Jaguar Land Rover Hanya Ingin Aliansi Bukan Merger

Jaguar Land Rover terbuka untuk melakukan aliansi dengan produsen otomotif manapun, tapi bukan merger.
Produsen mobil mewah, Jaguar Land Rover terbuka untuk melakukan aliansi dengan produsen otomotif manapun, untuk menurunkan biaya pengembangan teknologi. (Foto: autocar.com)

Jakarta – Kepala Eksekutif (CEO) Jaguar Land Rover Ralf Speth mengatakan perusahaan terbuka untuk melakukan aliansi dengan produsen otomotif manapun, untuk menurunkan biaya pengembangan teknologi. Namun produsen mobil mewah ini tidak menginginkan penggabungan usaha (merger).

Speth mengaku tekanan dari tuntutan untuk memangkas emisi karbon dan mengembangkan mobil listrik. "Tapi untuk pertanyaan apakah perusahaan dan induknya, Tata Motors Ltd sedang mencari mitra merger untuk Jaguar Land Rover, jawabannya adalah tidak. "Kami benar-benar dapat bertahan hidup sendiri," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, 23 November 2019.

Pabrikan mobil asal Inggris yang memproduksi sedan mewah dan sport utility vehicle (SUV) ini 'selalu terbuka' untuk berdiskusi soal aliansi teknologi dan pembagian komponen dengan perusahaan lain. Awal tahun depan, Jaguar dan BMW dari Jerman sepakat untuk mengembangkan mobil listrik di Jerman.

Jaguar saat ini memasarkan SUV Jaguar I-Pace. Perusahaan akan meluncurkan generasi SUV terbaru varian XJ jenis full electric. Namun perusahaan masih merahasiakan kapan varian terbaru tersebut akan dirilis. "“Tidak ada pertanyaan dalam pikiran kita bahwa mobil listrik adalah drive train masa depan. Tapi dari sudut pandang adopsi pelanggan, ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan,” kata Kepala Jaguar Land Rover Amerika Utara, Joe Eberhardt.

Jaguar memiliki jajaran produk mobil listrik, termasuk hybrid, plug in hybrid dan baterai mobil listrik yang dapat memenuhi batas emisi CO2 yang diberlakukan Uni Eropa. UE akan memberlakukan aturan emisi karbon yang lebih ketat mulai tahun depan. "Kami sangat hati-hati dengan ketentuan emisi itu, tapi kami tetap optimistis," ucap Eberhartd. Kurangnya infrastruktur pengisian ulang kendaraan listrik publik tetap menjadi tantangan dalam penjualan mobil listrik di AS dan Eropa.

Sementara itu kinerja Jaguar selama paruh pertama tahn fiskal yang berakhir pada 30 September 2019 kurang menggembirakan karena terpukul oleh penutupan produksi, dampak dari Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) dan melemahnya permintaan di China.

Permintaan di pasar China berfluktuasi, meskipun penjualan Jaguar Land Rover menunjukkan “pertumbuhan dua digit” dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi pertumbuhan itu berasal dari volume yang rendah.[]

(Dimas Wijanarko)

Berita terkait
Honda Belum Tertarik Garap Mobil Listrik di Indonesia
Honda belum dapat memastikan rencana pengembangan dan penjualan produk mobil listrik di Indonesia.
Ducati Produksi Sepeda Listrik Setara Harga Mobil
Sepeda listrik ini memiliki spesifikasi ala motor gede (moge).
Fiat Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di Turin
Fiat Chrysler, produsen mobil Italia akan membangun pabrik baterai mobil listrik dengan nilai investasi mencapai 56 juta dolar AS