Jokowi Bisa Menang Asal Cegah 'Teror' Pemilih Takut ke Bilik Suara

Jokowi diminta mengawal para pemilihnya dari 'teror' jelang hari pencoblosan.
Calon Presiden 01 Jokowi melakukan kampanye terbuka di Kalimantan Barat. Jokowi juga menjanjikan akan membangun jalan tol dan jembatan di provinsi tersebut. (Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang)

Jakarta, (Tagar 1/4/2019) - Elektabilitas calon presiden nomor urut satu (01) Joko Widodo sampai sekarang masih lebih tinggi daripada calon presiden nomor urut dua (02) Prabowo Subianto. Mengacu dari hasil 10 lembaga survei nasional yang berbeda-beda, dari Oktober 2018 hingga Maret 2019.

Jokowi, kini mengantongi elektabilitas mulai di angka 40,4 persen sampai 58,7 persen. Kemudian keterpilihan Prabowo mulai dari 25,8 persen sampai dengan 37,4 persen.

Mengingat Jokowi adalah seorang petahana, sejumlah pihak mengatakan wajar keterpilihannya di atas penantang. Pun jika tidak ada tsunami politik maupun krisis ekonomi yang menyebabkan gangguan negara, agaknya peluang sang penantang, Prabowo akan sulit untuk menyalip elektabilitas Jokowi.

"Di atas kertas agak sulit, karena stagnasinya sudah terjadi selama tiga bulan terakhir. Kecuali terjadi sebuah tsunami politik misalnya, hal besar yang harus menimpa kandidat langsung," terang Direktur Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya saat dihubungi Tagar News beberapa waktu lalu.

"Atau kemudian terjadi sebuah krisis ekonomi, misalnya dalam skala yang terjadi pada tahun 1998 atau 2008 krisis keuangan," sambungnya.

Baca juga: Jadi Tim Kreatif Jokowi-Ma'ruf, Kejutan Apa dari Wishnutama?

Namun, kata Yunarto, Jokowi tidak semestinya langsung jumawa dengan elektabilitas yang ditunjukan oleh lembaga survei. Karena, tetap saja jika ingin menang di hari pemilihan, Jokowi dan timnya mesti benar-benar mengawal para pemilihnya agar tak ada 'teror' jelang hari pencoblosan.

"Tinggal bagaimana menjaga TPS, termasuk dari teror-teror sehingga bisa membuat orang takut datang ke TPS," jelasnya.

Hal ini pun senada diutarakan oleh Direktur Program Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas, menurutnya, Jokowi dan Tim Kampanye Nasional (TKN) harus memastikan pemilih Jokowi datang ke TPS.

"TKN harus juga mengupayakan supaya punya jaringan yang memungkinakan mereka memobilisasi pendukungnya, supaya datang ke TPS. Karena percuma sekarang kalu mereka sekarang teriak-teriak dukung Jokowi, tapi pada 17 Aprilnya mereka tidur gitu tidak datang ke TPS kan tidak berguna," bebernya.

Kurangi Golput di internal

Disamping itu, Jokowi dan timnya pun harus juga memastikan tingkat golput di pemilih Jokowi sendri berkurang. Sebab, sebagai sang penantang, militansi pemilih Prabowo dinilai akan lebih besar ketimbang pemilih Jokowi.

"Bagaimana mengurangi tingkat golput di pemilih Jokowi sendiri karena asumsi saya, kemungkinan partisipasi pemilih akan lebih besar ada di kubu Prabowo, karena militansi mereka lebih besar

Tampil sebagai negarawan

Satu hal lagi yang menjadi penting untuk Jokowi agar elektabilitasnya praktis bertahan sampai 17 April yakni Jokowi harus mulai menampilkan diri sebagai negarawan yang mulai bicara soal Pemilu damai.

"Jokowi mulai harus menampilkan dirinya bukan sebagai capres lagi tapi sebagai seorang presiden sebagai seorang negarawan mulai berbicara mengenai Pemilu damai, mulai berbicara mengenai masyarakat yang bersatu," terangnya.

Dengan demikian, artinya Jokowi turut menjaga ritme untuk mengurangi sisi konflik di level masyarakat yang dalam tahun politik ini cenderung memanas. "Sehingga, saya beharap Pak Jokowi tidak terlalu banyak menyerang lagi, seperti kemarin tajam terjadi di beberapa minggu," tandasnya.

Baca juga: Prabowo Menang Hizbut Tahrir Hidup, Pengamat: Menyenangkan Pendukungnya

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.