaksi ketika kasus terdeteksi banyak dan kematian pun terjadi di China dan Korsel. Padahal, ketika itu jutaan warga Wuhan berada di puluhan kota di dunia. Itulah yang disebut pakar sebagai ‘bom waktu’ ledakan virus corona karena pelancong Wuhan itu membawa virus corona di tubuhnya. Mereka bisa disebut sebagai carrier tanpa gejala.

Dunia tercegang ketika hot spot atau episentrum Covid-19 merebak di Italia pada kurun waktu 19 Maret 2020 – 29 Maret 2020, sementara itu laporan kasus harian baru dan kematian di China dan Korsel terus turun. Tanggal 29 Maret 2020 jumlah kasus Covid-19 di Italia dilaporkan 97.644 jauh di atas China (81.439) dan Kosel (9.583). Sedangkan di Indonesia pada tanggal 29 Maret 2020 kasus dilaporkan 1.285.

Sampai tanggal 18 Juli 2020, pukul 08.17 WIB, situs independen, worldometer, melaporkan jumlah kasus di Korsel sebanyak 13.672 dengan 293 kematian. Dari 211 negara dan teritori yang melaporkan kasus Covid-19 posisi Korsel ada di peringkat ke-67 dunia.

Itu artinya 66 negara dari 4 benua di dunia melampaui jumlah Covid-19 di Korsel. Namun, sejak akhir Juni 2020 kasus baru mulai terdeteksi di Korsel sehingga sekolah umum yang terlanjur dibuka kembali ditutup untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Di puncak pandemi global bertengger Amerika Serikat (AS) dari Benua Amerika dengan jumlah kasus 3.769.976 dan 142.064 kematian. Disusul Brasil, masih dari Benua Amerika, dengan 2.048.697 kasus dan 77.932 kematian. Di peringkat ke-3 dunia ada India (Benua Asia) dengan 1.040.457 kasus, peringkat ke-4 Rusia (Eropa) dengan jumlah kasus 759.203, dan di peringkat ke-5 Peru (Benua Amerika) 345,537, serta Afrika Selatan (Benua Afrika) di peringkat ke-6 dengan jumlah kasus 337.594.

Dari 66 negara yang menyalip Korsel ada 22 negara yang melaporkan kasus mulai dari 100.000 sampai 3,8 juta.

Di belakang Korsel ada 7 negara yang akan melampaui Korsel dengan kasus di atas 10.000, termasuk Australia yang terus bergejolak setelah lama ‘tertidur’ tanpa laporan kasus harian. Australia melaporkan 11.235 kasus Covid-19.

Indonesia sendiri ada di peringkat ke-26 dunia dengan jumlah kasus 83.130. Posisi ini persis di belakang China yang melaporkan 83.622 kasus.

Indonesia tidak menjalankan anjuran WHO secara konsisten. Yang dianjurkan adalah tes, tracing dan isolasi secara serentak. Celakanya, Indonesia tidak menjalankan program itu secara konsisten dan konsekuen. Menurut WHO negara yang tidak menjalanan tiga program itu secara simultan akan menghadapi masalah besar terkait pandemi Covid-19 di masa depan. []

Berita terkait
Covid-19 Mesir Susul Afrika Selatan Lewati Korsel
Pandemi virus corona baru (Covid-19) terus bergejolak, giliran Mesir yang melaporkan kasus positif Covid-19 melampaui jumlah kasus di Korea Selatan
Covid-19 Respons Indonesia, Korsel dan Thailand
Paling tidak ada tiga negara di Asia yang berhasil mengatasi ‘serangan’ virus corona baru (Covid-19) yaitu Vietnam, Korsel dan Thailand
Covid-19 di Jepang dan Arab Saudi Lampaui Korsel
Negara-negara di Eropa seakan berlomba memuncaki kasus virus corona baru (Covid-19), di Asia kasus di Jepang dan Arab Saudi lampaui Korea Selatan
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.