Hoaks Serang Jokowi, TKN: Bahkan Ada Framing Perusakan Masjid

Hoaks menyerang petahana itu telah diungkap Kemenkominfo dan Polri.
TGB menyampaikan kepada masyarakat Indonesia yang menyebarkan hoaks agar segera berhenti. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 8/2/2019) - Direktorat Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hendrasmo, mengungkapkan tim tangkal fitnah TKN telah meriset dan mendapati hoaks yang terpola dan sistematis yang dialamatkan untuk menjatuhkan paslon capres-cawapres nomor urut satu (01).

"Hoaks-hoaks itu sudah terpapar di 13 Provinsi di Indonesia, kemudian tersebar juga di 6 Provinsi lain. Ini adalah temuan dari tim tangkal fitnah TKN. Kami mendapati disinformasi yang senantiasa menggunakan isu yang diulang-ulang," ucapnya.

Hendrasmo menguraikan incumbent selalu diserang isu PKI/komunis, anti-Islam, kriminalisasi ulama, TKA asing/aseng Cina, hutang luar negeri, pengangguran, harga barang mahal hingga terkait dengan penyelenggaraan pemilu. Menurut dia, isu-isu tersebut dibuat berulang dan dimodifikasi dari waktu ke waktu.

"Sudah kita temukan lama, tapi kita temukan lagi dengan bentuk dan modifikasi yang berbeda bahkan disinformasi ini terpola, berulang-ulang dan berkelanjutan," jelasnya.

Hoaks perusakan masjid

Untuk hoaks pekan ini, TKN mendapati kabar yang menyerang petahana diungkap dari Kemenkominfo, Mabes Polri, hingga Tim Kampanye Daerah. Salah satu hoaks yang paling hangat dibicarakan oleh masyarakat minggu kemarin, dikatakan Hendratmo datang dari Solo, Jawa Tengah.

"Sangat viral yaitu perusakan masjid dan perusakan Alquran berceceran di lantai dan itu difoto lalu diframing seolah-olah ada perusakan. Ternyata faktanya adalah anak-anak bermain di dalam masjid, kemudian Alquran jatuh berserakan hanya itu," kata Syihabuddin Asfa di media center Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (7/2).

Ia melanjutkan, ditemukan pula hoaks PDIP yang disebut menyerbu sebuah Masjid di Yogyakarta, yang pada realitasnya adalah adanya provokasi antara warga sekitar dengan massa PDIP. Namun tidak sampai terjadi kekerasan fisik dan perusakan terhadap masjid. Pada persoalan ini, lebih lanjut Syihabuddin menerangkan, bahwa pihak PDIP DIY telah meminta maaf atas kasus bersitegangnya massa PDIP dengan warga setempat.

"Lalu ada selebaran hoaks yang menuliskan say no to Jokowi-Ma'ruf Amin. Di situ disebutkan 'janji adalah hutang, udah banyak janji banyak pula hutang'. Selebaran ini disebar berulang di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera. Selain selebaran, materi hoaks dan black campaign ini juga diblast via Whatsapp dan medsos lainnya, secara berulang," kata Syihabuddin.

"Masih ada lagi hoaks Jokowi akan ganti Ma'ruf Amin dengan Ahok di tengah jalan. Lalu, ada juga KH.Ma’ruf Amin mengenakan baju santa klaus dan berpoligami. Kemudian, hoaks Kemenag sudah kasih lampu hijau kepada LGBT, hoaks Kemenag sepakati perubahan 186 kata dalam Alquran, hoaks dana haji dipinjam negara untuk pembangunan tol, hingga hoaks bahwa PDIP tak membutuhkan suara umat Islam dan meminta pelarangan suara azan," keluhnya.

Menurut Tuan Guru Bajang (TGB) maraknya persebaran informasi hoaks yang memprovokasi umat dengan konten berita fitnah dapat mengancam Ukhuwah Islmiah, yang dapat merusak persaudaraan.

Maka itu, ia mengingatkan ke publik untuk tidak mudah percaya dengan berita yang keakuratannya belum absah. TGB menuturkan, masyarakat baiknya dapat membendung kabar yang masih simpangsiur, agar dampaknya tak makin buruk dan tidak menimbulkan perpecahan umat.

"Perhelatan 17 April sebentar lagi. Tapi kalau kita tetap memompa hoaks ke ruang publik, maka bisa jadi dampaknya akan panjang sekali kepada kita semua sebagai anak bangsa. Enerji kita ke depan pasca 17 April itu akan sulit untuk solid mendukung pemimpin yang ada, karena kita harus menangani dampak yang kita tanam dari hoaks dan fitnah," imbuhnya.

TGB mengatakan persebaran hoaks memang dapat diibartkan seperti menanam sebuah benih. Jika, sedari awal sudah menanam benih kebohongan, maka yang timbul dan tumbuh adalah fitnah-fitnah berkepanjangan.

"Dan itu sama sekali tidak baik untuk kita sebagai bangsa, termasuk juga kita sebagai umat Islam itu Ukhuwah Islamiah. Islam mengajarkan kita menjaga kehormatan dari saudara kita. Bahwa sesama kita harus menjaga jiwa, harta dan kehormatan," tutur mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu.

"Pilpres ini bukan armagedon, bukan perang badar. Ini adalah ajang demokrasi kita yang diharapkan bisa menghasilkan kepemimpinan yang baik bagi kita semua. Yuk, kita semua, saya mengetuk hati dari rumah tangga-rumah tangga yang ada, keluarga-keluarga muslim, mari kita semua saling mengingatkan. Segala hal mengenai hoaks jangan kita sebarkan dan jangan menjadi bagian dari mesin yang dapat merusak kehormatan saudara kita sesama Muslim, dan sesama anak bangsa," pungkasnya. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.