Semarang - Warga Kota Semarang, Jawa Tengah, tak panik dengan pandemi virus corona. Buktinya, di masjid yang berlokasi di kompleks RSUP Kariadi, jemaah salat Jumat atau Jumatan tetap banyak seperti biasa. Padahal rumah sakit itu merupakan salah satu tempat rujukan penanganan penyakit Covid-19 di Jawa Tengah.
Pantauan Tagar siang tadi, umat Islam yang ikut salat Jumat berjamaah di Masjid Asy Syifa di komplek RS (Rumah Sakit) Kariadi Kota Semarang terlihat meluber. Tak hanya memenuhi bagian dalam masjid, puluhan jemaah juga salat di halaman masjid beralaskan tikar di bawah tenda.
Tetap tingginya antusiasme karyawan rumah sakit, warga dan pegawai sekitar Kariadi ini sudah terlihat jelang gelaran salat Jumat. Sekira pukul 11.37 WIB, para jemaah sudah berbondong-bondong menuju ke masjid tersebut. Bahkan antrean di tempat wudlu terpantau cukup panjang.
Urusan hidup mati manusia sudah ada yang mengatur. Termasuk bagaimana cara kematian itu.
Pada pukul 12.00 WIB, saat azan berkumandang, jemaah di luar masjid sudah memenuhi tikar yang disediakan. Beberapa jamaah yang baru datang berinisiatif menggelar tikar lain yang juga disediakan takmir masjid.
Saat khatib naik mimbar untuk menyampaikan khotbahnya, masih banyak jemaah yang datang, sebagian besar berdiri di sudut yang teduh menunggu waktu salat tiba. Khatib yang bertugas, Imam, berasal dari Sampangan, mengangkat tema menyejukan seputar pentingnya amalan atau berbuat baik di bulan Rajab.
“Sebagai umat Nabi Muhammad, kamu muslim hendaknya memanfaatkan bulan Rajab ini untuk memperbanyak amal. Amalan itu sebagai persiapan untuk memasuki bulan Ramadan nanti,” ujarnya di atas mimbar.
Sementara, tradisi bersamalan usai salat Jumat juga tetap berjalan sebagaimana biasanya. Tidak terlihat adanya bayangan kekhawatiran bisa tertular Covid-19 seperti di banyak tempat di Indonesia.
"Urusan hidup mati manusia sudah ada yang mengatur. Termasuk bagaimana cara kematian itu. Sebagai umat Islam tentu paham masalah itu. Jadi jangan sampai tradisi bersalaman, yang bisa juga diartikan saling memaafkan, hilang hanya karena ketakutan corona. Yang penting kita semua sudah berikhtiar untuk selalu menjaga kesehatan," kata Wahid, 40 tahun, salah satu jemaah usai Jumatan, Jumat, 13 Maret 2020.
Diketahui, gegara isu pandemi corona, sejumlah institusi mengambil kebijakan untuk mengubah kebiasaan. Seperti di sekolah dasar di Rembang, yang mengubah cara bersalaman dengan cukup mengatupkan dua tangan seperti kelaziman di lingkungan keraton.
Bahkan di kalangan Istana Kepresidenan, kebiasaan salaman diubah dengan salam siku. Menurut Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko upaya itu baik sebagai bagian antisipasi pencegahan tertular corona.
"Ya saya pikir itu cara bagus karena intinya kami sama-sama tidak tahu kalau memasuki area. Kalau salaman ada risiko, tapi kalau dengan cara-cara begini enggak ada yang tersinggung walaupun agak lucu-lucuan, tapi itu bagus," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 12 Maret 2020.
Petugas parkir di RS Kariadi, Charles mengatakan Jumatan di Masjid As Syifa selalu ramai penuh seperti hari ini. “Selain pegawai rumah sakit, pasien dan keluarga pasien pasti juga Jumatan di sini,” ujarnya. Bahkan polisi yang bertugas di Mapolrestabes Semarang, tak jauh dari RSUP Kariadi juga banyak salat di masjid tersebut. []
Baca juga:
- Waspada Virus Corona, Istana Terapkan Salam Siku
- Corona Ubah Tradisi Salim Murid ke Guru di Rembang
- Anjuran Menteri Agama Hilangkan Cipika Cipiki