JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit mengimbau agar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional dapat memanfaatkan peluang pasar ekspor di Amerikat Serikat (AS) dengan meningkatkan kapasitas produksi produk garmen. "Industri TPT nasional harus dapat mengoptimalkan pemanfaatan pasar yang ditinggalkan China setelah adanya perang dagang AS-China yang hingga kini belum ada tanda-tanda mereda," katanya dalam keterangan di Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2019.
Menurut Achmad, pasar yang ditinggalkan China akibat perang dagang tersebut sangat besar. Pasalnya, pangsa pasar produk TPT China di pasar AS mencapai sekitar 40 persen, sementara Indonesia hanya kurang lebih 6 persen. Daya saing industri TPT cukup kuat untuk menggantikan pasar yang ditinggalkan China di AS. "Kalau bisa pangsa pasar ekspor Indonesia ke AS meningkat menjadi 10 sampai 15 persen," ucapnya.
Achmad menambahkan Kementerian Perindustrian mendorong pendidikan vokasi untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan dapat memenuhi kebutuhan industri TPT. "Saat ini kami masih sering mendengar keluhan pengusaha industri TPT di Jawa Tengah bahwa mereka masih kesulitan mencari tenaga kerja SMK yang siap kerja," jelasnya.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Muhammad Khayam mengatakan pameran tekstil, kulit dan alas kaki diikuti 48 perusahaan yang menghasilkan produk-produk kualitas high end yang ditujukan untuk ekspor dan pasar lokal. Selain itu, pameran ini diisi oleh berbagai kegiatan lain seperti fashion show dan forum grup discussion (FGD) meningkatkan daya saing industri TPT dengan memanfaatkan insentif fiskal.