Jakarta - Penetapan awal puasa Ramadhan di Indonesia setiap tahunnya memang kerap menarik banyak perhatian.
Hal tersebut tak terlepas dari kebijakan dua organisasi besar Islam di Nusantara, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang terkadang memiliki perbedaan dalam ranah penentuan 1 Ramadhan.
Pada tahun 2022 ini pengurus pusat Muhammadiyah sudah menetapkan secara resmi bahwa awal puasa Ramadhan akan jatuh pada 2 April 2022.
Dilansir dari laman Kemenag Pelaksanaan sidang Isbat akan digelar di Auditorium HM. Rasjidi Kemenag, Jalan MH. Thamrin, Jakarta.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Adib, menjelaskan bahwa sidang Isbat akan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui pemantauan (rukyatul) hilal.
Sidang kali ini dihadiri sejumlah Duta Besar Negara Sahabat, Majelis Ulama Indonesia (MUI), BMKG, Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Planetarium, Pakar Falak dari Ormas-ormas Islam.
Terkait hasil hasil sidang akan diumumkan melalui konferensi pers yang akan disiarkan secara langsung melalui saluran TV TVRI Nasional dan media sosial Kemenag.
Disisi lain Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga ikut buka suara terkait penentuan awal 1 Ramadhan 2022 di Indonesia.
Sementara itu, untuk awal ramadan tahun ini, Prof Thomas Djamaludin dari BRIN menyebutkan ada potensi perbedaan.
Hal ini karena Muhammadiyah sudah mengumumkan dalam maklumatnya awal ramadhan jatuh pada tanggal 2 April 2022, karena posisi bulan sudah diatas ufuk.
Sedangkan, Pemerintah akan melakukan rukyat pada 1 April 2022, pada saat itu posisi bulan di indonesia itu secara umum kurang dari 2 derajat.
Jadi dengan menggunakan kriteria yang lama, kriteria tinggi bulan 2 derajat ini memang ada potensi berbeda dengan yang sudah diumumkan dalam maklumat muhammadiyah.
“Sehingga sejak awal ini sudah ada prakiraan akan ada perbedaan dalam keputusan sidang Isbat nanti dengan muhammadiyah,” jelas Prof Thomas Djamaludin
Dari sisi astronomi, Thomas menjelaskan pada saat 1 April 2022 elongasi atau jarak bulan dan matahari hanya sekitar 3 derajat.
Kemudian ketinggiannya juga kurang dari 3 derajat. Makna ketinggian ini bahwa hilal yang sangat tipis itu akan terganggu oleh cahaya safak atau senja sehingga tidak mungkin ada rukyat secara global.
Berdasarkan kesepakatan menteri agama dari Malaysia, Indonesia, Brunei dan Singapura (negara Mabims) tanggal 28 Desember 2021 menyatakan bahwa bersepakat menggunakan kriteria baru penentuan awal bulan hijriah yaitu tinggi minimal 3 derajat, elongasi jarak bulan matahari 6,4 derajat.
Sehingga dengan dua parameter ini elongasi yang menunjukan bahwa hilal itu sangat tipis dan redup, kemudian tingginya masih kurang dari 3 derajat artinya cahaya safaknya masih cukup kuat.
Sehingga ini tidak akan mungkin ada hasil rukyat, kalaupun ada yang melaporkan itu akan ditolak.
Dengan demikian, bisa diperkirakan pada saat sidang Isbat nanti itu akan memutuskan awal ramadhan jatuh pada tanggal 3 April 2022.
Hal ini yang menjadi potensi perbedaan karena muhammadiyah sudah mengumumkan di maklumatnya tanggal 2 April 2022. []
Baca Juga
- 10 Bulan, 2.360 Perempuan di Jepara Menjanda
- Besaran Zakat Fitrah dan Fidyah pada Bulan Puasa Ramadan
- 10 Tips untuk Tetap Sehat Selama Berpuasa di Bulan Ramadhan
- Menjelang Bulan Puasa Pemerintah Akselerasi Vaksinasi Covid-19