Untuk Indonesia

Food Estate dan Perlawanan Tuan Manullang di Tanah Batak

Pemerintah datang ke Tanah Batak membawa program Food Estate 2020 untuk ribuan hektare tanah petani.
Presiden Joko Widodo saat berada di lahan food estate di Desa Riaria, Pollung, Kabupaten Humbahas, Sumatera Utara pada Selasa, 27 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Istimewa)

Oleh: *Ichwan Azhari

Pemerintah datang ke Tanah Batak membawa program Food Estate 2020 untuk ribuan hektare tanah petani, untuk kesejahteraan ribuan petani di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Tepat seabad lalu, 1920, Belanda datang membawa plantation yang mengancam keberadaan 3.000 bouw (sekitar 2.000 hektare) sawah, ladang kemenyan, dan hutan rakyat di Desa Pansur Batu.

Saat itu, Pansur Batu yang akan diambil alih pemerintah Belanda adalah yang terletak antara Sibolga dan Tarutung.

Tuan Manullang yang cerdas mengkritisinya sebagai tanda bakal lenyapnya lahan-lahan pertanian ulayat, jatuh ke tangan kapitalis asing, yang sudah duluan meluluhlantakkan lahan orang Melayu di Sumatera Timur.

Tuan Manullang melawan. Melakukan agitasi di berbagai media, mengajak orang Batak melakukan pembangkangan menolak kapitalisasi pemodal asing di sektor pertanian di Tanah Batak.

Uniknya, sekalipun Tuan Manullang tokoh Kristen, tapi tokoh Syarikat Islam memberi dukungan terhadap perjuangannya.

Tokoh Islam menyiapkan pengacara bahkan mengongkosinya melakukan protes sampai ke Gubernur Jenderal di Batavia bahkan ke Ratu Wilhelmina di Belanda.

Saat Jokowi meresmikan Food Estate pada 27 Oktober 2020 itu, saya sedang menyiapkan buku untuk naik cetak, "Tuan Manullang Dipenjarakan Belanda, Melawan Ekspansi Agraria di Tanah Batak Tahun 1920".

Berjarak waktu pas 100 tahun, dua peristiwa di Tanah Batak ini memiliki perbedaan yang yang mencolok.

Peristiwa yang pertama dimaksudkan, Pemerintah Republik Indonesia membawa kesejahteraan ribuan petani dalam program food estate ini.

Tapi kebanyakan orang Batak saat ini tidak mengenal apalagi mengetahui perjuangan Tuan Manullang melawan ekspansi agraria

Sedangkan peristiwa ke dua, sama-sama di Tanah Batak, Pemerintah Belanda membawa pemodal untuk mengambil alih lahan pertanian bagi industri perkebunan asing, yang bakal menyengsarakan petani.

Di peristiwa yang pertama, sambutan gegap gempita orang Batak nampak di mana-mana karena kemakmuran petani Batak segera datang.

Pemerintah membuat berbagai program bantuan yang luar biasa untuk kesejahteraan petani, mulai dari lahan, teknologi budidaya pertanian sampai ke pemasaran. Semua programnya bisa dilihat di internet.

Di peristiwa ke dua orang Batak dipimpin Tuan Manullang melakukan perlawanan karena program agraria ini bakal menyengsarakan petani (walau pengetua adat saat itu dianggap mendapat keuntungan darinya).

Tuan Manullang akhirnya dituntut di pengadilan kota Tarutung karena dianggap melawan program agraria pemerintah lewat pers. Terkena persdelick, Tuan Manullang dikalahkan di pengadilan, akhirnya dipenjarakan dan dibuang ke Cipinang.

Koran Soeara Batak tahun 1920 milik Tuan Manullang membuat reportase tentang Peristiwa Agraria Pansur Batu ini.

Dalam disertasi Lance Castle, Tapanuli 1915-1940, peristiwa Pansur Batu ini dibahas dan dikutip pernyataan Tuan Manullang yang menyebut Tanah Batak akan diambil oleh pengisap (kaum kapitalis) si mata putih.

Sitor Situmorang dalam bukunya Toba Na Sae, terkesima kagumnya pada Tuan Manullang dengan slogannya "selamatkan tanah leluhur".

Nampak diposisikan, Tuan Manullang sebagai pejuang agraria di Tanah Batak. (lihat: tuanmanullang. com).

Tapi kebanyakan orang Batak saat ini tidak mengenal apalagi mengetahui perjuangan Tuan Manullang melawan ekspansi agraria yang bakal mematikan petani Batak.

Berbeda dengan program plantation Belanda di Pansur Batu, program food estate pemerintah Jokowi diharapkan membawa kesejahteraan bagi petani di Pansur Batu. Sejarahlah nanti yang akan membuktikan.

Apakah food estate itu? Ada jelas dapat dibaca di internet. Walaupun saya mengalami kesulitan mencari padanan kata food estate ini dalam sejarah agraria. []

*Ichwan Azhari adalah seorang sejarawan, pengajar dan ahli filologi Indonesia. Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatra Utara.

Tulisan sebelumnya sudah terbit di Facebook Ichwan Azhari dengan judul: FOOD ESTATE DAN PERLAWANAN AGRARIA TUAN MANULLANG DI PANSUR BATU TANAH BATAK (2020, 1920) pada Kamis, 28 Oktober 2020.

Berita terkait
Demokrat Pakpak Bharat Kritik Junimart soal Food Estate
Pernyataan anggota Komisi III DPR RI Junimart Girsang soal food estate di Pakpak Bharat memantik respons dari Partai Demokrat.
Food Estate di Pakpak Bharat, Peran Master Tumanggor
Masuknya Kabupaten Pakpak Bharat sebagai salah satu kawasan food estate tidak lepas dari peran Master Parulian Tumanggor.
Mentan SYL: 7 Investor Dukung Food Estate Humbang Hasundutan
Mentan SYL mengatakan, untuk mewujudkan ketahanan pangan telah dipersiapkan pengembangan food estate di Humbang Hasundutan seluas 1000 hektare.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.