Geramnya Warga Terhadap Geng Motor di Bekasi

Kasus penjahat berkelompok atau biasa disebut gengster yang ramai akhir-akhir ini di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, membuat warga resah.
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Hero Bachtiar (kedua kiri) didamping jajarannya menunjukan sejumlah tersangka anggota geng motor saat menggelar rilis kasus kejahatan di Mapolres Metro Bekasi Kota, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (26/5). Dalam gelar kasus tersebut polisi menangkap 11 tersangka yang merupakan anggota geng motor kelompok Tambun 45 yang sering melakukan aksinya dengan tawuran dan merampas motor, serta menyita barang bukti belasan senjata tajam jenis clurit dan rencong besar. (Fotgo: Ant/Risky Andrianto)

Bekasi, (Tagar 29/5/2017) - Kasus penjahat berkelompok atau biasa disebut gengster yang ramai akhir-akhir ini di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, membuat warga resah. “Semenjak beredar video gengster yang marak akhir-akhir ini, terlebih kasusnya ada di Tambun, sebagai warga tentunya ini meresahkan,” ujar warga Tambun Yulianti kepada Antara, di Bekasi, Senin (29/5).

Yulianti mengakui dirinya merasa gelisah jika harus keluar rumah atau bepergian khususnya di malam hari karena takut diteror oleh geng motor. Ia menaruh harapan bahwa pihak berwajib mampu mencegah dan menangkap para gengster yang kerap berperilaku brutal tanpa belas kasih kepada korban.

Pada Minggu (21/5) pukul 04.30 WIB, 48 remaja yang diduga merupakan gengster Tambun 45 ditangkap di Gang Subur, Kelurahan Jatiwaringin, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. Mereka diduga melakukan pengeroyokan terhadap sekelompok remaja yang mengakibatkan satu orang mengalami luka.

Para gengster ditangkap oleh pihak gabungan antara Kepolisian, FPI, dan juga FBR. Para gengster ditangkap saat melakukan perjalanan untuk menyerang geng motor dari Prumpung yang bertitik temu di kawasan Taman Mini Jakarta. Namun aksi mereka dapat digagalkan setelah dicegat oleh pihak berwajib dan dibantu warga di daerah Jatiwaringin, lantas para gengster langsung melarikan diri namun upaya melarikan diri beberapa dari mereka gagal karena terperangkap masuk gang buntu yang membuat mereka tertangkap.

Seorang warga Tambun lainnya Fira menyayangkan para gengster yang kebanyakan berstatus pelajar dan berusia remaja melakukan tindakan keji yang seharusnya tidak dilakukan apalagi oleh remaja seusia mereka.

“Ini jadi pelajaran bagi para orang tua untuk lebih mengawasi tingkah laku dan kegiatan sang anak khususnya ketika mereka di luar, bukan berarti membatasi namun lebih memberikan contoh dan pemahaman kepada mereka tentang hal yang baik dan benar,” katanya. Fira menambahkan sebagai warga yang tinggal di Tambun, ia merasakan keresahan seperti warga yang lainnya, namun dia tidak mau terlalu larut dalam kegelisahan, dan lebih meningkatkan kewaspadaan dan langkah penanggulangan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepadanya.

Selain Yulianti dan Fira seorang wanita warga Tambun yang tidak mau disebutkan namanya menuturkan enggan melewati underpass Tambun khusus di malam hari selama kasus penyerangan gengster tersebut masih rawan terjadi lagi, apalagi underpass Tambun diduga sebagai markas dari gengster yang ramai diperbincangkan.

“Untuk saat ini sebisa mungkin saya menghindari underpass Tambun sampai saya yakin bahwa kondisi saat ini benar-benar aman dari tindak kejahatan terutama gengster,” katanya. (Rif/Ant)

Berita terkait