Jakarta - Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengancam tentara militer Amerika Serikat (AS) di kawasan Timur Tengah, di pangkalan militer dan kapal perang akan menjadi sasaran balas dendam setelah peristiwa pembunuhan petinggi militer Iran, Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan udara dengan menggunakan drone di dekat Bandar Baghdad, Irak, Jumat 3 Januari 2020. "Mengusir pasukan militer AS dari kawasan Timur Tengah sekarang menjadi prioritas," katanya seperti dikutip dari portal politico.com, Senin, 6 Januari 2020.
Nasrallah menegaskan, militer AS harus membayar mahal atas kematian Jenderal Soleimani, komandan Pasukan Elit Iran, Quds Force yang merupakan Pengawal Revolusi Iran. "Kami masih mempunyai banyak pasukan berani mati untuk memaksa Amerika keluar dari wilayah kami. Jumlah pasukan berani mati terus meningkat," ucapnya dalam pidato yang disampaikan, Minggu, 5 Januari 2020.
Jenderal Qassem Soleimani. (Foto: Axios)
Kejahatan AS yang terang-terangan
Berbicara di depan ribuan pendukung petinggi militer Iran itu dalam aksi unjuk rasa di Beirut selatan, Nasrallah menyebutkan pembunuhan Jenderal Soleimani sebagai 'kejahatan yang jelas dan terang-terangan' yang akan mengubah Timur Tengah. Pidato kelompok Hizbullah ini merupakan pernyataan publik pertama pasca terbunuhnya Soleimani.
Putri Jenderal Qassem Soleimani, Zainab Qassem Soleimani mengatakan kematian ayahnya tidak "mematikan semangat perjuangan untuk mengusir AS dari Timur Tengah. "Amerika Serikat harus tahu bahwa darahnya (Jendral Soleimani) tidak gratis. Kami akan menuntut balas kematian Jenderal Soleimani," katanya kepada para pendukung Hizbullah yang menyaksikan dari layar besar yang disiarkan melalui satelit.
Trump seorang pengecut
Zainab Soleimani mengatakan kepada TV Al-Manar di Libanon,"Presiden Donald Trump yang kotor tidak akan dapat menghapus prestasi pemimpin Iran yang terbunuh." Dalam wawancara singkat ia berkata, Trump seorang pengecut, membunuh Jenderal Soleimani dari jauh lewat rudal. Kalau berani, ia harus berdiri berhadapan muka dengan Jenderal Soleimani."
Wanita muda yang berbicara dalam bahasa Parsi dengan aksen Arab itu mengatakan bahwa ia tahu pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah akan membalas kematian ayahnya.

Sebelumnya ribuan warga turun ke jalan di Taheran menuntut AS bertanggungjawab atas kematian Soleimani. Mereka menuntut agar pemerintah Iran menuntut balas kepada AS yang telah melakukan kejahatan perang. Sembari membawa poster jenderal pimpinan pasukan elit Quds itu, para demonstran memenuhi jalan-jalan di Taheran setelah salat Jumat. Kantor berita IRNA melaporkan, demonstrasi juga terjadi di kota Arak, Bojnourd, Hamedan, Hormozgan, Sanandaj, Semnan, Shiraz, dan Yazd.
Parlemen Irak mengecam serangan tentara AS. Ketua Parlemen Irak Mohammed al-Halbousi mengatakan serangan itu meupakan pelanggaran mencolok kedaulatan dan pelanggaran perjanjian internasional. "Irak harus menghindari menjadi medan perang oleh pihak lan dalam konflik regional atau internasional," katanya. []