Semarang - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi langkah Kepala Kantor Wilayah Agama (Kanwil Kemenag) Jawa Tengah Mustain Ahmad mencegah dampak luas aksi intoleransi di Solo. Ganjar berharap agar Mustain bisa mengajak warga dan tokoh agama untuk ngobrol bersama mencegah intoleransi terulang.
Pesan itu disampaikan Ganjar saat bertemu dengan Mustain di acara silaturahim antartokoh agama bertema Penguatan Peran Tokoh Agama di Masa New Normal secara virtual, Selasa, 11 Agustus 2020.
"Terima kasih Pak Kakanwil Kemenag sudah standby di Solo. Saya ndherek (ikut) titip Pak, warganya kita ajak ngobrol. Tentu Kakanwil sudah tahu isunya apa. Ayo kita ajak ngobrol, kita dekati para tokohnya," kata Ganjar.
Diketahui Kepala Kemenag Mustain langsung berkantor di Solo usai aksi intoleransi pecah di Solo, akhir pekan kemarin. Ia bergerak dan berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti Polresta Surakarta, Majelis Ulama Indonesia, dan Forum Kerukunan Umat Beragama di Solo.
Saya dukung penuh karena kalau kita membiarkan terus yang seperti ini nantinya masyarakat akan terganggu.
Ia mengutuk aksi penyerangan di acara midodareni Habib Umar Assegah dan minta agar para tokoh agama bergerak bersama mencegah tindakan pelanggaran hukum lain.
Hal sama juga dilakukan oleh Ganjar Pranowo yang langsung berkoordinasi dengan Kepala Polda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Polisi Ahmad Luthfi. Ganjar minta polisi untuk tidak ragu memproses hukum para pelaku penyerangan mengingat Jawa Tengah tidak boleh ada intoleransi dan intimidasi kepada masyarakat.
"Saya dukung penuh karena kalau kita membiarkan terus yang seperti ini nantinya masyarakat akan terganggu," kata dia.
Baca juga:
- Penyerangan Midodareni Solo, Polisi: Itu Premanisme
- Polisi Ringkus 2 Penyerang Acara Midodareni di Solo
- Tolak Gereja di Semarang, Warga: Bukan Intoleransi
Dengan pendekatan yang dilakukan Kakanwil Mustain, Ganjar berharap makin banyak tokoh agama dan warga Jawa Tengah, khususnya Solo, yang memahami kebhinekaan sehingga kejadian sama bisa dicegah di kemudian hari.
"Mudah-mudahan nanti Kakanwil bisa mengajak banyak tokoh, baik juga untuk diajak ngobrol secara tertutup sehingga nanti bisa dijelaskan duduk persoalan hingga kelak kemudian tidak ada kejadian seperti ini," ucap dia.
Diberitakan sebelumnya, aksi intoleransi berupa penyerangan terhadap keluarga Habib Umar Assegaf terjadi usai acara doa midodareni di Pasar Kliwon, Sabtu malam, 8 Agustus 2020. Ratusan orang dari kelompok laskar tertentu menuding kegiatan itu sebagai acara keagamaan aliran Syiah. []