Gereja Katolik Jerman Rilis Laporan Soal Pelecehan Seksual

Dirilis sebuah laporan tentang penanganan pejabat gereja Katolik Jerman atas kasus-kasus pelecehan seksual oleh pastor dan pejabat gereja
Bjoern Gercke (kiri) pengacara yang diberi amanat oleh Gereja Katolik Jerman, memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait laporan pelecehan oleh para pastor dan pejabat gereja lainnya di Cologne, Jerman, Kamis, 18 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Sebuah laporan yang sangat ditunggu-tunggu tentang penanganan pejabat gereja Katolik Jerman atas kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor dan pejabat gereja lainnya dirilis 18 Maret 2021 waktu setempat. Laporan itu disusun oleh sebuah firma hukum atas instruksi keuskupan agung Köln, Jerman.

Paus Fransiskus sendiri, seperti dilaporkan voaindonesia.com (26 September 2018) mengakui bahwa upaya menutup-nutupi pelecehan seksual oleh para imam telah mendorong orang menjauh dari Gereja. Paus melontarkan komentar itu dalam kunjungan ke Estonia, 25 September 2018, hanya beberapa jam sebelum rilis resmi laporan mengenaskan tentang pelecehan oleh para imam Katolik selama beberapa dekade di Jerman.

Uskup Agung Köln, Kardinal Rainer Maria Woelki, sebelumnya sempat membuat marah banyak umat Katolik Roma setempat karena selama berbulan-bulan merahasiakan laporan tentang bagaimana para pejabat gereja setempat bereaksi ketika sejumlah pastor dituduh melakukan pelecehan seksual.

paus dan mediaPaus Fransiskus berbicara kepada media di atas pesawat usai kunjungannya dari Tallinn, Estonia, 25 September 2018 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Kardinal tersebut mengatakan, ia mengambil tindakan itu karena mengkhawatirkan kemungkinan dampak hukumnya jika mempublikasikan hasil studi tersebut.

Laporan soal penanganan pejabat gereja Katolik Jerman atas kasus-kasus pelecehan seksual yang akan dipublikasikan Kamis, 18 Maret 2021, malam dibuat oleh firma hukum yang berbeda.

Kritik keras muncul di kalangan gereja Jerman dalam beberapa pekan terakhir. Kepala Konferensi Waligereja Jerman, Uskup Limburg Georg Baetzing, bulan lalu menggambarkan manajemen krisis di Köln sebagai “bencana'' tetapi mengatakan bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak memiliki kewenangan untuk melakukan intervensi.

uskup agungUskup Agung Köln Rainer Maria Woelki menghadiri konferensi pers tentang laporan pelecehan oleh para pastor di Köln, Jerman, Kamis, 18 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Pengungkapan tentang pelecehan seksual pada masa lalu telah membuat prihatin banyak gereja di Jerman dan negara-negara lain selama bertahun-tahun. Banyak pejabat gereja merasa risih dan ingin mundur dari posisi mereka.

Sebuah pengadilan di Köln bulan lalu mengumumkan bahwa mereka meningkatkan jumlah penanganan kasus para pejabat gereja yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka secara resmi, dari 1.000 menjadi 1.500 mulai bulan Maret, menyusul munculnya permintaan yang kuat.

kendaraan hiasKendaraan hias karnaval yang menggambarkan Kardinal yang sedang tidur, bertuliskan \'11 tahun tanpa henti pemrosesan kasus pelecehan\' dipasang di depan Katedral Cologne untuk memprotes Gereja Katolik di Cologne, Jerman, Kamis, 18 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Pada tahun 2018, sebuah laporan yang dibuat atas perintah gereja menyimpulkan bahwa setidaknya 3.677 orang telah dilecehkan oleh pastor dan pejabat gereja lainnya di Jerman antara 1946 dan 2014. Lebih dari separuh korban berusia 13 tahun atau lebih muda ketika pelecehan terjadi, dan hampir sepertiga dari mereka adalah putra altar.

Januari lalu, sistem baru yang dibuat oleh gereja untuk memberikan kompensasi bagi para korban pelecehan, mulai berlaku. Sistem itu memberikan pembayaran hingga sekitar 50.000 euro (hampir 60.000 dolar AS) untuk setiap korban. Berdasarkan sistem sebelumnya yang diterapkan sejak 2011, pembayaran rata-rata hanya sekitar 5.000 euro per korban (ab/uh)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Gereja Prancis Siap Ganti Rugi Korban Pelecehan Seks
Para uskup di Prancis akan berkumpul untuk membahas pemberian kompensasi atau ganti rugi kepada para korban pelecehan seksual di gereja