TAGAR.id, Jakarta - Kesuksesan Indonesia dalam memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022, termasuk di dalamnya Kelompok Kerja Pendidikan (Education Working Group) merupakan bukti nyata kepemimpinan Indonesia di kancah global.
Momentum ini tentunya harus dimaknai sebagai langkah awal bagi Indonesia untuk terus melanjutkan kiprah inovasi dan kepemimpinannya.
Pemerintah Indonesia sendiri melalui pemilihan tema KTT G20 “Recover Together, Recover Stronger” membawa tiga isu prioritas, yaitu infrastruktur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Isu mengenai transisi energi ini sangat relevan karena tantangan dunia menghadapi dampak krisis iklim.
Apalagi, Pemerintah Indonesia saat ini menargetkan pengurangan 41 persen jejak karbon pada 2030, dan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Kita memerlukan gotong royong dari para ilmuwan, insinyur, aktivis, dan masih banyak pihak untuk bersama bergerak mencari solusi dengan cepat.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam berbagai kesempatan senantiasa konsisten menyuarakan tentang pentingnya pendidikan bisa menjawab tantangan krisis iklim.
“Untuk menghadapi tantangan dunia terbesar saat ini, yaitu perubahan iklim, kita memerlukan gotong royong dari para ilmuwan, insinyur, aktivis, dan masih banyak pihak untuk bersama bergerak mencari solusi dengan cepat," ucapnya.
- Baca Juga: Pimpin Pertemuan Kedua EdWG G20, Kemendikbudristek Satukan Suara Untuk Pulihkan Pendidikan
Lebih lanjut Nadiem mengatakan, tantangan krisis iklim adalah multidimensi dan multidisiplin dengan dimensi masa depan sehingga membutuhkan pemikiran kolektif serta peran aktif termasuk dari para generasi muda dan anak-anak kita.
Sejalan dengan imbauan Mendikbudristek, inovasi-inovasi nyata karya anak bangsa untuk menangani krisis iklim semakin terakselerasi cepat. Berbagai upaya nyata muncul dari insan pendidikan, mulai dari tingkat SMK, perguruan tinggi vokasi, juga perguruan tinggi akademik dalam mendukung upaya penanganan krisis iklim yang berkelanjutan dengan penerapan prinsip green economy di dalamnya.
Pendidikan Vokasi Arus Utamakan Upaya Energi Terbarukan
Pendidikan vokasi mengarusutamakan transformasi pendidikan tidak hanya dari sisi persiapan lulusan yang berbekal kompetensi siap kerja dan berwirausaha, tetapi juga kompetensi berkreasi dan menghasilkan produk/jasa unggulan yang ramah lingkungan.
Pendidikan vokasi berporos pada transformasi kemitraan industri dan satuan pendidikan untuk menyiapkan SDM kompeten masa depan, yang dikemas dalam 2 kebijakan utama, yaitu SMK Pusat Keunggulan dan Matching Fund Vokasi. Selain itu, Mendikbudristek terus mendorong peningkatan praktisi untuk turut aktif mengajar di SMK dan perguruan tinggi vokasi.
Program SMK Pusat Keunggulan tahun 2022 diperkuat dengan upaya pemadanan dana untuk memperkuat pembelajaran di SMK melalui teaching factory. Program ini berhasil mendapatkan dukungan dari industri dan mampu meraih dana kolaborasi sebesar Rp625,49 miliar.
Sementara di perguruan tinggi vokasi, program matching fund vokasi berhasil meraih total dana kolaborasi sebesar Rp133,01 miliar, dengan peningkatan 4 kali lipat jumlah proposal kerja sama industri dan perguruan tinggi vokasi dari tahun sebelumnya.
Dalam program matching fund vokasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) bekerja sama dengan VKTR dari Bakrie Group dalam mengembangkan operating system (OS) dan aplikasi untuk bus listrik dengan dana sebesar Rp2 miliar. PENS juga bergotong royong dengan UNS dalam pengembangan teknologi baterainya.
Program pengembangan electric vehicle (EV) pada PENS mewadahi mahasiswa agar dapat mengerjakan proyek bersama dosen dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Dari kegiatan ini, PENS akhirnya berhasil membuat motor listrik yang murni buatan sendiri, bahkan untuk komponen yang selama ini masih impor.
Tertantang untuk memberikan solusi kelangkaan energi dan kerusakan lingkungan akibat gas buang kendaraan, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi penerima program SMK Pusat Keunggulan mengembangkan mobil listrik tenaga surya yang diberi nama Suryawangsa 2 Arjuna 4.0.
Mobil listrik dua penumpang ini membutuhkan waktu pengerjaan hingga 6 bulan. Melibatkan guru dan siswa serta berkolaborasi dengan Laboratorium Power System Operation and Control ITS. Suryawangsa 2 Arjuna 4.0 telah dijajal oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Inovasi Elektrifikasi Transportasi
Insan pendidikan Indonesia dalam KTT G20 di Bali November lalu juga menunjukkan komitmennya pada bidang transisi energi berkelanjutan melalui hadirnya Bus Listrik Merah Putih (BliMP) yang digunakan untuk kendaraan operasional.
BLiMP adalah kendaraan listrik inisiasi bersama antara Kemendikbudristek dengan PT Industri Kereta Api (INKA) dan dikembangkan bersama dengan sejumlah perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, dan Universitas Diponegoro, memanfaatkan platform Kedaireka.
Inovasi elektrifikasi transportasi juga tidak hanya BliMP. Sepeda motor listrik Gesits versi 1 oleh ITS sudah diekspor ke Senegal dan saat ini sedang menjajaki Australia untuk target pasar berikutnya, sementara Gesits versi 2 sedang dalam proses produksi dengan TKDN lebih dari 60 persen.
ITS juga tengah mengembangkan autonomous EV transporter (mobil listrik tanpa pengemudi) yg saat ini telah dioperasikan di dalam Kampus ITS, untuk mendukung aspirasi Bapak Presiden Jokowi terkait peran autonomous vehicle dalam negeri di IKN.
Berbagai inovasi kendaraan roda empat juga bergulir cepat. Kendaraan roda empat untuk bandara dan angkutan khusus buatan UGM sudah digunakan di Angkasa Pura I dan II, lalu ITS juga mengembangkan kendaraan prototipe, mobil urban, angkutan pedesaan, bahkan off-road ringan dan sudah diproduksi bersama mitra industri. Politeknik Negeri Jember juga sudah menghasilkan mobil golf listrik.
Kendaraan listrik tentunya juga membutuhkan produksi infrastrukturnya. Untuk itu pengembangan baterai lithium merah putih sudah diinisiasi UNS bersama Pertamina melalui mini plant di Solo. Sementara fasilitas daur ulang dan perbaikan baterai lithium, dicanangkan UGM dan Pertamina untuk memurnikan kembali mineral dalam baterai lithium untuk keperluan industrial grade.
Inovasi elektrifikasi transportasi tidak hanya hadir dari perguruan tinggi, tetapi juga dari tingkat SMK seperti inovasi sepeda motor listrik oleh SMK Negeri 5 Malang dan motor trail listrik oleh SMK Nasional Malang.
Kampus Energi Terbarukan
Dunia pendidikan juga tak kalah untuk memimpin upaya penanganan krisis iklim. Inisiatif yang sangat menonjol adalah program kampus mandiri energi dengan menggunakan panel tenaga surya.
Saat ini Institut Teknologi Sumatra sudah bisa memenuhi 1MWp (Mega Watt Peak), Universitas Tanjung Pura sebesar 1,5 MWp, Universitas HKBP Nomensen Medan sebesar 0,8 MWp, Institut Teknologi Malang sebesar 0,5 MWp, sementara Universitas Negeri Manado sedang melakukan pembangunan fasilitas energi serupa berdaya 0,4 MWp, diikuti oleh puluhan perguruan tinggi lainnya.
Universitas Indonesia juga memperkenalkan UI-Greenmetric untuk mendorong standarisasi kampus hijau dan telah diikuti oleh 1.000 perguruan tinggi dunia.
Saat ini, ada Program D4 Spesialisasi 1 Tahun Energi Terbarukan pada 4 politeknik di bawah Kemendikbudristek (Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Manado, Politeknik Negeri Ujung Pandang) dan PEM Akamigas di bawah Kementerian ESDM yang merupakan bagian dari RESD Program didukung oleh Pemerintah Swiss. Ada program D4 Teknik Energi terbarukan di Politeknik Negeri Jember.
Dukungan Insan Perguruan Tinggi untuk Energi Terbarukan
Dalam hal pengembangan energi panas bumi, perguruan tinggi juga terlibat intensif mulai dari prospecting, planning, design, hingga pengoperasian. ITB, UGM, UI, UPN Veteran Yogyakarta sudah terlibat dalam pengembangan laboratorium lapangan dalam sektor Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ini.
ITB juga menginisiasi pengembangan biofuel melalui minyak sawit yang menghasilkan B30 dan sudah dipergunakan oleh Pertamina, dilanjutkan dengan pengembangan menuju B40.
Sementara itu dari inovasi teknologi mikrohidro, perguruan tinggi seperti UGM, ITS, ITB, Unsyiah, UI, Unpad, Unud bekerja sama dengan PLN dalam mengembangkan dan membangun desa-desa kawasan 3T untuk elektrifikasi desa yang belum terjangkau infrastruktur listrik konvensional.
Politeknik juga mengembangkan kerja sama dengan industri dalam mengembangkan pembangkit listrik Tenaga Bayu (Angin) dan Surya untuk daerah terpencil dari Politeknik Negeri Malang (Polinema), Pompa air tanah Solar Wind System (SWS) kerja sama Politeknik Negeri Cilacap dengan PT Pertamina dan kerja sama Solar Home System (SHS), PLTS off-grid, on-grid, dan hybrid antara Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan PT PLN melalui program matching fund vokasi. []