Indahnya Toleransi, Selama Nyepi Azan di Jepara Tak Gunakan Pelantang Suara

Kearifan lokal tersebut tidak hanya sebatas ungkapan kata. Hormat untuk Jepara.
Proses pelaksanaan Upacara Tawur Agung atau Mecaru 1941 Saka di Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara, Rabu (6/3/2019). (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

Jepara, Tagar (7/3/2019) - Di tengah kontestasi politik yang kian memanas, warga Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji, Jepara, justru hidup dalam sejuknya harmoni beragama dan bermasyarakat.

Satu di antaranya diwujudkan saling menghormati antara warga mayoritas Muslim dengan umat Hindu. Saat Hari Raya Nyepi, masjid-masjid yang berada di dekat pura tidak menggunakan pelantang suara saat mengumandangkan azan.

Kearifan lokal tersebut tidak hanya sebatas ungkapan kata, melainkan telah disahkan melalui imbauan resmi Pemerintah Desa Plajan. Melalui surat bernomor 353/15 tertanggal 4 Maret 2019, Kepala Desa Plajan Priyatin meminta warganya memberikan toleransi bagi pemeluk Hindu saat Hari Raya Nyepi.

"Dimohon toleransinya dari umat Islam, Umat Kristiani atas gangguan keamanan dan ketertiban selama berlangsungnya kegiatan Brata Nyepi pada Kamis malam Jumat 07 Maret 2019 untuk tidak membunyikan pengeras suara, tidak membuat suasana gaduh pada lokasi seputar pura atau tempat ibadah Umat Hindu," pinta Priyatin dalam surat yang ditunjukan oleh Kaur Tata Usaha (TU) Desa Plajan, Ilyas Rabu (6/3/2019).

Ilyas berkata, pelaksanaan local wisdom tersebut telah berjalan selama 19 tahun. Hal itu didasari musyawarah atau rembug warga.

"Kalau mulainya resmi tahun 2000, namun pada tahun1997 sudah mulai digagas. Saat itu suara warga Hindu menginginkan agar waktu Nyepi suasananya dapat dijaga, lantaran masih ada ingar bingar kendaraan dan sebagainya. Namun sejak ada kesepakatan tersebut, suasana menjadi sejuk," tutur dia di Jepara, Jawa Tengah.

Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Tradisi Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi

Sejak itulah, keharmonisan antarumat beragama di Plajan semakin rekat. Setiap perayaan agama, umat saling bergantian menjaga. Bila Idul Fitri tiba, warga Kristiani dan Hindu saling membantu menjaga keamanan masjid ataupun berpatroli ke rumah-rumah yang ditinggal salat agar tak kemalingan. Lalu ketika hari raya Natal, umat muslim dan Hindu menjaga keamanan gereja, agar saudara lain agama tersebut khusyuk beribadah.

"Ketika Nyepi, upaya kami ya itu, tidak menggunakan speaker saat azan, pada masjid-masjid yang berada di sekitar pura. Selain itu, kita juga menjaga agar tak ada warga yang bermain-main dengan gas motor ataupun bercanda berlebihan di sekitar tempat tersebut," tambah Ilyas.

Adapun, jumlah penduduk Desa Plajan adalah 8.049 jiwa, dengan mayoritas beragama Islam diikuti Hindu sekitar 700 penganut.

Umat Hindu jangan golput!

Hari Raya Nyepi tahun Saka 1941 diperingati bersamaan dengan rangkaian pesta politik 2019. Hal itu menjadi momentum bagi warga Hindu Desa Plajan khususnya untuk turut menyukseskan hajatan lima tahunan tersebut.

"Sesuai ajaran kami, memilih pemimpin itu sebuah keharusan. Maka dari itu,melalui Hari Raya Nyepi, kami mengajak umat agar tidak golput," ujar Ngarbiyanto, Ketua Panitia Nyepi Desa Plajan 1941 Saka, ditemui di Pura Dharma Loka, sesaat sebelum upacara Tawur Agung atau Mecaru dihelat.

Ia mengatakan, upacara Mecaru dilakukan untuk mengembalikan sari-sari alam. Hal itu bertujuan agar dalam melakukan Catur Brata Penyepian tidak diganggu oleh Buta Kala.

Pada upacara Mecaru diikuti oleh 300 umat Hindu dari berbagai daerah di Jepara.

Ritual Nyepi dimulai pada Kamis (7/3/2019) pukul 06.00 WIB sampai dengan Jumat (8/3/2019) selama 24 jam. Pada ritus tersebut, umat Hindu berdoa dan menghindari bepergian, bekerja, tidak menghidupkan api atau mendengarkan hiburan, yang dikenal dengan Amati Lelungan, Amati Karya, Amati Geni dan Amati Lelanguan.

"Dalam menjalani Nyepi di Desa Plajan, kami juga merasa sangat dihargai dan dihormati, mengingat sesama warga beda agama saling menjaga," pungkas Ngarbiyanto.

Baca juga: Rayakan Nyepi, Internet Bakal Dipadamkan Seharian Penuh

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.