TAGAR.id, Jakarta - Hari Raya Idulfitri tinggal menghitung hari lagi. Harga komoditas pangan daging sapi pun kian mahal di pasar. Pasalnya harga daging sapi Rp 200.000.
Pada Kamis, 28 April 2022, harga daging sapi sudah tembus Rp 180.000 per kilogram (kg). Seperti pedagang daging sapi di Pasar Bukit Pamulang hari ini mengaku telah menjual daging sapi Rp 175.000/kg. Padahal Sabtu, 23 April 2022 masih di level Rp 150.000/kg.
"Hari ini sudah naik lagi saya jual ke pembeli Rp 175.000/kg. Kalau normal biasanya Rp 125.000 sampai Rp 130.000/kg. Infonya sih bisa Rp 180.000/kg tetapi nggak tahu juga ya. Kalau daging sapi untuk sop itu naik Rp 10.000/kg jadi Rp 140.000/kg hari ini (sebelumnya Rp 130.000/kg)," ungkap pedagang sapi bernama Oji, dikutip dari detikcom, Rabu, 27 April 2022
Jadi kenaikan harga itu yang memang wajar dan bisa dimaklumi. Memang itu bagian dari aktivitas ekonomi. Kemudian faktor berikutnya adalah suplai yang wajar atau tidak.
Pedagang lain di pasar yang sama bernama Endang mengatakan dirinya sudah menjual daging sapi Rp 180.000/kg. Ia pun mengaku mendapatkan protes dari pembeli.
"Sekarang sudah Rp 180.000/kg. Makin mahal, kita kan harapannya ga naik karena nanti susah jualnya, pembeli juga ngeluh makin mahal," tuturnya.
- Baca Juga: Jelang Lebaran, Harga Daging Sapi Tembus Rp 150 Ribu
- Baca Juga: Tok! Jokowi Teken Aturan Impor Daging, Swasta Boleh Masuk
Berdasarkan Informasi Pangan Jakarta harga daging sapi tertinggi ada di Pasar Tomang Barat dan Pasar Senen III, di sana daging sapi dijual Rp 180.000/kg.
Meroketnya harga daging sapi dalam hitungan hari, asosiasi pedagang pun memprediksi harga daging sapi tertinggi bisa tembus Rp 200.000/kg.
"Harga daging sapi meroket diprediksi harga daging sapi segar yang berasal dari sapi malam ini di potong dan pagi di jual oleh teman-teman pedagang akan menyentuh pada level harga Rp. 180.000/kg dan tertinggi Rp. 200.000/kg," ujar Ketua umum Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI), Asnawi kepada detikcom.
Menurutnya, sampai saat ini belum ada penyeimbang untuk menekan harga daging sapi. Harga itu membuat pedagang kesulitan dan konsumen kerap protes.
Peneliti INDEF Rusli Abdulah, mengatakan secara umun harga pangan memang kerap kali naik menjelang hari raya keagamaan seperti lebaran. Saat ini yang paling menonjol adalah kenaikan harga daging sapi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya harga daging sapi saat ini. Pertama adalah faktor permintaan yang tinggi.
"Jadi kenaikan harga itu yang memang wajar dan bisa dimaklumi. Memang itu bagian dari aktivitas ekonomi. Kemudian faktor berikutnya adalah suplai yang wajar atau tidak," katanya.
Kedua, adalah tingginya harga dari negara impor. Jadi perlu diketahui Indonesia mengimpor sapi remaja dari Australia yang kemudian di gemukkan di Indonesia. Saat ini harga sapi dari negara impor itu tengah tinggi.
- Baca Juga: Mengenal Sapi Limosin, Kurban Jokowi dan Atta Halilintar
- Baca Juga: Kementan Tegaskan Stock Daging Sapi/Kerbau Menjelang Ramadhan Hingga Lebaran Aman
Penyebab tingginya harga sapi dari Autralia karena saat ini negara itu tengah melalukan restock sapi. Hal itu dilakukan setelah 2 tahun lalu adanya kebakaran di hutan di Australia yang menyebabkan lebih 100 ribu ekor tenak terbakar.
"Kita kan impor dari Australia jadi beli sapi yang remaja kemudian digemukan di sini. Itu dari sananya sudah mahal. Kenaikan harga itu karena Australia ada restock setelah 2020 lalu ada kebakaran yang merugikan," pungkasnya. []