Kediri - Petani di Desa Paron, Kecamatan Ngesam, Kabupaten Kediri mengeluhkan hama tikus yang menyerang lahan pertanian. Untuk itu, para petani beserta penyuluh lapangan pertanian melakukan giat Gropyokan (pembasmian) hama tikus bersama-sama.
Petugas PPL Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Yayu Anisa menjelaskan kegiatan Gropyokan hama tikus difokuskan di area persawahan Desa Paron. Ia mengatakan Gropyokan hama tikus menggunakan dua metode, yakni pengasapan serta melepas enam ekor burung hantu jenis pemangsa.
Ini kan mulai tanam padi, petani sudah memberi laporan bahwa tikus ini sudah mulai menyerang.
"Metode kedua dengan mencari lubang tikus di area persawahan warga. Kalau ditemukan lubang tikus langsung dilakukan pengasapan," ujarnya kepada Tagar, Kamis 23 Januari 2020.
Yayuk juga mengungkapkan hama tikus tergolong kategori binatang yang memiliki kelahiran tinggi. Jika dibiarkan dan tidak ada penanganan secepatnya jumlah mereka akan terus bertambah dan dapat merusak pertanian warga.
"Ini kan mulai tanam padi, petani sudah memberi laporan bahwa tikus ini sudah mulai menyerang. Ini sebenarnya belum separah wilayah lain, masih di bawah 5 persen lah untuk serangan," ucapnya.
Meski perkembang biakan tikus di Desa Paron masih di bawah 5 persen, pihaknya bersama petani lebih dulu mengantisipasi agar perkembangbiakan.
"Memang perkembangan tikus ini sangat cepat. Jadi satu ekor bisa melahirkan 6 sampai 8 ekor. Kemudian dia saat berusia 21 hari sudah bisa berkembang biak pisah dengan induknya, jadi perlu kita antisipasi dari awal," sebutnya.
Pada umumnya hama tikus menyerang tanaman jenis padi, namun tidak menutup kemungkinan juga merusak tanaman jenis lainya semacam jagung maupun cabai dilingkungan sekitar area persawahan.
"Jadi tikus ini memang jenis binatang pengerat, apa saja yang ada dirusak. Istilahnya perusak, jadi sudah sekitar satu bulan serangan sudah ada. Mulai tanam padi kan satu bulan ini di awal penghujan," tuturnya.
Sementara itu, Camat Ngasem, Kabupaten Kediri, Ari Budianto mengatakan untuk mengantisipasi hama tikus, pihaknya memberikan bantuan berupa enam ekor burung hantu kepada petani. Pasalnya, burung hantu merupakan predator rantai makanan teratas untuk membasmi tikus.
Ari mengaku secara keseluruhan, Desa Paron memiliki luas 90 hektare untuk pertanian padi, jagung, dan lombok.
"Sudah ada yang diserang oleh hama tikus. Kita hari ini bersama Gapoktan Tani Makmur, Desa Paron bersama-sama melaksanakan kegiatan pengasapan ini. Kalau yang diserang hama tikus masih kecil, dari 90 hektar belum ada 5 persen. Yang keluhan diserang (hama tikus) tanaman padi mulai nampak dan tanaman jagung," ujarnya.
Ari Budianto menambahkan jika tindakan pengendalian hama ini tidak secepatnya dilakukan secara otomatis perkembangbiakan tikus akan semakin besar.
"Kalau dilihat dari dampaknya memang sangat berdampak kalau kita sudah antisipasi. Kalau kita biarkan, saya yakin belum tentu musim tanam ini akan bisa panen dan kemungkinan bisa gagal," ucapnya. []