Gantung Sembako, Cara Unik Warga Sleman Berdonasi

Warga Sleman, Yogyakarta menggantungkan sembako di depan rumah dan bebas diambil bagi siapa saja yang membutuhkan.
Ardiati Bima, 53 tahun, sedang menggantungkan kantong plastik berisi sembako di sebuah kayu depan rumahnya, Ngrajek Lor, Kecamatan Mlati, Sleman, Selasa, 5 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sleman - Sejumlah kantong plastik tergantung di sebuah kayu halaman rumah warga Dusun Ngrajek Lor, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa, 5 Mei 2020. Di ujung kayunya terpasang tulisan "Gratis Sumonggo Bagi yang Membutuhkan".

Kantong-kantong plastik tersebut berisi beberapa jenis bahan makanan, seperti beras, telur, gula pasir, sayuran dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Sembako gratis itu dipersembahkan pemilik rumah, Ardiati Bima, bersama 18 warga lainnya.

Yang punya pepaya dua buah juga bisa. Nggak harus nunggu kaya untuk bisa berbagi.

Semula, bungkusan kebutuhan sehari-hari itu bertujuan untuk membantu warga terdampak Covid-19, seperti karyawan yang dirumahkan perusahaannya. Namun setelah berjalan, semua warga yang membutuhkan merasakan manfaat dari donasi tersebut.

Ardiati mulai menggantungkan bahan keperluan sehari-hari itu pada 7 April 2020. Saat itu, dia menggunakan dana pribadinya. Berselang sehari, setelah beberapa tetangganya melihat aksi donasi yang dilakukan, mereka pun turut menyumbang.

"18 warga mulai ikut berdonasi pada hari kedua. Saya pada hari pertama nyentelin (menggantungkan) belum berani upload (ke media sosial), karena kan pribadi. Kalau saya upload kan kesannya kok sombong banget. Terus ada yang lihat, hari kedua dia dari sawah bawa panenan kangkung sama slada mampir sini, terus tak cantelkan dan tak upload," kata wanita berusia 53 tahun itu.

Dalam sehari, Ardiati bisa menggantungkan empat hingga tujuh kantong bahan keperluan sehari-hari, dan selalu habis diambil oleh warga yang membutuhkan. Namun dia tetap menyisihkan yang belum dipaketkan ke dalam kantong, jika sewaktu-waktu datang yang membutuhkan dan yang tergantung sudah habis.

"Kalau habis yang di centelan (gantungan), nanti tinggal datang ke sini dibungkuskan. Kalau pas saya di depan, terus ada yang ambil misalnya mbah-mbah yang keluarganya cukup banyak, ya tak tambahi," tutur alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Ardiati mengaku tidak pernah kehabisan stok bahan kebutuhan sehari-hari untuk didonasikan. Sebab, selalu ada donatur yang turut membantu. Mulai dari tetangga, keluarga hingga teman-teman lamanya.

Apalagi isi kantong plastik yang digantung tidak terlalu banyak, hanya sekadar untuk meringankan beban warga sehari-hari. "Sebenarnya isinya itu bukan yang untuk keperluan sehari," katanya.

Sembako gratisArdiati membawa dua kantong plastik berisi sembako untuk digantung di rumahnya, Ngrajek Lor, Kecamatan Mlati, Sleman. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Barang-barang dari donatur disimpan di teras rumahnya. Mulai dari telur, sayuran, bumbu bawang merah, bawang putih, cabe, beras minyak, gula, kadang kacang hijau. Tapi itu tidak selalu tersedia lengkap, tergantung persediaan yang ada.

"Kalau sayuran biasanya ada yang ngasih ke sini. Ada yang panenan sendiri ngasih ke sini. Kalau pas nggak ada sayuran ya saya metik sendiri, ada daun singkong, kelor dan lain-lain," katanya.

Menjaga Kebersamaan

Ardiati memperbaiki posisi masker yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Di atas meja di teras rumahnya masih tergeletak gunting, selotip dan kertas bertuliskan "gratis". Hanya beberapa meter dari tempat dia duduk, sekotak telur tertata rapi di samping beberapa kotak lain yang berisi tepung.

Dia mengaku tidak tahu pasti jumlah bahan kebutuhan sehari-hari yang sudah didonasikan selama sebulan terakhir. Sebab, selain memang tidak dihitung banyak dari bahan-bahan itu yang merupakan donasi dari orang lain.

"Itu nggak tak (saya) hitung, soalnya kan tergantung persediaan bahan yang ada. Terus misalnya kemarin saya habis dapat support satu kotak telur. Satu kotak telur begitu nggak saya gantungin tapi saya umumin. Siapa warga yang ingin ambil telur, sekalian setengah kiloan gitu. Jadi hari berikutnya nanti saya masangnya cuma dikit. Diumumkan di grup WA dusun," ceritanya.

Mereka ambilnya cuma sesuai kebutuhan, misalnya yang habis cuma minyak ya mereka ambilnya minyak saja.

Ardiati memilih cara tersebut untuk membantu warga lain, walaupun diakuinya akan lebih mudah jika bantuan tersebut dibagikan ke rumah masing-masing warga. Alasannya, pertama dengan cara digantung bisa menggerakkan tetangga kiri kanan untuk ikut berdonasi.

"Jadi misalnya yang cuma punya mie dua bungkus, telur dua butir, itu nggak sungkan karena kan dikumpulkan di sini terus nanti nyantelinnya (digantung) di tempatnya. Kalau mau langsung ngasih mie dua bungkus saja kan rikuh (sungkan) to," tuturnya.

"Yang punya pepaya dua buah juga bisa. Nggak harus nunggu kaya untuk bisa berbagi. Cukup dengan apa yang dipunyai," sambungnya.

Dalam waktu hampir sebulan, Ardiati mencoba mengevaluasi dan melihat perkembangan kegiatan sosialnya tersebut. Menurutnya, banyak pihak yang ingin melakukan donasi seperti yang dilakukannya, tetapi sebagian masih ragu-ragu.

Sembako lagiArdiati menata sejumlah kebutuhan pokok untuk didonasikan. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Keraguan itu setidaknya disebabkan oleh tiga hal, yakni keraguan bahwa akan ada warga yang mengambil, keraguan tentang keberlanjutan kegiatan dan keraguan bahwa itu akan mejadikan warga ketergantungan.

Meski timbul keraguan itu, tetap saja tercetus ide untuk membuat gantungan-gantungan serupa di beberapa lokasi lain. Tujuannya agar sesama tetangga bisa saling menjaga.

"Kemarin di Nambongan dan Gumbang sudah mulai ada yang pasang," katanya.

Sebenarnya, Ardiati dilema menjalankan kegiatannya itu. Di satu sisi dia merasa senang jika ada warga yang mengambil bantuan, tapi di sisi lain dia khawatir akan menimbulkan ketergantungan.

Dia berharap setelah pandemi Covid-19 berakhir, bantuan untuk warga bukan lagi dalam bentuk menggantung bahan kebutuhan sehari-hari, namun dengan support atau dukungan dalam bentuk lain, misalnya pembagian bibit tanaman.

"Bisa berkebun di rumah. Toh pada hari biasa, tidak ada cantelan (gantungan) pun hidup tetap berlanjut. Kalau ini kan istilahnya hanya menyediakan minum ketika orang lewat di gurun, kemudian dia mampir dan melanjutkan perjalanan," tuturnya.

Warga SlemanArdiati menjelaskan tentang donasi berbentuk sembako yang digantung dalam kantong plastik. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Mengenai dukungan donasi dari pemerintah, Ardiati mengaku belum ada. Namun dia memaklumi hal itu karena pemerintah sedang sibuk mengatasi pandemi.

Donasi yang dilakukannya itu, kata dia, sekaligus sebagai wujud dukungan untuk melengkapi program dan bantuan yang telah dikucurkan pemerintah, terutama untuk warga yang belum tersentuh oleh program-program yang ada.

"Ini sebenarnya untuk melengkapi, barangkali kan ada yang dari PKH sudah dapat, dari perusahaan dan lain-lain udah dapat, harapannya ini bisa melengkapi untuk orang-orang yang tidak terjamah itu," katanya.

Manfaat dari donasi yang dirasakan langsung oleh warga membuat Ardiati terharu. Terlebih warga yang datang benar-benar mengambil sesuai kebutuhan mereka. Warga tidak menggunakan aji mumpung dengan mengambil barang kebutuhan sebanyak-banyaknya.

"Misalnya yang di gantungan habis, terus datang ke sini saya tanya mau ambil apa saja, silakan. Mereka ambilnya cuma sesuai kebutuhan, misalnya yang habis cuma minyak ya mereka ambilnya minyak saja, tidak mau ambil yang lain. Rasanya tuh senang gitu, karena orang-orang paham mengambil sesuai kebutuhannya," tuturnya. []

Berita terkait
Keluarga Gerobak, Mengais Rezeki di Tengah Pandemi Corona
Keluarga gerobak tidak bisa berbuat banyak untuk menghadapi pandemic Corona yang saat ini sedang terjadi di penjuru dunia.
Perempuan Ulet Bandung Penjual Burung di Bantaeng
Keuletan Nia Yayah, perempuan pedagang burung di Bantaeng, bisa menjadi inspirasi pelaku usaha kecil menghadapi sulitnya ekonomi di masa pandemi.
Hanafi, Imam Salat Tarawih di Rumah Saat Covid-19
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah masjid di Yogyakarta tak menggelar salat Tarawih berjemaah mengikuti anjuran pemerintah
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.