Inilah 10 Strategi ITS Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyiapkan 10 strategi utama sebagai upaya adaptasi terhadap berbagai pengaruh Revolusi Industri (RI) 4.0.
Wakil Rektor ITS bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama ITS Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc (Foto: Lutfi)

Surabaya, (Tagar 24/4/2018) - Disruption (gangguan) Era akibat revolusi industri ke-4 (Revolusi Industri 4.0) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Untuk itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyiapkan 10 strategi utama sebagai upaya adaptasi terhadap berbagai pengaruh Revolusi Industri (RI) 4.0.

Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, menyampaikan bahwa RI 4.0 mengakibatkan disrupsi sistem yang selama ini telah berlangsung, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi. "Karenanya, ITS harus mampu memilih sikap dan strategi yang benar dalam upaya membuat bangsa Indonesia mampu bertahan menghadapi era ini (RI 4.0, red)," katanya dalam konferensi pers di Rektorat ITS, Selasa (24/4).

Sementara, Wakil Rektor ITS bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama ITS Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc menyampaikan, sebagai upaya beradaptasi terhadap revolusi industri ini pemerintah RI telah meluncurkan roadmap industri 4.0 pada tanggal 4 April 2018 lalu di Jakarta.

Ia menandaskan bahwa roadmap industri 4.0 ini merupakan peta jalan pemerintah untuk menuju ekonomi digital dan diharapkan mampu mendukung perekonomian. Kemudian juga mampu mengikuti perkembanga RI 4.0.

Upaya mendukung program pemerintah merespon tersebut,  ITS menetapkan 10 strategi utama dengan memfokuskan penyelarasan hal. 10 strategi utama itu antara lain Digitalpreneurship; Distance Learning; IT Infrastructure/E-services/Smart Campus; Lifelong Learning; Global Network for Academic, Research and Innovation; IOT (Internet of Things) /Big Data/Intelegence Machine; Character Building 4.0; Teaching Industry; Allignment to Industry and Public Needs; dan Adaptive Environment.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa digitalpreneurship berfokus pada upaya menumbuhkembangkan kewirausahaan berbasis digital melalui penyelarasan kurikulum. Kemudian, pemberdayaan digital co-working space, menghubungkan dengan sumber-sumber pendanaan dan pasar bagi start up berbasis digital, serta menyediakan digital market place untuk memasarkan hasil inovasi dan produk civitas akademika ITS.

"Distance learning, memberdayakan sistem dan infrastruktur pembelajaran jarak jauh yang selama ini telah ada di ITS (Share ITS), termasuk di dalamnya adalah sistem transfer kredit yang fleksibel serta perbaikan infrastruktur IT untuk mendukung penuatan distance learning," katanya.

Sedangkan yang dimaksud dengan IT Infrastructure/E-services/Smart Campus adalah penguatan ITS sebagai smart campus dengan sistem informasi dan layanan berbasis digital dan paperless yang diharapkan dapat menguatkan kinerja akademik dan efisiensi.

Sementara, Lifelong Learning merupakan menyediakan sistem pembelajaran seumur hidup yang memungkinkan penguatan akademik dan kompetensi yang lebih fleksible. Pembelajaran ini  bukan hanya untuk mahasiswa ITS, namun juga untuk masyarakat umum sehingga mampu meningkatkan daya saing SDM nasional.

"Penguatan ini tidak hanya melalui program akademik dengan menyiapkan sistem pendidikan yang lebih fleksibel, namun juga pada kegiatan pelatihan dan magang dalam upaya penguatan ketrampilan dan kompetensi," paparnya.

Sedangkan, Global Network for Academic, Research and Innovation merupakan penguatan program akademik dan riset serta inovasi dengan makin menumbuhkan iklim kolaborasi dengan lembaga nasional dan internasional melalui joint degree program, joint research, akreditasi ITS dari lembaga internasional, peningkatan mobilitas dosen dan mahasiswa serta tenaga kependidikan.

Yang dimaksud IoT/Big Data/Intelegence Machine adalah mengarahkan sumber daya riset dan inovasi untuk mendukung pengembangan Internet of Things (IoT), Big Data dan intelegence machine yang dapat mendukung bidang riset stategis di ITS. Hal itu bisa dilakukan pada bidang maritim, ICT dan robotika, lingkungan dan pemukiman, energi-otomotif, sains-material dan nano teknologi, industri kreatif serta kebumian, manajemen bencana dan perubahan iklim.

Character Building 4.0 dibangun dengan membekali lulusan ITS supaya berkarakter cerdas, amanah dan kreatif. Kemudian didalamnya termasuk peningkatan aspek 5C yakni creative, cognitive, collaborative, competence, cohesiveness.

Teaching Industry lebib diarahkan pada penguatan kegiatan hilirisasi di teaching industry atau Science and Techno Park (STP) ITS. Hal ini sekaligus untuk mendukung arah pengembangan prototipe skala industri, kerjasama dengan industri, paten, inkubasi, seed capital, training/certification serta pembinaan UMKM agar dapat mendukung industri nasional.

Sementara, Alignment to Industry and Public Needs merupakan penyelarasan kurikulum, riset dan inovasi, pengembangan karakter, sistem pembelajaran, dan infrastruktur dan jejaring yang menyesuaikan dengan kebuhan masyarakat dan dunia industri.

Yang tak kalah penting adalah Adaptive Environment untuk memastikan sistem akademik, inovasi, riset, sistem pembelajaran, serta dukungan infrastruktur yang dikembangan di ITS mampu beradaptasi dengan perubahan yang sedemikian cepat. Dengan demikian memberi lingkungan yang adaptif bagi terbentuknya lulusan dan SDM yang kompetitif dan berkarakter.

"Kesepuluh strategi utama di atas telah selaras dengan dokumen perencanaan ITS, baik Rencana Strategis Lima Tahun ITS dan Rencana Induk Pengembangan ITS dalam 25 tahun ke depan," kata Ketut. (Lut)

Berita terkait
0
Sejumlah Kota di Amerika Batalkan Pesta Kembang Api 4 Juli
Percikan kembang api berwarna merah, putih dan biru bisa memantik rasa patriotisme pada Hari Kemerdekaan AS yang tahun ini dibatalkan