Gerakan Bantaeng Perang Lawan Corona

Pemerintah Kabupaten Bantaeng bersama-sama masyarakat berjuang melawan Covid-19.
Pengecekan suhu tubuh warga oleh Dinas Kesehatan kabupaten Bantaeng (Foto: Tagar/Dok.Humas Bantaeng)

Bantaeng - Wabah virus corona (Covid-19) masih menghantui masyarakat di tanah air. Bahkan hingga Senin, 20 April 2020, total warga Indonesia positif terpapar Covid-19 mencapai 6.760 orang. Sebanyak 590 orang di antaranya telah meninggal dunia dan 747 lainnya berhasil sembuh.

Covid-19 betul-betul mengguncang dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah kini menerapkan aturan physical dan social distancing atau pola jaga jarak. Bahkan, tidak sedikit daerah kini telah melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) demi memutus rantai penyebaran Covid-19.

Selama kita masih memiliki ketersediaan. Ini tak ada sekat wilayah. Selagi ada yang membutuhkan maka akan dibagikan.

Kabupaten Bantaeng yang berjarak 120 kilometer dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan juga mati-matian bergerak melawan corona. Di bawah kepemimpinan Bupati Ilham Azikin, warga di daerah seluas 395 meter persegi itu bersama-sama berjuang mencegah penyebaran virus mematikan itu.

Langkah waspada itu berawal dari pernyataan siaga manajemen RSUD Prof Dr Anwar Makkatutu Bantaeng, 2 Maret 2020. "Kita akan segera lakukan pertemuan manajemen untuk menyusun kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi virus corona," tutur Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Bantaeng, dr Hikmawaty.

Sejak diumumkan Presiden Jokowi Dodo pertama kali di Jakarta, seluruh daerah memang sudah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk akibat corona. Salah satu yang wajib dan dikebut adalah tersedianya ruang isolasi di rumah sakit.

Sejak awal corona sampai di tanah air, Pemkab Bantaeng mulai menyerukan ajakan untuk aksi bersih lingkungan sekitar dan diri sendiri. Kerja bakti yang berawal dari membersihkan masjid-masjid. Tak hanya seruan, bupati bahkan terjun langsung dan terlibat dalam aksi tersebut.

SemprotPenyemprotan cairan disinfektan di pusat keramaian, pasar sentral Bantaeng. (Foto: Tagar/Dok.Humas Bantaeng)

Selain aksi bersih yang berisi kegiatan kerja bakti, hal lain yang digencarkan waktu itu adalah edukasi cuci tangan pakai sabun (CTPS) sesuai standar World Health Organization (WHO). Pemkab dan seluruh unsur forkopimda bergerak menyebarluaskan kabar ini, mengedukasi masyarakat dengan berbagai cara.

Mulai dengan cara pendekatan persuasif orang ke orang, orang ke kelompok. Atau bahkan menggunakan saluran media sosial Facebook, Instagram, WhatsApp dan Tiktok. Seperti yang dilakukan Bripka Syamsul I.J, seorang Kepala Urusan Kesehatan di Polres Bantaeng yang mendemokan cara CTPS secara langsung menggunakan aplikasi Tiktok.

Menurutnya, musik yang menjadi latar video yang akan memudahkan seseorang mengingat langkah-langkah mencuci tangan dengan benar.

"Bermain tiktok itu kelebihannya karena ada musik yang enak didengar, biasanya orang akan lebih mudah menerima sesuatu jika dibuat dengan cara yang unik dan mudah dihafal," katanya di akhir bulan Maret 2020.

Seruan CTPS disusul dengan penyemprotan desinfektan di tempat-tempat umum. Seperti masjid, komplek perkantoran, sekolah, pasar, warung, kafe, sentra pertokoan, pusat kuliner hingga sebagian gang-gang padat penduduk di Kabupaten Bantaeng hingga ke wilayah perbatasan.

Pelajar hingga mahasiswa dirumahkan. Mereka belajar seperti biasa, namun semuanya dilakukan dari rumah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyerukan untuk meniadakan salat Jumat berjamaah di masjid.

SembakoPembagian sembako Pemda Bantaeng kepada warga. (Foto: Tagar/Dok.Humas Bantaeng)

Berbagai spekulasi muncul. Perang terbuka di laman medsos berkecamuk menyoal aturan-aturan tersebut. Curhatan isi hati sebagian orang juga tertuang di sana. Ada banyak huru hara. Termasuk langkanya masker, handsanitizer secara tiba-tiba. Pun muncul, dengan harga yang jauh berbeda, sampai tiga kali lipat dari harga biasa.

Beberapa pertanyaan yang senantiasa memicu perdebatan baik di dunia maya maupun di masyarakat langsung adalah tentang bagaimana mereka makan jika tak ke luar rumah? Bagaimana mereka menghasilkan uang jika tak ke luar rumah? Bagaimana mereka beribadah mencari pahala jika salat berjamaah di masjid itu terlarang?. Begitula realitanya, masih banyak yang keliru menanggapi imbauan dan arahan pemerintah.

Masa pandemi Covid-19 juga berimbas pada sektor perekonomian. Tak sedikit pedagang kaki lima bahkan pengusaha yang mengeluh. Tak ada orang datang ke pasar. Pasar sepi, orang-orang sangat kurang yang berbelanja. Usaha mandek, warung sepi, proyek batal, modal tak terputar, bukan untung malah dapat buntung.

Di sisi lain, tidak sedikit pula warga yang patuh dengan imbauan dan larangan pemerintah. Mereka seakan memahami kondisi dan konsekuensi dari segala yang terjadi saat bumi dikepung corona. Bersabar dan membantu pemerintah mendemokan aksi di rumah aja demi keselamatan bersama.

Sejak 1 April 2020, Pemerintah Kabupaten Bantaeng kian aktif menunjukkan kesiagaan melawan corona. Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bantaeng pun berdiri di Jalan Dr Ratulangi, Kelurahan Lamalaka, Kecamatan Bantaeng.

Posko tersebut sekaligus menjadi media center. Tepat di sebelahnya, yakni ruang kantor di kantor Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Rumah Kemasan dan Showroom Industri, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian dimulai aktivitas produksi Alat Perlindungan Diri (APD) untuk medis dan warga Bantaeng yang membutuhkan.

Pembuatan masker ini pertama kali diinisiasi Ketua Dekranasda Bantaeng, Sri Dewi Yanti. Demi berjalannya produksi, Sri sampai mengucurkan dana pribadi untuk membekali pembuatan masker kain. Bersama lima orang anggota Dekranasda, produksi masker untuk warga pun mulai dilakukan.

"Yang membuat itu anggota Dekranasda, mereka bawa mesin masing-masing termasuk mesin jahit punya saya pribadi untuk saat ini terpakai juga untuk produksi masker," katanya beberapa waktu lalu.

Lewat gerakan kecil dan satu suara #BantaengUntukIndonesia siap menyalurkan APD hasil tangan terampil Dekranasda, Bhayangkari Polres Bantaeng, lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) dan relawan lainnya turut berpartisipasi bergerak melawan virus mematikan itu.

Selain pemerintah, sejumlah derwaman asal Bantaeng turut berbagi rezeki dan bergerak mandiri membagi-bagikan masker secara gratis untuk masyarakat.

Paling tidak hari ini, Pemkab Bantaeng bisa memproduksi 200 lembar masker dalam sehari dan 50 helai baju hazmat. Semua dikerjakan oleh 25 orang tenaga relawan yang hadir membantu, menyokong pemerintah untuk memenuhi kebutuhan APD tenaga medis dan masker untuk masyarakat.

Tidak sampai di situ, AKOM Bantaeng juga telah melakukan pembuatan face shield atau pelindung wajah bagi petugas medik. Bahkan dengan tingkat perisai yang tak perlu diragukan. Sebab, menggunakan teknologi 3 dimensi (3D).

Bupati Bantaeng Ilham Azikin memastikan hazmat suite telah diserahkan ke RSUD Anwar Makkatutu Bantaeng, Dinas Kesehatan dan puskesmas. RSUD Bantaeng mendapat jatah 80 helai hazmat, begitu pula dengan Dinkes.

"APD yang kita produksi kita serahkan ke Dinkes dan RSUD. Pembagian terstruktur. Dua titik konsen pembagian APD yakni RSUD dan Dinkes. Nanti APD untuk Puskesmas dan BSB yang atur adalah Dinkes," katanya.

BupatiBupati Bantaeng Ilham Azikin. (Foto: Fitriani Aulia Rizki)

Masker juga telah dibagi-bagikan kepada masyarakat Bantaeng. Namun selama ini, hasil produksi difokuskan menyasar para pedagang di pasar. Rencananya, Pemda Bantaeng juga akan bergerak ke rumah-rumah warga untuk membagikan masker.

Selama masa pandemi corona, Bantaeng memastikan diri tidak lagi ada sekat wilayah. Semua orang harus saling menyokong melawan wabah ini. APD selagi Bantaeng masih tersedia, akan disalurkan kepada daerah lain yang mebutuhkan.

"Selama kita masih memiliki ketersediaan. Ini tak ada sekat wilayah. Selagi ada yang membutuhkan maka akan dibagikan. Selama produksi bisa beri sumbangsih, yang membutuhkan ke gugus, cek persediaan. Namun yang pasti kita memprioritaskan bagi masyarakat Bantaeng terlebih dahulu," tuturnya, Sabtu, 11 April 2020.

Menurut Ilham, tidak ada komersialisasi pada penyaluran APD ini ke luar daerah, selagi itu betul-betul dibutuhkan. Dia mengaku bangga dengan berbagai elemen masyarakat yang masih mau berjuang bersama melawan Covid-19. []



Berita terkait
Pergolakan Batin Sukarsih Tenaga Medis Positif Covid-19
Sukarsih, seorang perempuan ayu dengan rambut panjang tergerai. Usianya 29 tahun. Ia bekerja sebagai tenaga medis, melayani pasien Covid-19.
Pengalaman Pemudik Kudus Isolasi Mandiri di Polides
Eko Widodo harus menahan rasa rindu kepada keluarganya selama 14 hari selama menjalani isolasi mandiri di Polides Pasuruhan Kidul, Kabupaten Kudus.
Kerumunan Warung Kopi di Aceh Saat Wabah Corona
Setelah pemberlakuan jam malam dicabut warga Aceh saat ini mulai bebas kembali menikmati warung kopi tanpa rasa takut akan wabah virus corona.
0
Amerika Perluas Kapasitas Tes untuk Cacar Monyet
Perluas kapasitas pengujian di berbagai penjuru negara dan membuat tes lebih nyaman dan mudah diakses pasien dan penyedia layanan kesehatan