Jokowi Sebut Ekspor dan Investasi Kekuatan Fundamental Ekonomi

Jokowi sebut ekspor dan investasi kekuatan fundamental ekonomi. Dia juga menyinggung pelemahan kurs mata uang global.
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi Rp 14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini. (Foto: Ant/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, (Tagar 5/9/2018) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, ekspor dan investasi menjadi dua hal penting dalam memperkuat fundamental perekonomian Indonesia.

"Kalau itu bisa kita lakukan, ekspornya meningkat, sehingga defisit neraca perdagangan bisa kita selesaikan. Defisit transaksi berjalan kita, 'current account defisit' bisa kita selesaikan," kata Jokowi dalam sambutannya saat realisasi ekspor kendaraan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia di IPC Car Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Rabu.

Menurut Presiden, dirinya telah memerintahkan menteri di bidang ekonomi untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan selama 1 tahun.

Dengan peningkatan ekspor, maka devisa negara akan meningkat dan neraca perdagangan makin stabil, jelas Jokowi.

Selain itu, Kepala Negara seperti dikutip Antaranews menilai, pelemahan kurs mata uang global terjadi karena faktor eksternal yaitu kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan perang dagang antara AS dengan Tiongkok.

Presiden menjelaskan, untuk menghadapi hal itu, koordinasi dengan para pelaku ekonomi menjadi kunci untuk kestabilan ekonomi dalam negeri.

"Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati. Saya selalu melakukan koordinasi di sektor fiskal, sektor moneter, dan sektor industri, pelaku-pelaku usaha," kata Jokowi.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 25 poin menjadi Rp 14.920 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.895 per dolar AS.

Jangan Cemas

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengingatkan masyarakat jangan cemas terhadap fenomena pelemahan mata uang rupiah.

Menurut dia, pemerintah telah responsif dalam menahan pelemahan nilai tukar rupiah.

Kendati rupiah terdepresiasi sekitar 7 persen, namun jumlah itu masih lebih rendah dibanding mata uang negara lain seperti rupee India (9,7 persen), rand Afrika Selatan (minus 15,98 persen), dan real Brazil (minus 20,26 persen). []

Berita terkait