Padang - Selama bulan Mei 2020 atau periode Ramadan 1441 Hijriyah, Sumatera Barat (Sumbar) dilaporkan mengalami inflasi. Tarif angkutan udara menjadi penyumbang terbesar penyebab meningkatnya inflasi di Sumbar.
Laju inflasi Sumbar pada Mei 2020 tersebut tercatat, berada di atas realisasi inflasi nasional sebesar 0,07 persen (month to month) dan realisasi inflasi kawasan Sumatera sebesar 0,29 persen (month to month).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama mengatakan, Secara tahunan pergerakan harga pada Mei 2020 menunjukkan inflasi sebesar 1,28 perse (year of year) atau menurun dibandingkan realisasi inflasi April 2020 yang sebesar 1,45 persen (year of year).
Kenaikan tarif batas atas angkutan udara hingga dua kali lipat di beberapa wilayah menyusul dampak Pandemi Covid-19.
"Nilai inflasi tahunan Sumbar ini tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 2,19 persen (year of year) dan lebih tinggi dibandingkan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 1,22 persen (year of year)," katanya, Sabtu 6 Juni 2020.
Hingga Mei 2020 Sumbar tercatat mengalami inflasi sebesar 0,60 persen (ytd) atau meningkat dibandingkan April 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,03 persen (ytd).
"Inflasi Sumbar pada Mei 2020, terutama berasal dari inflasi kelompok transportasi. Kelompok transportasi mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,48 persen (mtm) didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,42 persen (mtm) dan 0,06 persen (mtm)," katanya.
Peningkatan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota sesuai dengan pola historis yang cenderung mengalami kenaikan pada musim mudik lebaran. Pada musim lebaran tiga tahun terakhir kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat menyumbang inflasi dengan andil sebesar 0,79 persen (mtm), pada Juni 2017, 0,89 persen (mtm) pada Juni 2018, dan 0,50 persen (mtm) pada Mei 2019.
"Peningkatan tarif angkutan udara pada Mei 2020 juga didorong oleh kenaikan tarif batas atas angkutan udara hingga dua kali lipat di beberapa wilayah menyusul dampak Pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan kapasitas penumpang angkutan udara hingga 50 persen," katanya.
Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi dengan andil 0,14 persen (mtm) didorong oleh peningkatan harga berbagai komoditas bahan makanan antara lain bawang merah dan daging ayam ras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,25 persen (mtm) dan 0,06 persen (mtm).
"Peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh menipisnya pasokan di pasar akibat curah hujan yang berdampak terhadap produktivitas hasil panen. Daging ayam ras mengalami peningkatan harga disebabkan oleh kenaikan permintaan pada musim lebaran dan idul fitri," katanya.
Sementara itu, beberapa komoditas penyumbang deflasi di kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain cabai merah, bawang putih, ikan tongkol, cabai hijau dan telur ayam ras dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,21 persen (mtm), -0,04 persen (mtm), -0,03 persen (mtm), -0,03 persen (mtm) dan 0,03 persen (mtm).
Penurunan harga cabai merah disebabkan oleh melimpahnya pasokan di pasar sehubungan dengan panen raya yang masih berlangsung di wilayah Sumatera Barat.
"Bawang putih juga mengalami penurunan harga karena kecukupan persediaan setelah adanya relaksasi impor bawang putih oleh pemerintah. Sementara itu penurunan harga ikan tongkol, cabai hijau dan telur ayam ras karena pasokan yang berlimpah di masyarakat," tuturnya. []