Malang - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan perekonomian Kota Malang mulai menggeliat usai wilayah itu mencatatkan inflasi sebesar 0,44 persen pada bulan Juni 2020. Capaian tersebut merupakan inflasi kedua dan tertinggi di wilayah Provinsi Jawa Timur selama masa pandemi Covid-19.
Diketahui, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,27 persen pada Mei 2020. Kota Pendidikan ini juga mengalami deflasi secara berturut-turut, pada bulan April sebesar 0,12% dan bulan Mei sebesar 0,41%.
"Ini (inflasi) merupakan pertanda baik dan menunjukkan bahwa geliat ekonomi di Kota Malang sudah mulai membaik. Setelah sebelumnya sempat lesu (imbas pandemi),” kata Kepala BPS Kota Malang Sunaryo saat konferensi pers melalui aplikasi Zoom, Selasa, 1 Juli 2020.
Ini (inflasi) merupakan pertanda baik dan menunjukkan bahwa geliat ekonomi di Kota Malang sudah mulai membaik.
Terjadinya inflasi ini, kata dia, dikarenakan terjadinya kenaikan harga di beberapa komiditas. Di antaranya, komoditi makanan, minuman dan tembakau yang menjadi penyumbang terbesar, berkontribusi sebesar 1,11%. Disusul komiditi pakaian dan alas kaki sebesar 1,04% serta penyedia makanan dan minuman (restoran) sebesar 0,90%.
”Naiknya harga daging ayam ras sebesar 12,81 persen memberi andil sebesar 0,15 persen pada inflasi di bulan Juni ini. Kemudian naiknya harga pada dua komiditas lain, yaitu telur ayam ras sebesar 7,99 persen dengan andil 0,04 persen dan tiket angkutan udara sebesar 6,55 persen dengan andil 0,09 persen,” tutur dia.
Mengutip data di Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Jawa Timur, harga daging ayam naik Rp 1.000 hingga Rp 2.000.
Sebagaimana di Pasar Oro-oro Dowo, Kota Malang, disebutkan harga daging ayam sebesar Rp 40 ribu pada 30 Juli 2020. Sebelumnya, masih tercatat di harga Rp 38 ribu pada 26 hingga 28 Juni 2020.
Untuk penghambat inflasi di Kota Malang, Sunaryo menyebut dipicu turunnya harga pada komoditas kesehatan sebesar -0,915%. Terutama obat dengan resep dan vitamin yang harganya turun sebesar 6,83% atau memberi kontribusi -0,04 persen.
Kemudian, turunnya harga pada komiditas perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil sebesar -0,27%. Serta turunnya harga emas perhiasan sebesar 2,22%, menyumbang -0,02 persen.
”Ada empat komiditas penghambat inflasi di bulan Juni. Di antaranya rekreasi, olahraga dan budaya. Komiditas perawatan pribadi dan jasa lainnya. Komoditas perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, serta komiditas kesehatan,” ucapnya.
Sunaryo menambahkan berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) dan inflasi di delapan kota kabupaten Jawa Timur, inflasi Kota Malang pada bulan Juni menjadi yang tertinggi. Disusul Surabaya sebesar 0,28% dan Jember sebesar 0,30%.
”Kalau untuk inflasi terendah dialami Kabupaten Banyuwangi dengan hanya sebesar 0,06 persen. Dan hanya Sumenep yang mengalami deflasi sebesar -0,15 persen,” tutur dia. []
Baca juga:
- Fakta Soal Viral Denda Pelanggar Tol Surabaya-Malang
- Khofifah: Malang Raya Masih Belum Layak New Normal
- Penanganan Covid-19 Malang Raya Sebatas Seremonial