Infeksi Menular Seksual di Pematangsiantar Meningkat

Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) menunjukkan peningkatan di Pematangsiantar. Ini penyebabnya.
Ilustrasi IMS. (Foto: Ist)

Pematangsiantar - Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) menunjukkan peningkatan di Pematangsiantar. Sejak januari hingga juli Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar mencatat terdapat 518 pemeriksaan pencegahan IMS di empat Puskesmas.  Dari hasil pemeriksaan 13 orang positif terdampak IMS.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendali Dinas Kesehatan Kota Pematansiantar,  dr. Dorlyn Sirait kepada Tagar, pada senin 26 Agustus 2019.

"Dari tiga belas, terindikasi, sifilis, gonore, klamidia, dan sudah bisa disembuhkan. Terdapat delapan pria dan lima wanita dari total diatas sementara satu diantaranya ibu hamil." paparnya.

Penularan IMS dengan cepat melalui kontak seksual, ataupun dari faktor keturunan. dr. Dorlny mengatakan terdapat lebih dari puluhan bakteri, virus, dan parasit penyebab IMS yang ditularkan melalui kontak seksual. Beberapa virus merupakan penyebab penyakit infeksi menular seksual termasuk janin yang dalam kandungan.

"Empat dari delapan infeksi tersebut (sifilis, gonore, klamidia, dan trikomoniasis) sudah bisa disembuhkan. Sementara empat lainnya merupakan infeksi virus yang tidak dapat disembuhkan, termasuk di antaranya hepatitis B, virus herpes simpleks (HSV atau herpes), HIV, dan human papillomavirus (HPV)." terangnya.

Divisi Penanganan IMS Dinas Kesehatan Pematangsiantar, Rini Silalahi mengatakan,  penularan penyakit IMS  bisa menular dengan cara non-seksual, seperti melalui darah atau produk darah.

"Banyak IMS  termasuk sifilis, hepatitis B, HIV, klamidia, gonore, herpes, dan HPV dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan. Beberapa kita periksa dan kita lakukan pengobatan pencegahan IMS." terang Rini.

Guna menekan penyebaran IMS Dinas Kesehatan mengadakan program layanan terpadu HIV /Aids dan IMS untuk melakukan tindak pencegahan dan pengobatan.

"Banyak orang tidak menyadari telah terinfeksi IMS. Oleh karena itu pemeriksaan ke spot lokalisasi atau tempat hiburan terus dilakukan. Selain kami juga lakukan sosialisasi rutin bersama empat Puskemas  yang menangani IMS. Puskesma Kesatria, Kartini, Karo, Tomuan." tuturnya.

Rini Silalahi mengatakan penderita IMS tiga kali beresiko terdampak virus HIV. Sejak tahun 2010 hingga 2019 dihimpun data Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar terdapat 780 Orang Dengan Hiv/Aids (ORHA). Dari jumlah tersebut terdapat 333 orang atau 42% yang mendapat Antiretrovirals (ARV) secara rutin. ARV biasa digunakan untuk mengobati para pengidap HIV/AIDS.

"Jumlah itu bertambah sebanyak 47 orang sejak Januari hingga Juli 2019. Namun untuk yang menerima ARV sebanyak 333 orang dari total keseluruhan pengidap HIV.  Meski belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh, ARV harus dikonsumsi positif HIV agar dapat bertahan melawan virus yang menyerang kekebalan tubuh" jelas Rini.

Untuk ARV sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 disebutkan, ARV berguna untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV. "jika hal ini rutin kita berikan agar para penderita dapat melawan virus HIV dalam tubuhnya. " sebut Riny.

Penangan IMS Puskesmas Kartini Dr. Lesly, menyampaikan ketertutupan pasien terdampak IMS menjadi kesulitan dalam penangananya. " Dalam tahun 2019 ada sebelas yang melakukan pemeriksaan IMS dua diantaranya terdampak HIV dan dalam pengawasan Puskesman Kartini" ujar Lesly.

Menurutnya banyak penderita IMS seperti sipilis / raja singa yang malu dan engan melaporkan. Padahal penderita IMS harus segera diatasi agar tidak menular atau semakin parah.

Untuk menekan IMS, Lesly menyarankan penerapan hidup sehat dan juga prilaku setia kepada pasangannya adalah faktor penting. Selain itu  menggunakan kondom bagi pekerja seks dapat dilakukan sebagai upayah pencegahan. Selain itu para penderita IMS secara rutin melakukan pengobatan dan melakukan pengecekan IMS secara rutin.

Komunitas Kopi Sedap Puskesmas Tomuan juga melakukan pelayanan dan sosialisasi IMS kepada masyarakat. Dr. Yuliana sara erika silitonga divisi penanganan IMS Puskesmas Tomuan membuka layanan gratis ARD, Soalisasi dan edukasi IMS, pengecekan IMS.

"Penting pemahaman dan pengecekan tentang IMS. Sebaiknya penderita IMS jangan malu dan sungkan untuk memeriksa. Dengan begitu penanganan dapat segera dilakukan" terang Yuliana.

Selain itu penggunaan jarum suntik dan penggunaan Narkoba salah satu pintu masuk virus IMS yang dapat memicu HIV.
Anggota Komunitas Sosial Medan Plus Sugesti Manurung mengatakan, banyak penderita virus HIV terdampak akibat penggunaan narkoba jarus suntik.

Saat ini Medan Plus telah menfollow up 200 penderita HIV untuk melakukan terapi ARV. "Penderita HIV perlu asupan ARP dan edukasi bagaimana menjaga kesehatan. Selain itu mereka harus juga diberi dukungan moral. Karena penderita HIV perlu semangat dan pengobatan agar dapat sembuh total."  tutupnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendali Dinas Kesehatan Kota Pematansiantar,  dr. Dorlyn Sirait kepada Tagar, pada senin 26 Agustus 2019.

Baca juga:

Berita terkait
Ustaz Abdul Somad Batal Isi Ceramah di Pematangsiantar
Ustad Abdul Somad batal mengisi tausiah di Kota Pematangsiantar. Rencananya, UAS akan hadir di Masjid Raya, Minggu 25 Agustus 2019.
Raja Ring Tinju Asal Pematangsiantar, Tempur di Medan
Dua petinju peraih medali emas asal Pematangsiantar diberangkatkan untuk mengikuti Kejurnas tinju junior di Medan. Mereka diproyeksi untuk PON.
Daftar Lengkap Anggota DPRD Pematangsiantar Terpilih
Komisi Umum (KPU) Pematangsiantar menetapkan 30 anggota DPRD terpilih periode 2019-2014 dalam rapat pleno terbuka.