Impian Bung Karno Jadikan Palangkaraya Ibu Kota RI

Wacana memindahkan Ibu Kota dari Jakarta ke luar Palangkaraya sempat digulirkan Bung Karno.
Presiden Soekarno juga menggunakan hak pilihnya. (Foto: Instagram/@gnfi)

Jakarta - Presiden Joko Widodo berencana memindahkan Ibu Kota dari Jakarta ke luar Pulau Jawa. Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menjadi salah satu alternatif. Wacana ini sempat bergulir sejak Tanah Air dipimpin Presiden ke-1 Indonesia Soekarno, atau Bung Karno.

Selain wacana perpindahan, Kota Palangkaraya sebagai Ibu Kota juga pernah dilontarkan Bung Karno. Alasannya, Sang Proklamator menilai Palangkaraya jauh lebih luas daripada Jakarta. Terlebih, Palangkaraya relatif aman dari gempa bumi dan letusan gunung berapi, serta letaknya di tengah-tengah gugus pulau Indonesia.

Ibu Kota orisinal Indonesia

Bung Karno ingin membangun Ibu Kota dengan konsep sendiri, maka dari itu dipilihlah Pakangkaraya. Jakarta, menurut dia, bukan hasil pembangunan pemerintahan Indonesia, karena banyak peninggalan penjajah Batavia.

"Jadikanlah Kota Palangkaraya sebagai modal dan model," tutur Bung Karno saat pertama kali menancapkan tonggak pembangunan kota ini 17 Juli 1957 silam, yang dituangkan Wijanarka dalam buku berjudul Soekarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya.

Sungai Kahayan yang membelah Palangkaraya, menjadi salah satu impian Bung Karno memadukan konsep transportasi sungai-sungai cantik di Eropa. Impiannya, di sana masyarakat dapat bersantai menikmati keindahan kota yang dialiri sungai.

Tak heran, saat itu ia berpesan untuk tak mendirikan bangunan di tepi Sungai Kahayan. "Janganlah membangun bangunan di sepanjang tepi Sungai Kahayan. Lahan di sepanjang tepi sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut," ucap Bung Karno, kala itu.

Apa yang dilakukan Soekarno?

Impian Bung Karno bukan omongan belaka. Karena Soekarno menceritakan idenya tersebut kepada beberapa orang insinyur asal Rusia, tak lama kemudian mereka membangun jalan raya di lahan gambut di Palangkaraya.

Perekonomian Indonesia yang terpuruk di awal 60-an, mungkin tidak diprediksi oleh Bung Karno. Akhirnya, pembangunan Palangkaraya terhambat. Puncaknya pada 1965 saat Soekarno dilengserkan.

Kemudian impian tersebut terhenti, karena Presiden ke-2 Indonesia Soeharto, tak ingin melanjutkan rencana pemindahan Ibu Kota ke luar Pulau Jawa. Jadilah Ibu Kota tetap berada di Jakarta. 

Baca juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.