INDEF: Target Pertumbuhan Ekonomi Terlalu Tinggi

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen dalam APBN terlalu tinggi.
Pemaparan proyeksi ekonomi INDEF dalam Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2020 Kabinet Baru dan Ancaman Resesi Ekonomi di Hotel JS. Luwansa, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa, 26 November 2019. (Foto: Tagar/Nuranisa Hamdan)

Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terlalu tinggi. 

Sebab, banyak tantangan yang tidak ringan dari sisi perdagangan, investasi, dan konsumsi, apalgi terjadi penurunan dalam bidang ekspor dan investasi sejak beberapa tahun yang lalu.

"Atas dasar itu INDEF memproyeksikan untuk kita menggunakan kalkulasi pertumbungan ekonomi 2020 itu 4,8 persen. Itu paling lebih rendah mungkin dari lembaga lain tapi lebih tinggi dari satu lembaga lain," tutur Tauhid Ahmad dalam Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2020 Kabinet Baru dan Ancaman Resesi Ekonomi di Hotel JS. Luwansa, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa, 26 November 2019.

Seminar EkonomiDirektur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad. (Foto: Tagar/ Nuranisa Hamdan)

Sebenarnya, kata dia tak masalah jika pemerintah tak mau mengubah asumsi 5,3 persen APBN di tahun mendatang. Sebab, mungkin pemerintah mau optimis dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Tapi menjadi tidak realistis untuk 2020 mendatang. Karena memang beberapa lembaga juga meyakini bahwa itu sangat sulit tercapai," ucapnya.

Berbagai kesulitan dinilai menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi akan di atas 5 persen. Di antaranya, nilai tukar rupiah Rp 14.500, harga minyak dunia 65 dolar Amerika Serikat per barrel, tingkat inflasi 3,25 persen, tingkat pengangguran terbuka 5,1 persen, dan tingkat kemiskinan 9,1 persen.

Berdasarkan apa yang dilihat dari asumsi APBN pemerintah, INDEF pun menurutnya merekomendasikan dua hal. Pertama, bahwa pemerintah harus segera merapikan barisan untuk melakukan perubahan pada APBN mengingat masih ada momentum, bulan januari atau februari untuk melakukannya.

"Kalau tidak, tentu saja angka-angka yang disajikan pemerintah menjadi semu dan ini tidak realistis dengan perkembangan terakhir," ujarnya.

Apalagi, rata-rata sektor penerimaan pajak yang sudah turun dan asumsi di 2019 jauh meleset. "Otomatis penyusunan pada 2020 menjadi kurang mendasar sama sekali," kata Tauhid.

Rekomendasi kedua adalah berkaitan dengan skenario kabinet yg baru. Meski baru berjalan selama satu bulan, INDEF melihat ada beberapa komposisi perlu dilihat dalam enam sampai satu tahun yang akan datang agar perekonomian Indonesia semakin baik.

"Berkaitan dengan beberapa sektor utamanya, berkaitan dengan perdagangan, investasi, industri, dan pertanian. Empat bidang merupakan kunci dan memang di bawah koordinasi dibawah menteri perekonomian," ucapnya. []

Berita terkait
Jokowi Tekankan Indonesia Lawan Resesi Ekonomi Dunia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia siap melawan resesi ekonomi dunia, meskipun dia tengarai tetap merugikan di sektor usaha.
Jokowi Bagikan Kiat Hadapi Resesi Ekonomi Dunia
Jokowi mengungkapkan akan ada efek buruk yang ditimbulkan dengan terjadinya resesi ekonomi di dunia aat berbicara dalam (KTT ROK-ASEAN CEO Summit.
OECD Sebut Prospek Ekonomi Global Memburuk
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengingatkan akan terjadi perlambatan ekonomi global.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.