Hilangnya Wibawa Arus Deras Sungai Uli di Maluku

Arus deras yang mengalir di Sungai Uli, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) seperti kehilangan harga diri di hadapan anak-anak Desa Tobo
Seorang siswi dari Desa Tobo, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), membantu rekannya yang menyeberangi derasnya arus Sungai Uli. (Foto: Tagar/YouTube Azrul Wailissa)

Ambon - Arus deras yang mengalir di Sungai Uli, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) seperti kehilangan wibawa dan harga diri di hadapan beberapa anak dan remaja Desa Tobo, Kecamatan Werinama, Kabupaten SBT.

Arus deras sungai yang bagi sebagian orang merupakan hal yang menyeramkan dan harus dihindari, seperti dianggap sebagai teman bermain oleh anak-anak itu. Hampir setiap hari mereka melintasi sungai yang dikenal cukup berbahaya saat banjir tersebut.

Bagi anak-anak itu, tergelincir di sungai, terseret arus deras hingga pakaian basah kuyup bukan merupakan sesuatu yang menakutkan. Kejadian-kejadian yang biasa mereka alami itu cuma seperti tantangan yang harus dilalui untuk sampai di sekolah.

Nanda, seorang anak Desa Tobo, Kecamatan Werinama, Kabupaten SBT, yang beranjak remaja, adalah salah satu dari sekian banyak anak Desa Tobo lain yang harus menyeberangi Sungai Uli saat berangkat dan pulang sekolah.

Bersama beberapa temannya, gadis kecil yang duduk di kelas 8 SMP N 16 SBT Batuasa ini, menempuh perjalanan sejauh kurang lebih tiga kilometer untuk tiba di sekolah, termasuk hari itu, Kamis, 16 Juli 2020.

Saat musim kemarau, anak-anak itu rela bermandi peluh menempuh perjalanan yang cukup jauh itu. Sementara jika musim hujan, mereka terpaksa berteduh atau berbasah kuyup jika tidak menyiapkan jas hujan atau payung.

Nanda dan kawan-kawannya harus menyusuri pantai sebelum dihadang oleh derasnya arus Sungai Uli. Besarnya resiko yang mungkin terjadi tak sebesar tekad anak-anak itu menuntut ilmu.

Terkadang anak-anak itu harus saling berpegang tangan saat menyeberang, sebagai upaya antisipasi agar tidak terbawa derasnya arus sungai Uli.

Cerita Sungai Uli Maluku 1Tiga siswa sekolah di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku, bersiap menyeberangi derasnya arus Sungai Uli. (Foto: Tagar/YouTube Azrul Wailissa)

Derasnya semangat mereka untuk bisa bersekolah mengalahkan derasnya arus sungai itu, meski mereka tetap berharap agar nantinya dibangun jembatan di atas sungai itu.

“Kadang ketika melihat teman-teman dari kampung lainnya yang bisa ke sekolah tepat waktu dalam kondisi seragam yang rapi, timbul rasa iri juga. Tapi mau bagaimana, tidak ada lagi jalan alternatif lain untuk kesekolah,” tutur Zubaidah, ibu kandung Nanda.

Kekhawatiran Orang Tua

Sebagai orang tua, Zubaidah mengaku tidak jarang dirinya merasa khawatir terhadap keselamatan Nanda dan teman-temannya, terutama saat musim hujan tiba. Sebab tidak ada jalan lain menuju sekolah. Anak-anak itu harus melintasi Sungai Uli.

Untuk menenangkan dirinya sendiri, sekaligus memastikan keselamatan anak-anak itu, Zubaidah kerap mengantar mereka melewati sungai.

Beta juga terkadang khawatir kalau lagi musim hujan, karena anak-anak harus lewat sungai yang lagi banjir. Beta (Red-saya) biasanya suka antar Nanda lewati sungai kalau cuaca lagi buruk.

Zubaidah melanjutkan, kondisi yang dihadapi oleh anak-anak ini sudah berlangsung sejak lama. Situasi yang sama juga dialami oleh kakak-kakak mereka. Infratruktur berupa jalan dan jembatan di kampungnya sama sekali belum pernah dibangun.

Bahkan bukan hanya siswa sekolah saja yang harus melintasi jalur tersebut, tetapi juga warga yang berniat untuk beraktivitas di luar desa. Mereka biasanya menyusuri pantai dan melewati sungai Uli.

"Saat ini penggusuran untuk buat jalan, baru sampai di Batuasa,”sambungnya.

Kondisi itu membuat Zubaidah berharap banyak pada pemerintah. Setidaknya dia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jalan dan jembatan untuk akses bagi warga dan anak-anak untuk bersekolah.

Jika jembatan dibangun di atas Sungai Uli, setidaknya kekhawatiran orang tua saat anaknya melintasi Sungai Uli dapat sedikit berkurang.

Dihubungi terpisah, Werto Wailisahalong, salah satu guru SMP Negeri 16 SBT, membenarkan bahwa beberapa siswanya yang kesulitan yang berasal dari Desa Tobo mengalami kesulitan dan tantangan tersebut.

Dia mengaku prihatin dengan kondisi siswanya yang tinggal di Desa Tobo,sebab mereka harus menghadapi medan yang cukup berbahaya untuk tiba di sekolah demi menuntut ilmu.

“Saya miris juga, karena memang kondisinya belum ada jalan dan jembatan sebagai akses mereka untuk kesekolah,” ungkapnya.

Werto juga menyatakan kekhawatirannya terhadap keselamatan para siswa dari Desa Tobo. Terlebih sejak awal tahun ajaran 2020/2021 yang dimulai Senin, 13 Juli, sekolah sudah mulai kembali beraktivitas, dan bersamaan dengan musim hujan yang sedang melanda sejumlah wilayah di SBT.

“Nah, kalau kondisi hujan seperti ini, anak-anak biasanya harus melewati sungai yang banjir. Ini yang membuat kami juga khawatir,”cetusnya.

Senada dengan Zubaidah, Werto yang juga harus menyeberangi sungai Uli untuk tiba di sekolah, berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jembatan penyeberangan, dan akses jalan bagi warga Desa Tobo.

Dia berharap, dengan adanya akses jalan dan jembatan, Desa Tobo yang menurutnya terisolir dapat terbuka. Sehingga warga dan siswa dari desa itu pun menjadi lebih mudah, aman, dan nyaman dalam beraktivitas.

Video Nanda Viral di Media Sosial

Cerita Sungai Uli Maluku 2Seorang siswi dari Desa Tobo, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), melintasi derasnya arus Sungai Uli. (Foto: Tagar/Youtube Azrul Wailissa)

Kisah Nanda dan teman-temannya yang dengan berani menyeberangi derasnya arus Sungai Uli tersebut sempat terekam video amatir warga. Selanjutnya, video tentang perjuangan anak-anak Desa Tobo itu pun viral di media sosial dan mendapat banyak tanggapan dari warganet.

Dalam video itu, anak-anak tersebut tetap terlihat ceria saat melintasi sungai. Sesekali mereka tertawa dan bercanda, meski tetap fokus pada derasnya arus agar tidak terseret.

Akun Facebook bernama Azrul Wailissa merupakan salah satu yang mengunggah video perjuangan anak-anak itu. Dalam caption atau keterangan video yang diunggahnya, Azrul menulis bahwa anak-anak itu terpaksa menyeberangi sungai yang sedang banjir deras demi memenuhi kebutuhan mereka terhadap pendidikan.

"Dengan keterbatasan adik-adik saya di negeri Tobo Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, masih semangat dalam menuntut ilmu dan pengetahuan. walau banjir mereka tetap tertawa dengan wajah yang polos, semangat yang tinggi demi cita-cita negeri yang belum terlaksana," tulis Wailissa di akun Facebooknya itu.

Saat dihubungi oleh Tagar, Azrul Wailissa menjelaskan alasannya mengunggah video anak-anak itu. Salah satunya adalah agar petinggi di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) SBT tergerak hatinya untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat di Kecamatan Werinama, termasuk kebutuhan jalan dan jembatan.

Azrul bukan hanya menyebut nama Desa Tobo saja, tetapi juga beberapa desa lain yang masuk dalam wilayah administrative Kecamatan Werinama. Sebab menurutnya ada beberapa desa yang memang belum menikmati akses jalan dan jembatan dengan layak.

"Terutama masyarakat di Desa Tobo, Gusalaut, Tum dan Desa Osong. Di mana desa-desa tersebut belum menikmati akses jalan dan jembatan yang layak," pinta Azrul yang merupakan salah satu tokoh pemuda di kabupaten berjuluk Ita Wotu Nusa itu. []

Baca juga: 

Rajah Seumapa, Mantra Pengobatan Anak di Aceh

Pernikahan di Tepi Sawah dengan Protokol New Normal

Berita terkait
Wisata Bukit Klangon, Kemah dan Menatap Merapi dari Dekat
Wisata Bukit Klangon, spot terbaik untuk melihat Merapi, cocok untuk tracking hill karena jarak ke puncak Merapi hanya empat sampai lima kilometer.
Silancur Highland Negeri di Atas Awan Magelang
Kota Magelang, Jawa Tengah memiliki obyek wisata pegunungan yang kerap disebut negeri di atas awan, yakni Silancur Highland
Hantu Cantik dan Kelelawar Raksasa di Kumaka Mamuju
Kumaka di Mamuju diyakini merupakan tempat munculnya dua jejadian, yakni sosok perempuan cantik dan kelelawar raksasa.