Jual Anak untuk Makan, Soeprapto: Kehilangan Daya Berpikir

Sosiolog UGM Soeprapto mengatakan bahwa perang memang memiliki dampak negatif bagi masyarakat termasuk proses jual beli anak hanya untuk makan.
Ilustrasi - Anak-anak Afghanistan. (Foto: Tagar/Unsplash/IsaaK Alexandre)

Jakarta – Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto mengatakan bahwa perang memang memiliki dampak negatif bagi masyarakat, baik dalam kemiskinan, kehilangan anggota keluarga, atau menjadi korban salah sasaran.

“Jadi memang perang itu memiliki atau akan menghasilkan dampak negatif bagi anggota masyarakat. Selain kemiskinan, akan banyak anggota keluarga yang kehilangan anggota keluarganya, yang kalaupun misalnya bukan menjadi tentara ataupun petugas keamanan, bisa juga mereka menjadi korban salah sasaran atau misalnya korban pengeboman dan sebagainya,” ucap Soeprapto dalam wawancaranya di kanal YouTube Tagar TV, pada Rabu, 20 Oktober 2021.

Hal ini berkaitan akan kasus Saleha, salah satu orang tua di Afghanistan yang rela menjual anak perempuannya demi bertahan hidup dan untuk makan. 


Ketika kebutuhan-kebutuhan dasar itu tidak terpenuhi maka biasanya manusia berusaha untuk melakukan upaya-upaya agar kebutuhan-kebutuhan itu terpenuhi.


SoepraptoSoeprapto saat diwawancarai Siti Afifiyah di kanal Youtube Tagar TV. (Foto: Tagar/Rana)

Saleha sendiri menjual putrinya yang masih berusia tiga tahun karena memiliki hutang dengan penghasilannya yang tidak seberapa sementara suaminya tidak bekerja.

Berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, Soeprapto mengungkapkan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar manusia atau human basic needs yang di antaranya berupa kebutuhan akan keselamatan, kesehatan, pangan, sandang, dan papan atau tempat tinggal. Ketika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, manusia akan berusaha melakukan berbagai upaya seperti yang terjadi pada Saleha.

“Ketika kebutuhan-kebutuhan dasar itu tidak terpenuhi, maka biasanya manusia berusaha untuk melakukan upaya-upaya agar kebutuhan-kebutuhan itu terpenuhi. Nah, terkait dengan tadi kebutuhan akan pangan, kita tau bahwa keluarga itu mempunyai setidaknya empat fungsi, yaitu yang pertama fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi budaya, nilai-nilai sosial, dan norma sosial,” ujarnya.

Terkait intensitas interaksi yang berpengaruh besar kepada seseorang, permasalahan kondisi bawaan sejak lahir dan keadaan lingkungan baik positif maupun negatif juga ikut memberikan pengaruh dilihat dari aspek sosiologis.

“Aspek sosiologis mulai bekerja itu adalah ketika seseorang yang sebetulnya kondisi aslinya positif, putih, baik, hidup dilingkungan yang buruk, ketika intensitasnya ini cukup tinggi memang dia akan bisa menjadi buruk dan juga sebaliknya, mereka yang buruk tapi kemudian dididik di dalam lingkungan yang positif, itu menjadi positif,” ujar Soeprapto.

Tak hanya itu, Soeprapto sempat mengutip kalimat dari Gabriel Tarde mengenai kehilangan daya berpikir yang rasional. Kalimat ini sangat tepat dengan kejadian yang dialami Saleha setelah menjual putri berusia tiga tahunnya.

“Kenapa Saleha harus menjual, dalam kondisi terpaksa Gabriel Tarde mengatakan bahwa ketika orang berada dalam satu situasi yang mendesak yang kesulitan teramat sangat, dia akan kehilangan daya berpikir rasionalnya, sehingga dia (Saleha) akan terpaksa tadi menjual. Ada juga yang dia mencuri, atau mencopet, atau merampok, dan sebagainya. Bahkan tidak jarang yang membunuh,” katanya.

Diketahui bahwa penjualan anak untuk bertahan hidup seperti yang dilakukan oleh Saleha bukanlah yang pertama terjadi. Penjualan ini berkaitan erat dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengingatkan bahwa Afghanistan yang menuju kemiskinan terparah. Tingkat kemiskinan ini mencapai 97 persen atau 98 persen.

(Rana Maheswari Ummairah)

Berita terkait
Anak-anak Usia 5 - 11 Tahun di AS Akan Vaksinasi Covid-19
AS bersiap-siap menginokulasi vaksin Covid-19 terhadap anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun mulai November 2021
Anak-anak Afghanistan Terjebak Lingkaran Setan Kecanduan Narkoba
Di Povinsi Badakhshan saja diperkirakan ada 25.000 hingga 30.000 pecandu narkoba, kecanduan cenderung membelenggu dalam keluarga
Taliban Bikin Anak-anak Muda Afghanistan Sulit Adaptasi Kehidupan
Anak-anak muda Afghanistan di Ibu Kota Kabul mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di bawah pemerintahan Taliban