Untuk Indonesia

Indonesia Bukan Hanya GBK dan Monas

Tulisan opini Eko Kuntadhi mengenai provokasi Prabowo Subianto dalam kampanye akbar di Gelora Bung Karno.
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) menyapa pendukungnya usai melakukan kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Minggu (7/4/2019). Kampanye tersebut diikuti ribuan simpatisan pendukung Prabowo-Sandi. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Oleh: Eko Kuntadhi*

"Berapa yang hadir di sini?" kata Prabowo. "Satu juta lebih," katanya meyakinkan.

Stadion GBK baru saja direnovasi untuk Asian Games kemarin. Total kursi ada 78 ribu. Kapasitas lapangan maksimal bisa menampung 50 ribu. Katakanlah meruah sampai ke lorong-lorong. Sekitar 20 ribu orang bisa tertampung. Plus kita hitung di luar masih berkeliaran. Kasih angka maksimal 100 ribu orang lah.

Paling pol, yang meramaikan acara kampanye Prabowo di SUGBK (Stadion Utama Gelora Bung Karno)  maksimal 250 ribu. Itu juga bukan warga Jakarta semua. Ada gerombolan dari luar daerah yang didatangkan panitia. Tapi okelah, ini menutup kekecewaan Prabowo dari beberapa kampanyenya di daerah yang sepi peminat.

Yang paling lucu ada hadirin yang datang mengibarkan bendera Palestina. Dia pikir, Prabowo serius membela Palestina. Komentar Prabowo soal perpindahan Kedubes Australia di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem saja, terkesan membela Israel.

Tapi urusan jumlah massa bukan hal penting. Baru saja kemarin di tiga kota Jateng plus Batam, kampanye Jokowi dihadiri massa menyemut. Padahal Jokowi hadir di kota kecil. Tapi sudahlah. Buat apa juga adu banyak-banyakan massa di lapangan kampanye.

Yang jauh lebih penting untuk diperhatikan adalah provokasi Prabowo. Dia membodohi massanya sendiri. "Pertumbuhan ekonomi 5 %, ndasmu!," umpatnya. Cuma begitu saja katanya: ndasmu! Dia gak membantah dengan data berapa pertumbuhan ekonomi menurut versinya. Cuma bisa caci-maki aja.

Prabowo juga memuaskan hasrat pendukungnya dengan mencari istilah-istilah yang cocok dengan kuping mereka. "Ibu pertiwi sedang diperkosa," ujarnya berapi-api.

Orang-orang yang ada di sana langsung berdiri kupingnya mendengar kata perkosa. Khayalannya langsung melompat ke gambar-gambar mesum. Prabowo memang tahu bahasa yang disukai pendukungnya. Gak jauh dari sana.

Tapi mendengarkan pidato politik Prabowo memang harus pakai syarat: tinggalkan otakmu di kolong meja. Baru bisa paham kenapa ada Capres ngomongnya selalu merendahkan bangsanya sendiri.

Para radikalis ini memusuhi Jokowi. Karena gerak mereka dihambat. Kini mereka berbaris rapi di belakang Prabowo. Aktif mengumbar kebencian dan hoaks.

Sebab dia sendiri gak punya kebanggan apa-apa tentang Indonesia. Berapa banyak hinaan pada wajah Boyolali, urat susah, dan sejenisnya yang merendahkan rakyat Indonesia dilontarkan Prabowo.

Kalau mau jujur, saat ini yang paling membuat Ibu Pertiwi menangis adalah rakyat yang makin beringas. Agama digunakan untuk memecah belah. Baru saja di Yogyakarta terjadi pengusiran pada warga yang berbeda agama.

Pembelahan masyarakat berdasarkan agama ini makin membuat kita kerdil. Kita seperti siput yang masuk ke cangkang. Takut dengan perkembangan modern. Rakyat ditarik dalam kebodohan doktrin. Mereka tidak diajarkan melihat kenyataan.

Para pengasong agama ini membodohi rakyat. Pancasila yang sudah menjadi perekat bangsa mau diutak-atik. Diganti dengan sistem yang seolah berdasar agama. Padahal sama sekali tidak berdasar.

Para radikalis ini memusuhi Jokowi. Karena gerak mereka dihambat. Kini mereka berbaris rapi di belakang Prabowo. Aktif mengumbar kebencian dan hoaks.

Memang. Prabowo gak pernah menjelaskan apa programnya dalam kampanye. Yang dia lakukan hanya bisa menjelekkan Indonesia. Sebab dia memang gak punya konsep yang ditawarkan. Selain sinis dan nyinyir penuh kebencian.

Pasarnya, siapa lagi kalau bukan orang yang di kepalanya hanya berisi prasangka. Plus tumpukan kebencian. Orang jenis ini sama seperti Prabowo. Gak tahu apa yang akan dilakukan ke depan. Pokoknya sekarang protes dan provokasi saja dulu.

Jika survei menampilkan 25 % suara untuk Prabowo, secara absolut memang banyak. Jika jumlah pemilih 170 juta, seperempatnya sekitar 42,5 juta. Bukan jumlah yang sedikit kan?

Wajar saja jika di GBK suasana kampanye Prabowo ramai. Tapi untung saja Indonesia bukan hanya GBK. Indonesia juga bukan cuma Monas. Negeri ini seluas benua Eropa.

Jika Prabowo masih sibuk berkoar merendahkan bangsanya di GBK, lalu ditepuktangani oleh pendukungnya. Biarkan saja. Orang kadang butuh sedikit kegembiraan. Butuh penyaluran agresifitas komunal mereka.

Kita nikmati saja suasana akhir pekan ini dengan santai. Sambil siapkan baju putih untuk tanggal 17 April nanti. Pilih Capres yang mewakili suasana putih. Bukan yang menebar suasana hitam ke udara Nusantara.

*Penulis adalah Pegiata Media Sosial

Baca juga:

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.